Suku Tengger rayakan Tawur Kasanga
A
A
A
RIBUAN umat Hindu Tengger yang bermukim dilereng Gunung Bromo merayakan tawur agung kasanga untuk menyambut tahun baru Saka 1935. Tawur agung kasanga yang merupakan rangkaian perayaan Hari Raya Nyepi diawali dengan kirap ogoh-ogoh di lapangan Desa Tosari Kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan.
Sebanyak 42 ogoh-ogoh berbagai bentuk yang melambangkan berbagai sifat angkara murka diarak dari sejumlah desa di Kecamatan Tutur, Puspo dan Tosari menuju lapangan Desa Tosari.
Ribuan umat Hindu Tengger yang dipimpin pendeta menggelar upacara Pencaruhan Agung. Ritual ini merupakan upaya membersihkan diri dari pengaruh jahat baik dari diri manusia itu sendiri maupun pengaruh jahat alam.
Menurut Pandhita Dukun Eko Warnoto, perayaan tawur agung kasanga ini selain memohon kebahagian bagi umat Hindu dan sekaligus sebagai upaya untuk memohon kepada Tuhan agar bangsa Indonesia diberikan rasa aman tentram. Sementara ogoh-ogoh yang diarak adalah simbol dari sifat dan pengaruh jahat.
"Ogoh-ogoh ini melambangkan dari sifat dan pengaruh jahat yang diwujudkan dalam berbagai bentuk raksasa butakala. Setelah diarak keliling desa, ogoh-ogoh ini dibakar didepan masing-masing pura," kata Eko Warnoto, Senin (11/3/2013).
Di kawasan Tengger, terdapat 32 pura yang tersebar di Kecamatan Tosari, Puspo dan Tutur. Dalam merayakan Hari Raya Nyepi, umat Hindu menjalani empat pantangan, yakni amati geni (api), amati lelungan (bepergian), amati karya (bekerja) dan amati lelanguan (keindahan).
"Umat Hindu harus menjauhkan diri dari empat pantangan tersebut. Selama sehari, umat hanya diperkenankan untuk melakukan tapa, brata, yoga dan samadi. Maknanya adalah tidak bergerak seenaknya, mengendalikan diri, dan menyatukan diri dengan Tuhan. Dengan melakukan tindakan ini, umat Hindu akan dijauhkan dari marabahaya," katanya.
Sementara itu, selama umat Hindu merayakan Hari raya Nyepi, kawasan wisata Gunung Bromo ditutup. Ketua Koperasi Wisata Bromo Tengger Sejahtera, Trisno Sudigdo, mengimbau agar para wisatawan untuk menunda dulu jika akan berwisata ke Gunung Bromo. Kawasan wisata ini akan ditutup sejak dikawasan Desa Wonokitri, gerbang menuju Gunung Bromo dari arah Tosari.
Sebanyak 42 ogoh-ogoh berbagai bentuk yang melambangkan berbagai sifat angkara murka diarak dari sejumlah desa di Kecamatan Tutur, Puspo dan Tosari menuju lapangan Desa Tosari.
Ribuan umat Hindu Tengger yang dipimpin pendeta menggelar upacara Pencaruhan Agung. Ritual ini merupakan upaya membersihkan diri dari pengaruh jahat baik dari diri manusia itu sendiri maupun pengaruh jahat alam.
Menurut Pandhita Dukun Eko Warnoto, perayaan tawur agung kasanga ini selain memohon kebahagian bagi umat Hindu dan sekaligus sebagai upaya untuk memohon kepada Tuhan agar bangsa Indonesia diberikan rasa aman tentram. Sementara ogoh-ogoh yang diarak adalah simbol dari sifat dan pengaruh jahat.
"Ogoh-ogoh ini melambangkan dari sifat dan pengaruh jahat yang diwujudkan dalam berbagai bentuk raksasa butakala. Setelah diarak keliling desa, ogoh-ogoh ini dibakar didepan masing-masing pura," kata Eko Warnoto, Senin (11/3/2013).
Di kawasan Tengger, terdapat 32 pura yang tersebar di Kecamatan Tosari, Puspo dan Tutur. Dalam merayakan Hari Raya Nyepi, umat Hindu menjalani empat pantangan, yakni amati geni (api), amati lelungan (bepergian), amati karya (bekerja) dan amati lelanguan (keindahan).
"Umat Hindu harus menjauhkan diri dari empat pantangan tersebut. Selama sehari, umat hanya diperkenankan untuk melakukan tapa, brata, yoga dan samadi. Maknanya adalah tidak bergerak seenaknya, mengendalikan diri, dan menyatukan diri dengan Tuhan. Dengan melakukan tindakan ini, umat Hindu akan dijauhkan dari marabahaya," katanya.
Sementara itu, selama umat Hindu merayakan Hari raya Nyepi, kawasan wisata Gunung Bromo ditutup. Ketua Koperasi Wisata Bromo Tengger Sejahtera, Trisno Sudigdo, mengimbau agar para wisatawan untuk menunda dulu jika akan berwisata ke Gunung Bromo. Kawasan wisata ini akan ditutup sejak dikawasan Desa Wonokitri, gerbang menuju Gunung Bromo dari arah Tosari.
(ysw)