Jenazah TKW Blitar terkatung-katung di Taiwan
A
A
A
Sindonews.com - DPRD Kota Blitar mendesak pemerintah untuk segera memulangkan jenazah Suwanti (35) buruh migran asal Kelurahan Sentul, Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar yang meninggal dunia akibat melompat dari lantai enam di Taiwan.
Dalam pertemuan dengan Dinas Sosial dan Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsos Nakertrans) Pemkot Blitar, anggota Komisi I DPRD Kota Blitar Laily Kurniawaty menegaskan bahwa eksekutif harus ikut mengambil peran aktif. Sebab sejauh ini nasib kepulangan jenazah Suwanti masih terkatung-katung.
“Dinas harus proaktif menangani masalah ini. Tidak hanya pasif menunggu,“ ujarnya kepada wartawan di gedung DPRD, Rabu (10/4/2013).
Suwanti mengadu nasib sebagai pembantu rumah tangga sejak Januari 2010. Sehari sebelum kabar kematian diterima pada 27 Maret 2013, Mahmudi (40) suami Suwanti sempat berkomunikasi langsung dengan istrinya.
Dalam pembicaraan via ponsel itu. ibu dua anak itu mengaku tidak nyaman lagi bekerja. Selain kerap berlaku kasar, majikan juga memaksanya ikut pesta minuman keras. Karenanya pihak keluarga hingga saat ini masih meyakini Suwanti menjadi korban pembunuhan.
“Dan sampai sekarang ini kita juga belum mendapat kejelasan kapan jenazah akan dipulangkan. Idealnya tidak boleh terkatung-katung seperti ini. Dinsosnakertrans harus menanyakan hal ini ke Kementerian terkait,“ tegas Laily.
Menanggapi hal itu Kepala Dinsosnakertrans Kota Blitar Priyo Istanto mengatakan bahwa kematian Suwanti masih dalam penyelidikan aparat.
“Bersamaan dengan itu administrasi pemulangan jenazah masih dalam proses juga,“ ujarnya.
Priyo tidak membantah jika proses pemulangan jenazah akan memakan waktu yang cukup lama. Ia menegaskan, keluarga tidak perlu khawatir biaya pemulangan jenazah karena semua menjadi tanggung jawab negara dan pihak PJTKI.
Dalam pertemuan dengan Dinas Sosial dan Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsos Nakertrans) Pemkot Blitar, anggota Komisi I DPRD Kota Blitar Laily Kurniawaty menegaskan bahwa eksekutif harus ikut mengambil peran aktif. Sebab sejauh ini nasib kepulangan jenazah Suwanti masih terkatung-katung.
“Dinas harus proaktif menangani masalah ini. Tidak hanya pasif menunggu,“ ujarnya kepada wartawan di gedung DPRD, Rabu (10/4/2013).
Suwanti mengadu nasib sebagai pembantu rumah tangga sejak Januari 2010. Sehari sebelum kabar kematian diterima pada 27 Maret 2013, Mahmudi (40) suami Suwanti sempat berkomunikasi langsung dengan istrinya.
Dalam pembicaraan via ponsel itu. ibu dua anak itu mengaku tidak nyaman lagi bekerja. Selain kerap berlaku kasar, majikan juga memaksanya ikut pesta minuman keras. Karenanya pihak keluarga hingga saat ini masih meyakini Suwanti menjadi korban pembunuhan.
“Dan sampai sekarang ini kita juga belum mendapat kejelasan kapan jenazah akan dipulangkan. Idealnya tidak boleh terkatung-katung seperti ini. Dinsosnakertrans harus menanyakan hal ini ke Kementerian terkait,“ tegas Laily.
Menanggapi hal itu Kepala Dinsosnakertrans Kota Blitar Priyo Istanto mengatakan bahwa kematian Suwanti masih dalam penyelidikan aparat.
“Bersamaan dengan itu administrasi pemulangan jenazah masih dalam proses juga,“ ujarnya.
Priyo tidak membantah jika proses pemulangan jenazah akan memakan waktu yang cukup lama. Ia menegaskan, keluarga tidak perlu khawatir biaya pemulangan jenazah karena semua menjadi tanggung jawab negara dan pihak PJTKI.
(ysw)