Tak ada dokter ahli, Lahat takut flu burung
A
A
A
Sindonews.com - Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Lahat mengaku kesulitan jika harus menghadapi kasus flu burung. Pasalnya, Disnakkan Lahat mengaku tak memiliki tenaga ahli khusus.
Kepala Seksi (Kasi) Kesehatan Hewan (Keswan) Disnakkan Lahat, Juni Hermiati mengatakan, saat ini di Lahat hanya memiliki satu orang tenaga dokter hewan, itu pun dijabat oleh Kepala Dinas.
"Kita sudah melaporkan kondisi kekurangan ini ke provinsi, hanya saja belum mendapatkan tanggapan. Padahal hampir setiap tahun kita ajukan usulan penambahan dokter," kata Juni, di Kantor Disnakkan Lahat, Jumat (18/1/2013).
Dengan kekurangan tersebut, lanjutnya, pihaknya terpaksa memaksimalkan peranan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) yang ada ditingkat kecamatan untuk ikut menyosialisasikan bahaya. Virus yang sering dibawa oleh hewan jenis unggas ini.
"Pembekalan tetap kita berita. Bimbingan Teknis (Bimtek) dan penyuluhan juga secara simultan terus kita gelar. Ini upaya kita menyiasati kekurangan (dokter) ini," ujar dia.
Mengenai kasus ini sendiri, Juni mengakui belum mendapatkan laporan. Hanya saja untuk penyakit tetelo, pernah ditemukan di Desa Penandingan Kecamatan Pseksu. Selain itu, pegawai Disnakkan sendiri juga pernah membawa bangkai ayam yang diduga mati secara mendadak.
"Bangkai ayam itu setelah kita periksa ternyata bukan flu burung, melainkan tetelo," jelasnya.
Dia mengimbau kepada masyarakat untuk tidak segan segan melapor jika melihat atau menemukan hal hal yang tidak biasa. Terutama bagi mereka yang memiliki kandang ataupun peternakan hewan.
Pihaknya juga siap melakukan desinfektan secara cuma cuma yang disemprotkan ke kandang unggas milik warga.
Dia juga menegaskan, agar warga mampu memperhatikan gejala awal penyakit yang mampu berakibat fatal bagi manusia ini. Setidaknya, jika unggas tersebut bertindak aneh, lanjutnya, pemilik unggas hendaknya memperhatikan bagian kepala unggas tersebut yang membiru. Selain itu, apakah ada bintik bintik dibagian kaki.
"Ini penting bagi pedagang yang memasok ayam dari provinsi lain. Terlebih lagi kita berada di daerah perlintasan," tegas dia.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Lahat Muzakir juga mengaku belum menemukan kasus flu burung dalam satu tahun terakhir. Kendati demikian, dirinya mengimbau warga jika ada kasus unggas mati mendadak untuk cepat dilaporkan ke pihak terkait.
Menurutnya, penyakit flu burung di Lahat termasuk dalam salah satu prioritas penyakit yang wajib diberantas. Strategisnya area perlintasan, diharapnya jangan sampai Lahat justru menjadi kawasan endemik penyakit ini.
"Yang jelas, koordinasi terus kita lakukan. Termasuk melakukan pengawasan terhadap sebaran penyakit yang sempat booming di kawasan Asia Tenggara ini," pungkasnya.
Kepala Seksi (Kasi) Kesehatan Hewan (Keswan) Disnakkan Lahat, Juni Hermiati mengatakan, saat ini di Lahat hanya memiliki satu orang tenaga dokter hewan, itu pun dijabat oleh Kepala Dinas.
"Kita sudah melaporkan kondisi kekurangan ini ke provinsi, hanya saja belum mendapatkan tanggapan. Padahal hampir setiap tahun kita ajukan usulan penambahan dokter," kata Juni, di Kantor Disnakkan Lahat, Jumat (18/1/2013).
Dengan kekurangan tersebut, lanjutnya, pihaknya terpaksa memaksimalkan peranan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) yang ada ditingkat kecamatan untuk ikut menyosialisasikan bahaya. Virus yang sering dibawa oleh hewan jenis unggas ini.
"Pembekalan tetap kita berita. Bimbingan Teknis (Bimtek) dan penyuluhan juga secara simultan terus kita gelar. Ini upaya kita menyiasati kekurangan (dokter) ini," ujar dia.
Mengenai kasus ini sendiri, Juni mengakui belum mendapatkan laporan. Hanya saja untuk penyakit tetelo, pernah ditemukan di Desa Penandingan Kecamatan Pseksu. Selain itu, pegawai Disnakkan sendiri juga pernah membawa bangkai ayam yang diduga mati secara mendadak.
"Bangkai ayam itu setelah kita periksa ternyata bukan flu burung, melainkan tetelo," jelasnya.
Dia mengimbau kepada masyarakat untuk tidak segan segan melapor jika melihat atau menemukan hal hal yang tidak biasa. Terutama bagi mereka yang memiliki kandang ataupun peternakan hewan.
Pihaknya juga siap melakukan desinfektan secara cuma cuma yang disemprotkan ke kandang unggas milik warga.
Dia juga menegaskan, agar warga mampu memperhatikan gejala awal penyakit yang mampu berakibat fatal bagi manusia ini. Setidaknya, jika unggas tersebut bertindak aneh, lanjutnya, pemilik unggas hendaknya memperhatikan bagian kepala unggas tersebut yang membiru. Selain itu, apakah ada bintik bintik dibagian kaki.
"Ini penting bagi pedagang yang memasok ayam dari provinsi lain. Terlebih lagi kita berada di daerah perlintasan," tegas dia.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Lahat Muzakir juga mengaku belum menemukan kasus flu burung dalam satu tahun terakhir. Kendati demikian, dirinya mengimbau warga jika ada kasus unggas mati mendadak untuk cepat dilaporkan ke pihak terkait.
Menurutnya, penyakit flu burung di Lahat termasuk dalam salah satu prioritas penyakit yang wajib diberantas. Strategisnya area perlintasan, diharapnya jangan sampai Lahat justru menjadi kawasan endemik penyakit ini.
"Yang jelas, koordinasi terus kita lakukan. Termasuk melakukan pengawasan terhadap sebaran penyakit yang sempat booming di kawasan Asia Tenggara ini," pungkasnya.
(rsa)