Atasi kemacetan, tak cukup dengan enam ruas tol dalam kota

Kamis, 17 Januari 2013 - 03:08 WIB
Atasi kemacetan, tak...
Atasi kemacetan, tak cukup dengan enam ruas tol dalam kota
A A A
Sindonews.com - Rencana pembangunan enam ruas jalan tol dalam kota yang disetujui Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo dinilai tidak efektif mengurangi kemacetan di Jakarta.

Pakar Psikologi Politik Universitas Indonesia (UI) Hamdi Muluk mengatakan, kemacetan Jakarta bukan hanya sekedar menjadi tanggung jawab Pemerintah Propinsi DKI Jakarta saja, tetapi juga pemerintah pusat.

Selama ini, kata Hamdi, rezim yang memimpin Indonesia tak pernah memikirkan masalah itu.

"Kan sebenarnya, yang Jokowi setuju itu cuma dua ruas yaitu Sunter-Palimanan, namun media bilang 6 ruas. Saya berpendapat, kemacetan Jakarta juga tanggung jawab pemeirntah pusat. Kebijakan tambah transportasi di sektor publik kan selama ini tak dipenuhi rezim yang sudah memimpin," tukasnya di Balai Sidang Universitas Indonesia (UI), Rabu (16/01/2013).

Kesalahannya, kata dia, terletak pada letak tata ruang yang menjadi pemicu kemacetan di Jakarta. Hamdi mengatakan kemacetan di Jakarta disumbang oleh tingginya jumlah kommuter dari beberapa kota penyangga ibu kota.

"Saya berpendapat, jumlah penyumbang kemacetan di Jakarta itu kommuter, lalu lalang dari kota penyangga seperti Depok, secara administratif bukan DKI, tapi mereka menyerbu Jakarta," katanya.

Menurutnya, hal ini disebabkan oleh letak tata ruang Jakarta dimana masyarakat dijauhkan dari pusat kerja. Ditambah dengan transportasi massal yang tidak cukup.

"Permasalahan selanjutnya, bagaimana mengangkut orang dari pinggir ke dalam. Celakanya lagi, transportasi massal enggak cukup," imbuhnya.

Ia menambahkan, sebanyak apapun jalan yang dibangun untuk mengurai kemacetan, kemacetan akan selalu terjadi apabila tata ruang tidak dibenahi. Namun, kemacetan dapat dikurangi dengan pembatasan jumlah kendaraan pribadi dan menaikkan pajak kendaraan.

Pemerintah juga diminta untuk membenahi sistem transportasi massal yang nyaman dan mencukupi, seperti kereta dan feeder busway. Apabila transportasi massal sudah terpenuhi, Hamdi menilai kemacetan dapat dikurangi.

"Macet akan selalu terjadi, sepanjang tata ruang enggak dibenahi. Berkurang bisa, asal ratio kendaraan pribadi terlalu banyak, kereta paling efisien. Jokowi harus lobi PT KAI perbanyak jalur dari pinggir Jakarta," tandasnya.
(stb)
Berita Terkait
Jakarta Bebas Macet...
Jakarta Bebas Macet di Dunia: Sutiyoso, Jokowi, Ahok Disebut-sebut
Penasaran, Ini Mahakarya...
Penasaran, Ini Mahakarya Gubernur DKI dari Sutiyoso hingga Anies
Saefullah, Sekda DKI...
Saefullah, Sekda DKI 4 Gubernur dari Jokowi, Ahok, Djarot hingga Anies
4 Gubernur Jakarta yang...
4 Gubernur Jakarta yang Dulunya Wagub dari Henk Ngantung hingga Djarot Saiful Hidayat
PDIP Godok Kader Internal...
PDIP Godok Kader Internal di Pilgub DKI: Ada Ahok, Djarot, Risma, dan Andika Perkasa
Ahok Kebanjiran Pertanyaan...
Ahok Kebanjiran Pertanyaan Soal Apikasi Jangkau Besutannya
Berita Terkini
Ancaman Tanah Longsor...
Ancaman Tanah Longsor Intai Wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur, Ini Daftarnya
41 menit yang lalu
Profil Priguna Anugerah...
Profil Priguna Anugerah Pratama, Dokter PPDS Unpad yang Perkosa Keluarga Pasien di RSHS Bandung
54 menit yang lalu
Horeee! Dana KJP Plus...
Horeee! Dana KJP Plus Tahap II Cair sejak 8 April 2025
1 jam yang lalu
Kabar Baik! Pemprov...
Kabar Baik! Pemprov DKI Ringankan Beban Pajak Warga di Tahun 2025
1 jam yang lalu
Tenda Aksi Tolak RUU...
Tenda Aksi Tolak RUU TNI di Kawasan DPR Digusur, Satpol PP: Di Atas Trotoar, Pejalan Kaki Tidak Bisa Lewat!
1 jam yang lalu
5.000 Pasukan Kediri...
5.000 Pasukan Kediri Tewas Akibat Serangan Mendadak Tartar Mongol dan Raden Wijaya
1 jam yang lalu
Infografis
5 Alasan Kapal Induk...
5 Alasan Kapal Induk AS Tak Lagi Relevan dalam Perang Masa Depan
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved