Ratusan anak korban banjir tidak sekolah
A
A
A
Sindonews.com - Luasnya capaian wilayah rendaman banjir di Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, ternyata juga menerjang sekolah-sekolah di wilayah tersebut.
Akibatnya, ratusan anak-anak korban banjir di wilayah itu, tidak bisa sekolah. Banyak sekolah yang terendam banjir, terutama tingkat Sekolah Dasar (SD).
Babinsa Dayeuhkolot Kodim 0609 Kabupaten Bandung Sersan Satu (Sertu) Sugito menyebutkan, sejak Senin dan hari ini anak-anak SD terpaksa diliburkan.
Menurutnya, ada enam SD yang terendam banjir, dua di antaranya paling parah yakni SD Bojong Asih 1 dan 2, dan SD Balero 7 dan 10. Dua sekolah ini memiliki ratusan siswa yang terpaksa di liburkan. Misalnya SD Bojong Asih 1, memiliki 219 siswa.
"Sampai detik ini enggak bisa sekolah," kata Sertu Sugito, di Kantor Kecamatan Dayeuhkolot, Selasa (9/4/2013).
Menurutnya banjir yang sudah dimulai sejak Sabtu 6 April lalu itu terbilang paling parah, parahnya hampir mendekati banjir 2010 yang merendam seluruh desa di Dayeuhkolot.
Pada banjir biasa, biasanya dikoordinasikan mencari tempat kosong yang tidak terkena banjir. "Tapi sekarang karena air besar, enggak bisa. Memang harus ada relokasi kalu untuk SD itu," ujarnya.
Berdasarkan pantauan di Kantor Kecamatan Dayeuhkolot yang dijadikan posko banjir pukul 10.00 WIB, beberapa anak terlihat bermain. Mereka tetap ceria meski orang tuanya mengungsi. Di kantor kecamatan tersebut ada 435 jiwa pengungsi.
Akibatnya, ratusan anak-anak korban banjir di wilayah itu, tidak bisa sekolah. Banyak sekolah yang terendam banjir, terutama tingkat Sekolah Dasar (SD).
Babinsa Dayeuhkolot Kodim 0609 Kabupaten Bandung Sersan Satu (Sertu) Sugito menyebutkan, sejak Senin dan hari ini anak-anak SD terpaksa diliburkan.
Menurutnya, ada enam SD yang terendam banjir, dua di antaranya paling parah yakni SD Bojong Asih 1 dan 2, dan SD Balero 7 dan 10. Dua sekolah ini memiliki ratusan siswa yang terpaksa di liburkan. Misalnya SD Bojong Asih 1, memiliki 219 siswa.
"Sampai detik ini enggak bisa sekolah," kata Sertu Sugito, di Kantor Kecamatan Dayeuhkolot, Selasa (9/4/2013).
Menurutnya banjir yang sudah dimulai sejak Sabtu 6 April lalu itu terbilang paling parah, parahnya hampir mendekati banjir 2010 yang merendam seluruh desa di Dayeuhkolot.
Pada banjir biasa, biasanya dikoordinasikan mencari tempat kosong yang tidak terkena banjir. "Tapi sekarang karena air besar, enggak bisa. Memang harus ada relokasi kalu untuk SD itu," ujarnya.
Berdasarkan pantauan di Kantor Kecamatan Dayeuhkolot yang dijadikan posko banjir pukul 10.00 WIB, beberapa anak terlihat bermain. Mereka tetap ceria meski orang tuanya mengungsi. Di kantor kecamatan tersebut ada 435 jiwa pengungsi.
(rsa)