Dua pekan, ribuan bebek mati mendadak

Selasa, 15 Januari 2013 - 21:38 WIB
Dua pekan, ribuan bebek mati mendadak
Dua pekan, ribuan bebek mati mendadak
A A A
Sindonews.com – Sejumlah peternak bebek di Kampung Cimanggah RT02 RW02, Desa Cintakarya, Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut, dipusingkan dengan matinya ribuan bebek dalam kurun waktu 15 hari.

Ketua Kelompok Peternak Bebek Kampung Cimanggah, Jeje Jamaludin (50), mengatakan, dalam satu hari ratusan bebek di kampungnya bisa mati secara serentak. Sebelum mati, bebek-bebek tersebut menunjukan gejala yang sama.

“Awalnya bebek mengalami kejang. Kemudian, bebek yang kejang tadi menjadi lemas dan tidak bisa menggerakan tubuhnya. Tak lama, bebeknya mati,” kata Jeje di rumahnya, Selasa (15/1/2013).

Biasanya, kata Jeje, bangkai bebek yang mati dibuang ke sungai atau dibakar. Menurutnya, wabah penyakit aneh yang dialami bebek-bebek di kampungnya dimulai sejak 1 Januari 2013 lalu.

“Baru ada penyakit yang seperti ini. Penularannya sangat cepat. Diperkirakan, bila terus-menerus begini, populasi bebek yang berjumlah ribuan di sini bisa habis,” ujarnya.

Di kampungnya, tambah Jeje, terdapat sedikitnya 26 peternak yang memiliki peternakan bebek. Dari ke-26 peternak itu, beberapa di antaranya sudah tidak memiliki bebek lagi karena semuanya mati.

“Akhirnya, mereka pun menjadi penganggur atau beralih profesi. Paling mudah kebanyakan menjadi buruh serabutan,” ungkapnya.

Dia mencontohkan, pada akhir 2012 lalu dirinya memiliki 500 ekor bebek. Namun hingga Selasa ini, bebeknya hanya tinggal tersisa sebanyak 125 ekor saja.

“Setiap hari, saya kehilangan antara 20 hingga 70 bebek,” ucapnya.

Kasi Kesehatan Hewan Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan (Disnakanla) Kabupaten Garut Dyah Savitri mengatakan, pihaknya telah mengambil sampel unggas mati di Kampung Cimanggah untuk diteliti.

"Nanti baru kita ketahui apakah unggas ini mati akibat flu burung atau bukan dari hasil lab. Kita tidak bisa sembarangan menyatakan unggas itu mati akibat flu burung atau penyakit lainnya. Cuma dari data sementara, jumlah bebek yang mati mencapai 1.038 ekor," katanya.

Dari hasil wawancara dengan para peternak, lanjutnya, bebek-bebek yang mati di kampung tersebut mengalami gejala serangan syaraf dan gejala lainnya sebelum mati. Gejala ini, biasa dialami unggas yang terkena flu burung, tetelo, atau penyakit infeksi ternak lainnya.

"Kementerian tidak menyarankan hewan yang sakit untuk dikonsumsi. Seharusnya unggas yang mati dikubur atau dibakar. Jangan dibuang begitu saja. Dengan demikian, virus tidak akan tersebar ke daerah lain," pungkasnya.
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8584 seconds (0.1#10.140)
pixels