Psikolog: Beban ganda istri membuat mudah emosi
A
A
A
Sindonews.com - Kasus istri membakar suami akibat kepergok selingkuh di Dusun Rejo Sari RT 6 Desa Karang Tunggal, Kecamatan Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur (Kaltim) memang perilaku yang tidak biasa di masyarakat.
Namun emosi perempuan yang memiliki peran ganda dalam rumah tangga, sebagai ibu rumah tangga dan menghidupi keluarga, membuat perempuan kadang berbuat di luar kontrol dirinya. Hal ini diungkapkan oleh Yulia Wahyu Ningrum SPsi, seorang psikolog dari Biro Psikologi Mata Hati, Samarinda.
"Istri bakar suami banyak faktornya. Salah satunya karena beban peran ganda istri atau multiple role. Pulang malam tanpa didampingi suami. Lelah namun bukan penghargaan yang di dapat malah perselingkuhan yang dilakukan di rumah dan di ranjang mereka," kata Yulia, Rabu (6/3/2013).
Ia menjelaskan, peristiwa pembakaran tersebut dipicu pemergokan suami selingkuh sehingga muncul rasa cemburu luar biasa. Selain itu, ketidakmampuan istri memanajemen emosinya karena marah besar juga menjadi faktor pendukung.
"Manajemen emosi sangat penting dimiliki oleh setiap orang terutama wanita yang memiliki kehidupan emosi yang dinamis. Kunci manajemen emosi adalah pengendalian pikiran yang dapat dilakukan dengan self-talk," tambahnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Sri Martati (47) kalap setelah memergoki suaminya, Rokiban (50) tidur bersama perempuan lain di kamar rumah mereka dalam keadaan tanpa busana, Selasa, 5 Maret 2013, sekira pukul 00.15.
Ia kemudian menyiramkan bensin dan api tersulut karena Sri juga sedang merokok. Selain membakar lengan dan suaminya, rumah mereka juga ludes dilalap api. Rokiban kemudian meninggal dunia akibat luka bakar mencapai 90 persen.
Namun emosi perempuan yang memiliki peran ganda dalam rumah tangga, sebagai ibu rumah tangga dan menghidupi keluarga, membuat perempuan kadang berbuat di luar kontrol dirinya. Hal ini diungkapkan oleh Yulia Wahyu Ningrum SPsi, seorang psikolog dari Biro Psikologi Mata Hati, Samarinda.
"Istri bakar suami banyak faktornya. Salah satunya karena beban peran ganda istri atau multiple role. Pulang malam tanpa didampingi suami. Lelah namun bukan penghargaan yang di dapat malah perselingkuhan yang dilakukan di rumah dan di ranjang mereka," kata Yulia, Rabu (6/3/2013).
Ia menjelaskan, peristiwa pembakaran tersebut dipicu pemergokan suami selingkuh sehingga muncul rasa cemburu luar biasa. Selain itu, ketidakmampuan istri memanajemen emosinya karena marah besar juga menjadi faktor pendukung.
"Manajemen emosi sangat penting dimiliki oleh setiap orang terutama wanita yang memiliki kehidupan emosi yang dinamis. Kunci manajemen emosi adalah pengendalian pikiran yang dapat dilakukan dengan self-talk," tambahnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Sri Martati (47) kalap setelah memergoki suaminya, Rokiban (50) tidur bersama perempuan lain di kamar rumah mereka dalam keadaan tanpa busana, Selasa, 5 Maret 2013, sekira pukul 00.15.
Ia kemudian menyiramkan bensin dan api tersulut karena Sri juga sedang merokok. Selain membakar lengan dan suaminya, rumah mereka juga ludes dilalap api. Rokiban kemudian meninggal dunia akibat luka bakar mencapai 90 persen.
(ysw)