Siswa tahanan Lapas batal UN
A
A
A
Sindonews.com – Meski Ujian Nasional hari pertama berjalan lancar dan aman, namun ada kisah sedih bagi siswa yang menjadi tahanan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B, Manokwari, Papua Barat. Tidak adanya soal UN membuat siswa yang menjadi tahanan batal mengikuti UN hari pertama.
Berangan-angan untuk mengerjakan mata pelajaran Bahasa Indonesia, KM justru harus kecewa. Dia batal mengikuti ujian karena ketiadaan soal. Bahkan, guru pengawas yang bertugas pun tak datang. Padahal, pengawas independen dari Perguruan Tinggi dan KM sendiri telah menunggu hingga sore hari.
KM adalah pelajar kelas III jurusan IPS di salah satu SMA swasta di Manokwari. Ia terpaksa kecewa dan kembali diantar ke ruang tahanan karena batal mengikuti ujian. Padahal, dirinya mengaku siap mengerjakan soal ujian.
“Saya sudah mempersiapkan diri karena ada beberapa buku yang saya pelajari untuk ujian ini,” jelas KM yang merupakan tahanan titipan kejaksaan akibat terlibat dalam kasus pencurian dan kekerasan, Senin 15 April 2013.
Selain KM, belasan warga binaan lainnya tetap ikut ujian persamaan paket A, B dan C. Tahun ini, Lapas Manokwari menyertakan 27 orang, satu diantaranya siswa kelas III, sementara dua puluh enam orang lainnya mengejar paketA, B dan C. Secara keseluruhan, di Papua Barat tercatat 2.249 peserta ujian persamaan paket.
Gubernur Papua Barat, Abraham Oktavianus Atururi saat meninjau pelaksanaan ujian di Lapas Manokwari mengatakan, peserta ujian persamaan tersebut tidak boleh berkecil hati. Sebab, kesempatan untuk mendapatkan pendidikan bisa dimana saja, termasuk di lapas sekalipun.
“Ujian dimana saja tidak masalah, yang penting ada ilmu yang diserap untuk dimaksimalkan dikemudian hari,” ujar gubernur.
Ia juga tak lupa memberi apresiasi terhadap panitia ujian yang mampu melaksanakan ujian tepat waktu, meski di daerah lain pelaksanaan ujian tertunda dan bahkan belum jelas.
Terkait siswa kelas III yang batal ujian, gubernur mengaku akan mengusulkan agar yang bersangkutan diikutkan dalam ujian susulan, namun tentunya terlebih dulu dikoordinasikan dengan pihak sekolah.
Berangan-angan untuk mengerjakan mata pelajaran Bahasa Indonesia, KM justru harus kecewa. Dia batal mengikuti ujian karena ketiadaan soal. Bahkan, guru pengawas yang bertugas pun tak datang. Padahal, pengawas independen dari Perguruan Tinggi dan KM sendiri telah menunggu hingga sore hari.
KM adalah pelajar kelas III jurusan IPS di salah satu SMA swasta di Manokwari. Ia terpaksa kecewa dan kembali diantar ke ruang tahanan karena batal mengikuti ujian. Padahal, dirinya mengaku siap mengerjakan soal ujian.
“Saya sudah mempersiapkan diri karena ada beberapa buku yang saya pelajari untuk ujian ini,” jelas KM yang merupakan tahanan titipan kejaksaan akibat terlibat dalam kasus pencurian dan kekerasan, Senin 15 April 2013.
Selain KM, belasan warga binaan lainnya tetap ikut ujian persamaan paket A, B dan C. Tahun ini, Lapas Manokwari menyertakan 27 orang, satu diantaranya siswa kelas III, sementara dua puluh enam orang lainnya mengejar paketA, B dan C. Secara keseluruhan, di Papua Barat tercatat 2.249 peserta ujian persamaan paket.
Gubernur Papua Barat, Abraham Oktavianus Atururi saat meninjau pelaksanaan ujian di Lapas Manokwari mengatakan, peserta ujian persamaan tersebut tidak boleh berkecil hati. Sebab, kesempatan untuk mendapatkan pendidikan bisa dimana saja, termasuk di lapas sekalipun.
“Ujian dimana saja tidak masalah, yang penting ada ilmu yang diserap untuk dimaksimalkan dikemudian hari,” ujar gubernur.
Ia juga tak lupa memberi apresiasi terhadap panitia ujian yang mampu melaksanakan ujian tepat waktu, meski di daerah lain pelaksanaan ujian tertunda dan bahkan belum jelas.
Terkait siswa kelas III yang batal ujian, gubernur mengaku akan mengusulkan agar yang bersangkutan diikutkan dalam ujian susulan, namun tentunya terlebih dulu dikoordinasikan dengan pihak sekolah.
(ysw)