Solar langka, tukang traktor merana
A
A
A
Sindonews.com – Tukang traktor Kulonprogo dibuat pening dengan langkanya solar. Utuk memenuhi kebutuhan, mereka harus mencari solar hingga Purworejo, Jawa Tengah. Nasib serupa dialami pengusaha gilingan padi.
Suma Wiyono (62), tukang traktor asal Bangeran, Bumirejo, Lendah mengaku kesulitan mendapatkan solar untuk traktornya sejak lima hari lalu.
Dia mengaku sudah mencari surat rekomendasi dari Disperindag ESDM, namun tetap kesulitan karena solar di SPBU selalu habis. Upaya mencari solar ke luar daerah tetap tidak membuahkan hasil.
“Saya sudah coba cari ke Gamping, Sleman dan Purworejo tapi tetap saja tidak dapat,” kata Suma di sela membajak sawah di Bulak Kedungsari, Pengasih, Selasa (2/4/2013).
Akibatnya, kini Suma harus mengandangkan dua dari empat traktor yang dimilikinya. Kondisi ini cukup merugikan mengingat permintaan sawah yang harus ditraktor lebih dari 20 hektare di Kedungsari, belum termasuk di wilayah Kecamatan Wates.
“Ini belum bisa selesai karena solar sulit,” keluhnya.
Untuk satu traktor, Suma butuh 20 liter solar sehari yang hanya cukup untuk membajak satu hektare sawah. Demi mendapatkan solar agar tetap bisa bekerja, Suma rela membeli solar dengan harga lebih tinggi dari pemilik truk yakni Rp6.000 perliter dari harga normal Rp4.500.
“Yang penting bisa bekerja, saya mau beli solar Rp6.000 perliter dari truk, tapi setiap hari saya juga cuma diberi 20 liter saja. Kalau truk kan bisa beli solar kemana-mana, dia lebih gampang dapat solar,” katanya.
Suma Wiyono (62), tukang traktor asal Bangeran, Bumirejo, Lendah mengaku kesulitan mendapatkan solar untuk traktornya sejak lima hari lalu.
Dia mengaku sudah mencari surat rekomendasi dari Disperindag ESDM, namun tetap kesulitan karena solar di SPBU selalu habis. Upaya mencari solar ke luar daerah tetap tidak membuahkan hasil.
“Saya sudah coba cari ke Gamping, Sleman dan Purworejo tapi tetap saja tidak dapat,” kata Suma di sela membajak sawah di Bulak Kedungsari, Pengasih, Selasa (2/4/2013).
Akibatnya, kini Suma harus mengandangkan dua dari empat traktor yang dimilikinya. Kondisi ini cukup merugikan mengingat permintaan sawah yang harus ditraktor lebih dari 20 hektare di Kedungsari, belum termasuk di wilayah Kecamatan Wates.
“Ini belum bisa selesai karena solar sulit,” keluhnya.
Untuk satu traktor, Suma butuh 20 liter solar sehari yang hanya cukup untuk membajak satu hektare sawah. Demi mendapatkan solar agar tetap bisa bekerja, Suma rela membeli solar dengan harga lebih tinggi dari pemilik truk yakni Rp6.000 perliter dari harga normal Rp4.500.
“Yang penting bisa bekerja, saya mau beli solar Rp6.000 perliter dari truk, tapi setiap hari saya juga cuma diberi 20 liter saja. Kalau truk kan bisa beli solar kemana-mana, dia lebih gampang dapat solar,” katanya.
(ysw)