Kehabisan solar, banyak truk mogok di Solo
A
A
A
Sindonews.com - Sejumlah truk angkutan barang banyak ditemukan di tepi jalan provinsi Kota Solo Jawa Tengah. Truktruk tersebut mangkrak karena kahabisan solar.
Truk yang sedianya mengangkut barang tersebut kebanyakan sudah berhenti beroperasi sejak seminggu terakhir. Hal itu terjadi sejak pembatasan solar di SPBU di sejumlah tempat di Indonesia dibatasi.
Seperti di kawasan Pedaringan misalnya, sejumlah truk yang biasa melanjutkan bongkar muat tidak bisa lagi melanjutkan perjalanan, padahal angkutan ini angkutan antar provinsi yang mengangkut bahan makanan juga sembako yang harus segera sampai tujuan.
Banyak sopir yang merugi jutaan rupiah karena tidak bisa membawa muatanke tujuan tepat waktu. Seperti yang dituturkan Pak Sumarno misalnya, sopir jurusan Solo-Denpasar ini mengaku sudah rugi Rp5 juta, karena dalam seminggu tidak bisa mengoperasikan truk muatannya ke Bali dan kembali ke Solo
"Padahal setiap perjalanan pulang pergi (PP), biasanya dapat Rp5 juta, sekarang tidak lagi," jelas Sumarno, Selasa (2/4/2013).
Sumarno tidak sendiri. nasib serupa juga dialami Pak Slamet, sopir truk jurusan Solo-Sumatera. Slamet mengaku kehabisan solar dari Sumatera hingga Yogyakarta.
"Semua SPBU kehabisan bahan bakar, saya terpaksa membeli solar jeriken eceran disepanjang jalan. Untuk setiap jeriken saya harus menebusnya dengan Rp6 ribu perliternya, padahal normalnya di SPBU Rp.4.500," jelasnya.
Maka itu dia berharap, ketegasan pemerintah menentukan standar harga dan pasokan solar, agar mereka dapat menjalankan kerjanya secara normal tanpa harus merugi dan terlambat sewaktu pengiriman.
Truk yang sedianya mengangkut barang tersebut kebanyakan sudah berhenti beroperasi sejak seminggu terakhir. Hal itu terjadi sejak pembatasan solar di SPBU di sejumlah tempat di Indonesia dibatasi.
Seperti di kawasan Pedaringan misalnya, sejumlah truk yang biasa melanjutkan bongkar muat tidak bisa lagi melanjutkan perjalanan, padahal angkutan ini angkutan antar provinsi yang mengangkut bahan makanan juga sembako yang harus segera sampai tujuan.
Banyak sopir yang merugi jutaan rupiah karena tidak bisa membawa muatanke tujuan tepat waktu. Seperti yang dituturkan Pak Sumarno misalnya, sopir jurusan Solo-Denpasar ini mengaku sudah rugi Rp5 juta, karena dalam seminggu tidak bisa mengoperasikan truk muatannya ke Bali dan kembali ke Solo
"Padahal setiap perjalanan pulang pergi (PP), biasanya dapat Rp5 juta, sekarang tidak lagi," jelas Sumarno, Selasa (2/4/2013).
Sumarno tidak sendiri. nasib serupa juga dialami Pak Slamet, sopir truk jurusan Solo-Sumatera. Slamet mengaku kehabisan solar dari Sumatera hingga Yogyakarta.
"Semua SPBU kehabisan bahan bakar, saya terpaksa membeli solar jeriken eceran disepanjang jalan. Untuk setiap jeriken saya harus menebusnya dengan Rp6 ribu perliternya, padahal normalnya di SPBU Rp.4.500," jelasnya.
Maka itu dia berharap, ketegasan pemerintah menentukan standar harga dan pasokan solar, agar mereka dapat menjalankan kerjanya secara normal tanpa harus merugi dan terlambat sewaktu pengiriman.
(rsa)