10 tahun lagi, Yogya akan macet total
A
A
A
Sindonews.com - Laju kemacetan di ruas jalan perkotaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) lambat laun kian terasa. Tidak hanya saat menjelang liburan panjang, pada jam sibuk pun sudah ada ruas jalan yang mengalami kemacetan.
Pengamat transportasi Universitas Gajah Mada (UGM), Prof Ahmad Munawar mengatakan, diperkirakan tingkat kemacetan ruas jalan akan meningkat 45 persen pada 2023 mendatang.
“Karena itu perlu diambil langkah serius, 10 tahun lagi kemacetan hampir terjadi di setengah ruas jalan utama Yogyakarta,” kata Ahmad Munawar, di Yogyakarta, Jumat (8/3/2013).
Guru Besar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik UGM ini menerangkan, pembangunan jalan baru di DIY sulit dilakukan, kendati sudah ada pembangunan jalan baru, jembatan layang maupun fasilitas lain, akan memicu pertumbuhan kendaraan pribadi yang justru makin meningkatkan kemacetan.
”Penambahan panjang jalan dan flyover di daerah perkotaan akan memacu pertumbuhan kendaraan pribadi, kemacetan lalu lintas akan bertambah,” tuturnya.
Solusi utama untuk mengatasi kemacetan di DIY menurutnya adalah perbaikan angkutan umum. Namun demikian, kondisi rata-rata angkutan umum di DIY menurut pengamatannya sangat memprihatinkan.
"Transportasi massal Trans Jogja yang menjadi tumpuan perbaikan angkutan umum diakuinya tidak berkembang seperti direncanakan sebelumnya. Sampai sekarang jumlahnya tidak bertambah,” ucapnya.
Disamping itu, kondisi angkutan umum yang ada saat ini semakin lama makin tidak terawat dan banyak yang sudah tidak laik jalan. Ditambah jumlah penumpang yang semakin sedikit dan seringnya angkutan melakukan ngetem, dan sering terjadinya kecelakaan.
Untuk mengatasi kemacetan, kata Munawar, usaha penyelamatan angkutan umum harus segera dilaksanakan sehingga perlu ada dukungan regulasi dan finansial dari Pemprov DIY.
Dia juga mengusulkan perlu dikembangkan segera angkutan umum yang terintegrasi dan memenuhi standar pelayanan minimal di seluruh wilayah DIY.
Dia menyebutkan dari hasil survei kondisi transportasi perkotaan, sekitar 81 persen kendaraan lebih banyak diisi oleh kendaraan pribadi dimana sepeda motor menempati porsi paling banyak yakni 74 persen. “Kendaraan kendaraan berupa bus hanya 10 persen,” pungkasnya.
Pengamat transportasi Universitas Gajah Mada (UGM), Prof Ahmad Munawar mengatakan, diperkirakan tingkat kemacetan ruas jalan akan meningkat 45 persen pada 2023 mendatang.
“Karena itu perlu diambil langkah serius, 10 tahun lagi kemacetan hampir terjadi di setengah ruas jalan utama Yogyakarta,” kata Ahmad Munawar, di Yogyakarta, Jumat (8/3/2013).
Guru Besar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik UGM ini menerangkan, pembangunan jalan baru di DIY sulit dilakukan, kendati sudah ada pembangunan jalan baru, jembatan layang maupun fasilitas lain, akan memicu pertumbuhan kendaraan pribadi yang justru makin meningkatkan kemacetan.
”Penambahan panjang jalan dan flyover di daerah perkotaan akan memacu pertumbuhan kendaraan pribadi, kemacetan lalu lintas akan bertambah,” tuturnya.
Solusi utama untuk mengatasi kemacetan di DIY menurutnya adalah perbaikan angkutan umum. Namun demikian, kondisi rata-rata angkutan umum di DIY menurut pengamatannya sangat memprihatinkan.
"Transportasi massal Trans Jogja yang menjadi tumpuan perbaikan angkutan umum diakuinya tidak berkembang seperti direncanakan sebelumnya. Sampai sekarang jumlahnya tidak bertambah,” ucapnya.
Disamping itu, kondisi angkutan umum yang ada saat ini semakin lama makin tidak terawat dan banyak yang sudah tidak laik jalan. Ditambah jumlah penumpang yang semakin sedikit dan seringnya angkutan melakukan ngetem, dan sering terjadinya kecelakaan.
Untuk mengatasi kemacetan, kata Munawar, usaha penyelamatan angkutan umum harus segera dilaksanakan sehingga perlu ada dukungan regulasi dan finansial dari Pemprov DIY.
Dia juga mengusulkan perlu dikembangkan segera angkutan umum yang terintegrasi dan memenuhi standar pelayanan minimal di seluruh wilayah DIY.
Dia menyebutkan dari hasil survei kondisi transportasi perkotaan, sekitar 81 persen kendaraan lebih banyak diisi oleh kendaraan pribadi dimana sepeda motor menempati porsi paling banyak yakni 74 persen. “Kendaraan kendaraan berupa bus hanya 10 persen,” pungkasnya.
(maf)