Inilah dampak banjir bandang Mandailing
A
A
A
Sindonews.com - Bencana banjir bandang yang kembali melanda Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara (Sumut) ternyata mendatangkan cerita baru. Lantaran delapan desa, di Kecamatan Panyabungan, dihantam banjir bandang, jumlah pengungsi-pun membludak.
Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, sebanyak 4.819 penduduk saat ini telah mengungsi.
Tak hanya itu, dampak yang luas akibat banjir bandang tersebut pun ternyata cukup banyak.
"Terdapat rumah hanyut dan rusak total, jalan penghubung antar desa putus, rusak berat sepanjang lima kilometer. Jembatan gantung Desa Gunung Tua Jae satu unit rusak total," papar Sutopo dalam rilisnya kepada Sindonews, Jumat (15/2/2013), petang.
Selain kerusakan itu, empat sekolah Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang berada di delapan desa tersebut rusak total.
"Sementara kerusakan sarana dan prasarana lainnya masih dalam pendataan," tambah Sutopo.
Maka itu, ada beberapa hal yang menurutnya menjadi kebutuhan mendesak para penduduk. Seperti pemenuhan kebutuhan dasar, sarana air bersih, perbaikan/pembersihan wilayah pemukiman, pengerukan badan Sungai Aek Ranto puran, dan tempat hunian sementara bagi para pengungsi.
"Listrik mati mulai tanggal 14 Februari 2013, sangat menganggu arus komunikasi. Sampai dengan laporan singkat ini dibuat, hujan masih terus terjadi dan cuaca tidak mendukung," jelasnya.
Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, sebanyak 4.819 penduduk saat ini telah mengungsi.
Tak hanya itu, dampak yang luas akibat banjir bandang tersebut pun ternyata cukup banyak.
"Terdapat rumah hanyut dan rusak total, jalan penghubung antar desa putus, rusak berat sepanjang lima kilometer. Jembatan gantung Desa Gunung Tua Jae satu unit rusak total," papar Sutopo dalam rilisnya kepada Sindonews, Jumat (15/2/2013), petang.
Selain kerusakan itu, empat sekolah Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang berada di delapan desa tersebut rusak total.
"Sementara kerusakan sarana dan prasarana lainnya masih dalam pendataan," tambah Sutopo.
Maka itu, ada beberapa hal yang menurutnya menjadi kebutuhan mendesak para penduduk. Seperti pemenuhan kebutuhan dasar, sarana air bersih, perbaikan/pembersihan wilayah pemukiman, pengerukan badan Sungai Aek Ranto puran, dan tempat hunian sementara bagi para pengungsi.
"Listrik mati mulai tanggal 14 Februari 2013, sangat menganggu arus komunikasi. Sampai dengan laporan singkat ini dibuat, hujan masih terus terjadi dan cuaca tidak mendukung," jelasnya.
(rsa)