Tana Toraja minim penyuluh
A
A
A
Sindonews.com - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tana Toraja menyatakan masih kekurangan ratusan tenaga penyuluh pertanian dan kehutanan, dan perikanan.
Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan kabupaten Tana Toraja, Marthen Biu mengatakan, jumlah penyuluh pertanian yang ada di kabupaten Tana Toraja sebanyak 61 orang. Idealnya, tenaga penyuluh yang ada di Tana Toraja sebanyak 159 orang dengan asumsi satu desa memiliki satu tenaga penyuluh.
"Hitung-hitungannya, Kabupaten Tana Toraja masih kekurangan 98 tenaga penyuluh. Dengan keterbatasan jumlah penyuluh pertanian saat ini, satu penyuluh menangani lima sampai tujuh desa," jelas Marthen Biu, Rabu (10/4/2013).
Menurut Marthen, dampak dari terbatasnya tenaga penyuluh penyuluh menyebabkan lambannya perubahan pola pikir para petani terhadap penerapan teknologi pertanian. Hal itu disebabkan, luasnya jangkauan wilayah kerja satu orang penyuluh dalam melakukan penyuluhan di tingkat kelompok tani.
Kelompok tani yang saat ini tersebar di 19 kecamatan yang ada di Tana Toraja sebanyak 1.681 kelompok, kelompok wanita tani sebanyak 209 kelompok, dan gabungan kelompok tani (gapoktan) sebanyak 159 kelompok.
“Idealnya, satu penyuluh menangani satu desa. Tapi, kondisi yang ada di lapangan saat ini, satu penyuluh harus menangani lima hingga tujuh desa,” jelasnya.
Selain kekurangan tenaga penyuluh pertanian, lanjut Marthen, Kabupaten Tana Toraja juga kekurangan tenaga penyuluh kehutanan. Jumlah tenaga penyuluh kehutanan yang saat ini dimiliki kabupaten Tana Toraja hanya 18 orang.
Melihat luasnya wilayah kawasan hutan di Tana Toraja, idealnya jumlah penyuluh kehutanan di kabupaten yang dikenal dengan sebutan Bumi Lakipadada itu memiliki paling sedikit 57 tenaga penyuluh kehutanan.
"Kondisi di lapangan, saat ini satu orang tenaga penyuluh kehutanan menangani 10.000 hekater hingga 12.000 hektare kawasan hutan. Idealnya, satu penyuluh kehutanan menangani kawasan hutan maksimal 5.000 hektare," jelasnya.
Dikatakan Marthen, kurangnya tenaga penyuluh kehutanan menyebabkan kawasan hutan kritis di wilayah kabupaten Tana Toraja kian bertambah. Hal itu disebabkan maraknya kegiatan penebangan liar di sekitar kawasan hutan dan kebarakan hutan akibat ulah manusia. Pasalnya, pengetahuan masyarakat tentang pentingnya kelestarian hutan bagi kehidupan masih minim.
“Disinilah peran penyuluh kehutanan sangat penting dalam memberikan pemahaman bagi masyarakat agar senantiasa menjaga dan melestarikan kawasan hutan,” ujarnya.
Ditambahkan Marthen Biu, Pemkab Tana Toraja juga masih membutuhkan sekitar 57 tenaga penyuluh perikanan. Jumlah tenaga penyuluh perikanan yang dimiliki Kabupaten Tana Toraja saat ini hanya empat orang. Jika melihat jumlah tenaga penyuluh yang ada saat ini, kabupaten Tana Toraja masih kekurangan sekitar 273 tenaga penyuluh untuk sektor pertanian, perikanan dan kehutanan.
Guna menutupi kekurangan tenaga penyuluh pertanian, kehutanan dan perikanan yang ada saat ini, diharapkan adanya penambahan tenaga penyuluh.
“Kami berharap, adanya penambahan tenaga penyuluh untuk menutupi kekurangan tenaga penyuluh yang ada saat ini guna meningkatkan hasil dan mutu pertanian, perikanan dan kehutanan di kabupaten Tana Toraja,” tandasnya.
Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan kabupaten Tana Toraja, Marthen Biu mengatakan, jumlah penyuluh pertanian yang ada di kabupaten Tana Toraja sebanyak 61 orang. Idealnya, tenaga penyuluh yang ada di Tana Toraja sebanyak 159 orang dengan asumsi satu desa memiliki satu tenaga penyuluh.
"Hitung-hitungannya, Kabupaten Tana Toraja masih kekurangan 98 tenaga penyuluh. Dengan keterbatasan jumlah penyuluh pertanian saat ini, satu penyuluh menangani lima sampai tujuh desa," jelas Marthen Biu, Rabu (10/4/2013).
Menurut Marthen, dampak dari terbatasnya tenaga penyuluh penyuluh menyebabkan lambannya perubahan pola pikir para petani terhadap penerapan teknologi pertanian. Hal itu disebabkan, luasnya jangkauan wilayah kerja satu orang penyuluh dalam melakukan penyuluhan di tingkat kelompok tani.
Kelompok tani yang saat ini tersebar di 19 kecamatan yang ada di Tana Toraja sebanyak 1.681 kelompok, kelompok wanita tani sebanyak 209 kelompok, dan gabungan kelompok tani (gapoktan) sebanyak 159 kelompok.
“Idealnya, satu penyuluh menangani satu desa. Tapi, kondisi yang ada di lapangan saat ini, satu penyuluh harus menangani lima hingga tujuh desa,” jelasnya.
Selain kekurangan tenaga penyuluh pertanian, lanjut Marthen, Kabupaten Tana Toraja juga kekurangan tenaga penyuluh kehutanan. Jumlah tenaga penyuluh kehutanan yang saat ini dimiliki kabupaten Tana Toraja hanya 18 orang.
Melihat luasnya wilayah kawasan hutan di Tana Toraja, idealnya jumlah penyuluh kehutanan di kabupaten yang dikenal dengan sebutan Bumi Lakipadada itu memiliki paling sedikit 57 tenaga penyuluh kehutanan.
"Kondisi di lapangan, saat ini satu orang tenaga penyuluh kehutanan menangani 10.000 hekater hingga 12.000 hektare kawasan hutan. Idealnya, satu penyuluh kehutanan menangani kawasan hutan maksimal 5.000 hektare," jelasnya.
Dikatakan Marthen, kurangnya tenaga penyuluh kehutanan menyebabkan kawasan hutan kritis di wilayah kabupaten Tana Toraja kian bertambah. Hal itu disebabkan maraknya kegiatan penebangan liar di sekitar kawasan hutan dan kebarakan hutan akibat ulah manusia. Pasalnya, pengetahuan masyarakat tentang pentingnya kelestarian hutan bagi kehidupan masih minim.
“Disinilah peran penyuluh kehutanan sangat penting dalam memberikan pemahaman bagi masyarakat agar senantiasa menjaga dan melestarikan kawasan hutan,” ujarnya.
Ditambahkan Marthen Biu, Pemkab Tana Toraja juga masih membutuhkan sekitar 57 tenaga penyuluh perikanan. Jumlah tenaga penyuluh perikanan yang dimiliki Kabupaten Tana Toraja saat ini hanya empat orang. Jika melihat jumlah tenaga penyuluh yang ada saat ini, kabupaten Tana Toraja masih kekurangan sekitar 273 tenaga penyuluh untuk sektor pertanian, perikanan dan kehutanan.
Guna menutupi kekurangan tenaga penyuluh pertanian, kehutanan dan perikanan yang ada saat ini, diharapkan adanya penambahan tenaga penyuluh.
“Kami berharap, adanya penambahan tenaga penyuluh untuk menutupi kekurangan tenaga penyuluh yang ada saat ini guna meningkatkan hasil dan mutu pertanian, perikanan dan kehutanan di kabupaten Tana Toraja,” tandasnya.
(rsa)