Pohon keramat, sudah tumbang tegak sendiri
A
A
A
Sindonews.com - Diduga mengandung mistik, satu pohon berumur ratusan tahun yang sudah tumbang diterpa badai kembali tegak seperti semula di hutan keramat Putun, Desa persiapan Nifunenas, Kecamatan Insana Barat, Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur (NTT).
Kejadian langka dan unik itu disaksikan langsung oleh Mikael Nesi Tnomat warga Desa setempat sore hari, padahal Pohon tua berdiamater 75 sentimeter ini sebelumnya tumbang dan kondisi akar juga sudah lapuk dimakan tanah.
Lokasi pohon tumbang lalu tegak kembali itu merupakan tempat milik suku besar Sunhaki-Tnomat di Desa Persiapan Nifunenas,TTU, untuk melakukan ritual adat berbagai acara penting suku besar itu.
"Tempat di sekitar pohon itu sebelumnya digunakan sebagai tempat ritual adat untuk meminta hujan, ritual sebelum panen jagung, tapi sekarang tidak digunakan lagi untuk ritual," tutur Samuel Sunhaki di rumahnya, Kamis (17/1/2013).
Padahal pohon unik itu pada tahun 2011 silam tumbang diterpa badai angin, namun pada akhir tahun 2012 pohon itu disensor bagian tengah oleh Joni Naitili untuk mebuat papan sehingga tersisa sekira dua meter dari akar.
"Anehnya, beberapa waktu kemudian joni Naitili, tukang sensor kayu itu meninggal dunia karena sakit, tapi setelah dua hari dikubur, pohon itu disaksikan warga tegak kembali," tambah Samuel.
Hingga saat ini warga sekitar enggan mendekati pohon tersebut, mereka takut akan ada sesuatu bersifat mistik bakal terjadi, sementara beberapa tua adat desa itu menduga pohon itu 'bertuan' atau memiliki nyawa.
Kejadian langka dan unik itu disaksikan langsung oleh Mikael Nesi Tnomat warga Desa setempat sore hari, padahal Pohon tua berdiamater 75 sentimeter ini sebelumnya tumbang dan kondisi akar juga sudah lapuk dimakan tanah.
Lokasi pohon tumbang lalu tegak kembali itu merupakan tempat milik suku besar Sunhaki-Tnomat di Desa Persiapan Nifunenas,TTU, untuk melakukan ritual adat berbagai acara penting suku besar itu.
"Tempat di sekitar pohon itu sebelumnya digunakan sebagai tempat ritual adat untuk meminta hujan, ritual sebelum panen jagung, tapi sekarang tidak digunakan lagi untuk ritual," tutur Samuel Sunhaki di rumahnya, Kamis (17/1/2013).
Padahal pohon unik itu pada tahun 2011 silam tumbang diterpa badai angin, namun pada akhir tahun 2012 pohon itu disensor bagian tengah oleh Joni Naitili untuk mebuat papan sehingga tersisa sekira dua meter dari akar.
"Anehnya, beberapa waktu kemudian joni Naitili, tukang sensor kayu itu meninggal dunia karena sakit, tapi setelah dua hari dikubur, pohon itu disaksikan warga tegak kembali," tambah Samuel.
Hingga saat ini warga sekitar enggan mendekati pohon tersebut, mereka takut akan ada sesuatu bersifat mistik bakal terjadi, sementara beberapa tua adat desa itu menduga pohon itu 'bertuan' atau memiliki nyawa.
(ysw)