Akan digusur, 1.000 warga pinggir rel demo
A
A
A
Sindonews.com - Sekira seribu warga pinggir rel kereta api, berunjuk rasa di Balai Kota Surabaya. Mereka meuntut walikota memperhatikan nasib mereka, yang akan digusur oleh PT Kereta Api Indonesia (PT KAI). Warga mengancam menduduki Balai Kota, jika Walikota Surabaya tidak mau menemui mereka.
Para warga pinggir rel itu, memenuhi jalan-jalan protokol Kota Surabaya, menuju Balai Kota Surabaya. Mereka ada yang berjalan kaki, naik sepeda motor, bahkan truk dengan bak terbuka.
Sepanjang jalan, waega meneriakkan tuntutan mereka agar Walikota Surabaya Tri Risma Harini agar mau menemui mereka. Warga membawa berbagai spanduk, dan poster berisi nada kecaman terhadap PT KAI.
Alasannya, warga tersebut dinilai menempati lahan yang merupakan aset PT KAI. Warga menolak penggusuran ini, karena tidak pernah ada perundingan.
"Tidak pernah ada perundingan antara PT KAI dengan warga, justru PT KAI menggunakan jasa preman untuk mengusir warga," jelas koordinator warga Rahmat, di depan Balai Kota Surabaya, Senin (4/2/2013).
Berdasarkan pantauan di lapangan, warga sempat berteriak-teriak agar kawat berduri yang dipasangkan untuk memagari mereka, dibuka. Mereka kecewa karena tidak bisa lebih dekat ke pagar balai kota.
Dalam unjuk rasa ini, terdapat sedikitnya lima komunitas warga pinggir rel kereta api. Para warga menempati lahan PT KAI, dari kawasan Perak, Ambengan, Sidotopo, Gubeng, dan Ngagel.
Para warga pinggir rel itu, memenuhi jalan-jalan protokol Kota Surabaya, menuju Balai Kota Surabaya. Mereka ada yang berjalan kaki, naik sepeda motor, bahkan truk dengan bak terbuka.
Sepanjang jalan, waega meneriakkan tuntutan mereka agar Walikota Surabaya Tri Risma Harini agar mau menemui mereka. Warga membawa berbagai spanduk, dan poster berisi nada kecaman terhadap PT KAI.
Alasannya, warga tersebut dinilai menempati lahan yang merupakan aset PT KAI. Warga menolak penggusuran ini, karena tidak pernah ada perundingan.
"Tidak pernah ada perundingan antara PT KAI dengan warga, justru PT KAI menggunakan jasa preman untuk mengusir warga," jelas koordinator warga Rahmat, di depan Balai Kota Surabaya, Senin (4/2/2013).
Berdasarkan pantauan di lapangan, warga sempat berteriak-teriak agar kawat berduri yang dipasangkan untuk memagari mereka, dibuka. Mereka kecewa karena tidak bisa lebih dekat ke pagar balai kota.
Dalam unjuk rasa ini, terdapat sedikitnya lima komunitas warga pinggir rel kereta api. Para warga menempati lahan PT KAI, dari kawasan Perak, Ambengan, Sidotopo, Gubeng, dan Ngagel.
(rsa)