DBD mengganas, Jepara tetapkan KLB
A
A
A
Sindonews.com - Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Jepara kian mengganas, hingga Jumat (8/3/2013), tercatat sudah ada 1.122 kasus. Pemerintah Kabupaten Jepara sudah menetapkan DBD dalam status Kejadian Luarbiasa (KLB).
Berdasar data dari Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Jepara, DBD ini sudah mulai terjadi pada awal tahun 2013 ini. Pada bulan Januari tercatat sebanyak 554 penderita. Lalu pada Februari sebanyak 447 penderita. Dan pada awal Maret ini tercatat sudah ada 121 penderita DBD. Dari jumlah itu, enam penderita diantaranya meninggal dunia.
Masing-masing dari Kecamatan Bangsri yaitu Desa Banjaran (satu penderita) dan Desa Kepuk (satu penderita), Kecamatan Pakis Aji di Desa Mambak (satu penderita) dan Desa Plajan (satu penderita), Desa/Kecamatan Tahunan (satu penderita) dan terakhir salah seorang warga Kelurahan Krapyak, Kecamatan Jepara, Kabupaten Jepara.
Tahun 2012 tercatat hanya 690 penderita DBD, sedang tahun 2011, jumlahnya malah lebih kecil lagi hanya 301 penderita.
Kasi Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit (P2P) pada DKK Jepara, Achiruddin, mengatakan tingginya kasus DBD tahun ini, berimbas pada posisi Jepara sebagai daerah dengan penderita DBD terbesar kedua di Jawa Tengah. Posisi pertama kasus DBD terbanyak diisi oleh Semarang.
Dari 16 kecamatan yang ada di Jepara, kata Achiruddin, hanya Kecamatan Karimunjawa yang sama sekali belum ditemukan kasus DBD. Sedang 15 kecamatan lainnya, sudah terjangkit nyamuk mematikan tersebut.
“Untuk kecamatan yang paling banyak penderita DBD, adalah Kecamatan Jepara. Lalu setelah itu, Kecamatan Tahunan, Pecangaan, dan Bangsri,” kata Achiruddin, di Jepara, Jumat (8/3/2013).
Achiruddin memperkirakan, ancaman serangan DBD masih akan terjadi hingga April mendatang. Kondisi tersebut disebabkan kondisi cuaca saat ini yang memang mendukung untuk perkembangbiakan nyamuk Aides Aegypti ini.
“Kondisi cuaca yang berubah-ubah, semisal hujan, lalu panas, hujan, dan setelah itu panas lagi memang sangat mendukung perkembangbiakan nyamuk,” paparnya.
Berdasar data dari Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Jepara, DBD ini sudah mulai terjadi pada awal tahun 2013 ini. Pada bulan Januari tercatat sebanyak 554 penderita. Lalu pada Februari sebanyak 447 penderita. Dan pada awal Maret ini tercatat sudah ada 121 penderita DBD. Dari jumlah itu, enam penderita diantaranya meninggal dunia.
Masing-masing dari Kecamatan Bangsri yaitu Desa Banjaran (satu penderita) dan Desa Kepuk (satu penderita), Kecamatan Pakis Aji di Desa Mambak (satu penderita) dan Desa Plajan (satu penderita), Desa/Kecamatan Tahunan (satu penderita) dan terakhir salah seorang warga Kelurahan Krapyak, Kecamatan Jepara, Kabupaten Jepara.
Tahun 2012 tercatat hanya 690 penderita DBD, sedang tahun 2011, jumlahnya malah lebih kecil lagi hanya 301 penderita.
Kasi Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit (P2P) pada DKK Jepara, Achiruddin, mengatakan tingginya kasus DBD tahun ini, berimbas pada posisi Jepara sebagai daerah dengan penderita DBD terbesar kedua di Jawa Tengah. Posisi pertama kasus DBD terbanyak diisi oleh Semarang.
Dari 16 kecamatan yang ada di Jepara, kata Achiruddin, hanya Kecamatan Karimunjawa yang sama sekali belum ditemukan kasus DBD. Sedang 15 kecamatan lainnya, sudah terjangkit nyamuk mematikan tersebut.
“Untuk kecamatan yang paling banyak penderita DBD, adalah Kecamatan Jepara. Lalu setelah itu, Kecamatan Tahunan, Pecangaan, dan Bangsri,” kata Achiruddin, di Jepara, Jumat (8/3/2013).
Achiruddin memperkirakan, ancaman serangan DBD masih akan terjadi hingga April mendatang. Kondisi tersebut disebabkan kondisi cuaca saat ini yang memang mendukung untuk perkembangbiakan nyamuk Aides Aegypti ini.
“Kondisi cuaca yang berubah-ubah, semisal hujan, lalu panas, hujan, dan setelah itu panas lagi memang sangat mendukung perkembangbiakan nyamuk,” paparnya.
(ysw)