Sungai Mahakam minta puluhan makam
A
A
A
Sindonews.com - Tiga hari ini, suasana PT Kalamur dan PT Melapi Timber nampak sepi dari aktivitas. Tak ada riuh suara buruh yang biasa berpeluh. Mesin-mesin nampak mati, tak bersuara. Hanya nampak beberapa orang petugas jaga yang hilir mudik memantau keamanan perusahaan kayu tersebut.
Dua hari lalu, tepatnya sore hari, perusahaan itu menjadi sorotan masyarakat, lantaran puluhan karyawannya menjadi korban dalam indisen tenggelamnya kapal KM Arinda, kapal yang biasa mengangkut mereka untuk pergi dan pulang kerja. Sungai Mahakam menjadi saksi bisu jeritan para karyawan tersebut.
Sebelum kejadian, satu dari tiga kapal yang biasa mereka gunakan merapat ke dermaga PT Kalamur. Sejumlah karyawan sore itu berniat berganti shift dengan shift lainnya. Setelah mengantarkan karyawan yang masuk shift sore, Kapal itu pun siap bergegas kembali untuk mengantarkan karyawan shift pagi.
Karena ingin cepat, 57 karyawan-pun langsung naik ke kapal kayu itu. Padahal, kapal sewaan perusahaan itu hanya memiliki kapasitas maksimum 40 penumpang. "Data manifes kami, 57 karyawan yang naik kapal itu, mereka sebagian besar perempuan," jelas Humas PT Kalamur Aan Setiawan kepada Sindonews, Jumat (19/4/2013).
Kapal itupun melaju. Nampak, para penumpang memenuhi bagian depan kapal. Di tengah perjalanan, sang nahkoda kapal ternyata mengecilkan saluran bensinnya, maksudnya agar irit. Namun, karena aliran bahan bakar mengecil, kapal itupun mendadak mati mesin. Keteganganpun dimulai.
Tanpa disadari, bagian depan kapal itu ternyata juga mengalami kebocoran. Airpun dengan cepat merambah masuk ke buritan kapal. Suasana-pun panik. Nampak nahkoda Kapal Tedi Noor Arifin (21), berkali-kali menghidupkan mesin, namun gagal. Karena air mulai memenuhi kapal, Tedi-pun pasrah.
"Sebelum tenggelam, Nahkoda kapal berteriak, kapal akan segera tenggelam," jelas salah satu penumpang selamat, Yanti.
Sontak, puluhan penumpang berteriak histeris. Semua berusaha menyelamatkan dirinya masing-masing. Sialnya, hanya sedikit jumlah pelampung yang tersedia. Yang kalah cepat, segera berfikir cepat. Puluhan orang tampak meluncur segera ke laut. Sebagian dari mereka, ternyata tak bisa berenang. Nahas, mereka tenggelam dan hilang.
"3 orang tewas, 20 orang selamat, dan 20 orang hilang," ungkap Humas PT Kalamur, Aan Setiawan.
Data itu ternyata berbeda dengan data yang disebutkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) kepada Sindonews. BNPB menyebutkan sebanyak 3 orang tewas, 30 selamat, dan 30 hilang.
Tedi sang Nahkoda-pun ternyata satu dari korban selamat lainnya. Dan kini, dia telah ditetapkan sebagai tersangka kasus tenggelamnya KM Arinda di Sungai Mahakam.
"Nakhoda kapal kita amankan dan kita periksa. Dalam pemeriksaan, dia terbukti bersalah, dan selanjutnya kita tetapkan sebagai tersangka," kata Kepala Polsek Kawasan Pelabuhan Samarinda, Kompol Harun Purwoko, Rabu (17/4/2013) malam.
Ia dikenai Pasal 359 KUHP atas dasar kealpaan sehingga menyebabkan nyawa melayang. "Ancaman bisa sampai lima tahun. Belum lagi nanti kalau terbukti tidak memiliki surat kecakapan mengemudi kapal, akan dikenai Undang-Undang Pelayaran," kata Harun.
Dua hari lalu, tepatnya sore hari, perusahaan itu menjadi sorotan masyarakat, lantaran puluhan karyawannya menjadi korban dalam indisen tenggelamnya kapal KM Arinda, kapal yang biasa mengangkut mereka untuk pergi dan pulang kerja. Sungai Mahakam menjadi saksi bisu jeritan para karyawan tersebut.
Sebelum kejadian, satu dari tiga kapal yang biasa mereka gunakan merapat ke dermaga PT Kalamur. Sejumlah karyawan sore itu berniat berganti shift dengan shift lainnya. Setelah mengantarkan karyawan yang masuk shift sore, Kapal itu pun siap bergegas kembali untuk mengantarkan karyawan shift pagi.
Karena ingin cepat, 57 karyawan-pun langsung naik ke kapal kayu itu. Padahal, kapal sewaan perusahaan itu hanya memiliki kapasitas maksimum 40 penumpang. "Data manifes kami, 57 karyawan yang naik kapal itu, mereka sebagian besar perempuan," jelas Humas PT Kalamur Aan Setiawan kepada Sindonews, Jumat (19/4/2013).
Kapal itupun melaju. Nampak, para penumpang memenuhi bagian depan kapal. Di tengah perjalanan, sang nahkoda kapal ternyata mengecilkan saluran bensinnya, maksudnya agar irit. Namun, karena aliran bahan bakar mengecil, kapal itupun mendadak mati mesin. Keteganganpun dimulai.
Tanpa disadari, bagian depan kapal itu ternyata juga mengalami kebocoran. Airpun dengan cepat merambah masuk ke buritan kapal. Suasana-pun panik. Nampak nahkoda Kapal Tedi Noor Arifin (21), berkali-kali menghidupkan mesin, namun gagal. Karena air mulai memenuhi kapal, Tedi-pun pasrah.
"Sebelum tenggelam, Nahkoda kapal berteriak, kapal akan segera tenggelam," jelas salah satu penumpang selamat, Yanti.
Sontak, puluhan penumpang berteriak histeris. Semua berusaha menyelamatkan dirinya masing-masing. Sialnya, hanya sedikit jumlah pelampung yang tersedia. Yang kalah cepat, segera berfikir cepat. Puluhan orang tampak meluncur segera ke laut. Sebagian dari mereka, ternyata tak bisa berenang. Nahas, mereka tenggelam dan hilang.
"3 orang tewas, 20 orang selamat, dan 20 orang hilang," ungkap Humas PT Kalamur, Aan Setiawan.
Data itu ternyata berbeda dengan data yang disebutkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) kepada Sindonews. BNPB menyebutkan sebanyak 3 orang tewas, 30 selamat, dan 30 hilang.
Tedi sang Nahkoda-pun ternyata satu dari korban selamat lainnya. Dan kini, dia telah ditetapkan sebagai tersangka kasus tenggelamnya KM Arinda di Sungai Mahakam.
"Nakhoda kapal kita amankan dan kita periksa. Dalam pemeriksaan, dia terbukti bersalah, dan selanjutnya kita tetapkan sebagai tersangka," kata Kepala Polsek Kawasan Pelabuhan Samarinda, Kompol Harun Purwoko, Rabu (17/4/2013) malam.
Ia dikenai Pasal 359 KUHP atas dasar kealpaan sehingga menyebabkan nyawa melayang. "Ancaman bisa sampai lima tahun. Belum lagi nanti kalau terbukti tidak memiliki surat kecakapan mengemudi kapal, akan dikenai Undang-Undang Pelayaran," kata Harun.
(rsa)