Penampungan semen curah jebol, 3 karyawan melepuh
A
A
A
Sindonews.com - Penampungan semen curah pada Silo 9, milik PT Semen Tonasa di Pelabuhan Biringkassi, Desa Bulu Cindea Kecamatan Bungoro jebol. Akibatnya tiga pegawai yang sedang melakukan pengisian semen curah ke silo 9 mengalami luka parah.
Mereka yang terluka, yakni dua orang sopir dan satu operator Silo. Bahkan ketiganya nyaris tewas terseret semen curah panas tersebut. Peritiwa ini terjadi pada Kamis 28 Februari 2013, sekira pukul 00.00 Wita.
Abdul Latif (35), warga Kelurahan Samalewa Kecamatan Bungoro menuturkan, saat peristiwa jebolnya silo itu, dia sedang membongkar semen curah dari mobil kapsul. Sekira 5 menit dia memasang selang semen dari kapsul ke silo. Tiba- tiba silo yang tinginya 75 meter itu meledak.
"Saat meledak saya langsung lari namun 6 ribu ton semen curah yang tumpah, tidak bisa saya hindari hingga saya terseret oleh semen panas itu sejauh 20 m dari sekitar 30 meter saya berdiri dari silu itu," kata Latif, Jumat (1/3/2013).
Dia mengaku sebagian badannya tertimbun semen panas, bahkan kedua matanya terancam buta karena terkena semen. Selain dia, ada dua orang karyawan lainnya. Diantaranya, Muhammad Kadir (supir serep) dan Abdul Rahman operator silo.
"Mereka semua lari dan terseret semen panas, beruntung tidak ada yang tertimbun. Tapi mereka juga terancam buta," kata Latif.
Disisi lain, Kepala Biro Komunikasi, PT Semen Tonasa Fajar Sidik membantah info tiga korban luka akibat jebolnya silo 9. Saat ini kata Fajar kondisi kedua korban baik-baik saja.
"Korban hanya dua, yakni seorang supir Abdul Latif (35), dan seorang operator Abdul Rahman 20 Tahun. Mereka hanya luka ringan pada tanganya, dan sekarang kondisinya suda mulai membaik," kata Fajar.
Untuk biayan pengobatan, korban, ia mengaku akan ditanggung oleh PT Semen Tonasa, meski semestinya yang bertangungjawab adalah pihak perusahaan yang mempekerjakan mereka.
Dia menjelaskan, Abdul Latif adalah seorang supir truk kapsul yang bekerja di Koprasi Karyawan Tonasa, sementara Abdul Rahman, adalah karyawan yang dipekerjakan oleh CV Karya Santari, sebagai operator silo,
"Korban Muhammad Kadir tidak tercatat dalam data kami," ujar Fajar.
Soal siapa yeng bertangungjawab atas jebolnya silo itu, Fajar berdalih itu bukan tanggungjawab pihak PT Semen Tonasa. Melainkan masih tangungjawab pihak Kontraktor PT Swadaya Graha yang mengerjakan proyek silo itu.
Menurutnya, hingga kini pihak kotraktor dengan Tonasa belum serah terima hasil pengerjaan. Meski silo itu dibangun pada tahun 2012 yang satu rangkaian dengan proyek pembangunan pabrik tonasa V senilai Rp 3,5 Triliun.
"Ada dua silo yang dibangun, yakni silo 9 dan silo 10, masing- masing kapasitas 10 Ribu ton semen curah, untuk silo 10 sendiri sudah terisi 10 Ribu ton. Hingga kini tidak ada masalah, sementara silo 9 baru terisi 6 Ribu ton kondisinya sudah hancur" kata Fajar.
Mereka yang terluka, yakni dua orang sopir dan satu operator Silo. Bahkan ketiganya nyaris tewas terseret semen curah panas tersebut. Peritiwa ini terjadi pada Kamis 28 Februari 2013, sekira pukul 00.00 Wita.
Abdul Latif (35), warga Kelurahan Samalewa Kecamatan Bungoro menuturkan, saat peristiwa jebolnya silo itu, dia sedang membongkar semen curah dari mobil kapsul. Sekira 5 menit dia memasang selang semen dari kapsul ke silo. Tiba- tiba silo yang tinginya 75 meter itu meledak.
"Saat meledak saya langsung lari namun 6 ribu ton semen curah yang tumpah, tidak bisa saya hindari hingga saya terseret oleh semen panas itu sejauh 20 m dari sekitar 30 meter saya berdiri dari silu itu," kata Latif, Jumat (1/3/2013).
Dia mengaku sebagian badannya tertimbun semen panas, bahkan kedua matanya terancam buta karena terkena semen. Selain dia, ada dua orang karyawan lainnya. Diantaranya, Muhammad Kadir (supir serep) dan Abdul Rahman operator silo.
"Mereka semua lari dan terseret semen panas, beruntung tidak ada yang tertimbun. Tapi mereka juga terancam buta," kata Latif.
Disisi lain, Kepala Biro Komunikasi, PT Semen Tonasa Fajar Sidik membantah info tiga korban luka akibat jebolnya silo 9. Saat ini kata Fajar kondisi kedua korban baik-baik saja.
"Korban hanya dua, yakni seorang supir Abdul Latif (35), dan seorang operator Abdul Rahman 20 Tahun. Mereka hanya luka ringan pada tanganya, dan sekarang kondisinya suda mulai membaik," kata Fajar.
Untuk biayan pengobatan, korban, ia mengaku akan ditanggung oleh PT Semen Tonasa, meski semestinya yang bertangungjawab adalah pihak perusahaan yang mempekerjakan mereka.
Dia menjelaskan, Abdul Latif adalah seorang supir truk kapsul yang bekerja di Koprasi Karyawan Tonasa, sementara Abdul Rahman, adalah karyawan yang dipekerjakan oleh CV Karya Santari, sebagai operator silo,
"Korban Muhammad Kadir tidak tercatat dalam data kami," ujar Fajar.
Soal siapa yeng bertangungjawab atas jebolnya silo itu, Fajar berdalih itu bukan tanggungjawab pihak PT Semen Tonasa. Melainkan masih tangungjawab pihak Kontraktor PT Swadaya Graha yang mengerjakan proyek silo itu.
Menurutnya, hingga kini pihak kotraktor dengan Tonasa belum serah terima hasil pengerjaan. Meski silo itu dibangun pada tahun 2012 yang satu rangkaian dengan proyek pembangunan pabrik tonasa V senilai Rp 3,5 Triliun.
"Ada dua silo yang dibangun, yakni silo 9 dan silo 10, masing- masing kapasitas 10 Ribu ton semen curah, untuk silo 10 sendiri sudah terisi 10 Ribu ton. Hingga kini tidak ada masalah, sementara silo 9 baru terisi 6 Ribu ton kondisinya sudah hancur" kata Fajar.
(ysw)