KSAD: Ada indikasi oknum TNI terlibat
A
A
A
Sindonews.com - Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Pramono Edhie Wibowo menyatakan, ada indikasi keterlibatan oknum TNI dalam peristiwa penembakan empat narapidana di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Cebongan, Sleman.
Menurutnya, hal itu diindikasikan dari kesamaan peluru kaliber 7,62 milimeter yang ditemukan di LP Cebongan, dengan peluru yang digunakan TNI.
Pasalnya, menurut Pramono Edhie Wibowo, banyak anggota TNI yang masih menggunakan jenis peluru kaliber 7,62 milimeter.
"Jujur masih kita gunakan, karena senjatanya masih kita gunakan," ujarnya saat jumpa pers, di Mabes AD, Jakarta Pusat, Jumat (29/3/2013).
Lebih lanjut ia menuturkan, bahwa kesatuan yang masih menggunakan jenis peluru kaliber 7,62 milimeter ini adalah satuan Angkatan Darat (AD).
"Itu biasanya senjata untuk anggota di kewilayahan, bantuan tempur. Kaliber 7,62 milimeter ini kita gunakan untuk sniper, karena untuk jarak jauh," pungkasnya.
Seperti diketahui, saat melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Cebongan, Sleman, ditemukan selongsong peluru kaliber 7,62 milimeter.
Seperti diberitakan Sindonews sebelumnya, pada Sabtu 23 Maret 2013 dini hari, belasan orang besenjata melakukan penyerangan ke Lapas Cebongan, Sleman.
Dalam aksi penyerangan tersebut, empat narapidana yang sebelumnya sudah diintai ditembaki hingga tewas di dalam Lapas.
Keempatnya adalah Yohanes Juan Manbait, Gameliel Yermiyanto Rohi Riwu, Adrianus Candra Galaja, dan Hendrik Benyamin Sahetapy Engel. Mereka merupakan tahanan titipan Polda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang sebelumnya melakukan pembunuhan terhadap anggota TNI Sertu Santoso, di Hugos Cafe.
Menurutnya, hal itu diindikasikan dari kesamaan peluru kaliber 7,62 milimeter yang ditemukan di LP Cebongan, dengan peluru yang digunakan TNI.
Pasalnya, menurut Pramono Edhie Wibowo, banyak anggota TNI yang masih menggunakan jenis peluru kaliber 7,62 milimeter.
"Jujur masih kita gunakan, karena senjatanya masih kita gunakan," ujarnya saat jumpa pers, di Mabes AD, Jakarta Pusat, Jumat (29/3/2013).
Lebih lanjut ia menuturkan, bahwa kesatuan yang masih menggunakan jenis peluru kaliber 7,62 milimeter ini adalah satuan Angkatan Darat (AD).
"Itu biasanya senjata untuk anggota di kewilayahan, bantuan tempur. Kaliber 7,62 milimeter ini kita gunakan untuk sniper, karena untuk jarak jauh," pungkasnya.
Seperti diketahui, saat melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Cebongan, Sleman, ditemukan selongsong peluru kaliber 7,62 milimeter.
Seperti diberitakan Sindonews sebelumnya, pada Sabtu 23 Maret 2013 dini hari, belasan orang besenjata melakukan penyerangan ke Lapas Cebongan, Sleman.
Dalam aksi penyerangan tersebut, empat narapidana yang sebelumnya sudah diintai ditembaki hingga tewas di dalam Lapas.
Keempatnya adalah Yohanes Juan Manbait, Gameliel Yermiyanto Rohi Riwu, Adrianus Candra Galaja, dan Hendrik Benyamin Sahetapy Engel. Mereka merupakan tahanan titipan Polda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang sebelumnya melakukan pembunuhan terhadap anggota TNI Sertu Santoso, di Hugos Cafe.
(rsa)