62 Kali pergerakan tanah terjadi di Jabar

Kamis, 10 Januari 2013 - 18:05 WIB
62 Kali pergerakan tanah terjadi di Jabar
62 Kali pergerakan tanah terjadi di Jabar
A A A
Sindonews.com - Sepanjang tahun 2012 lalu, Jawa Barat (Jabar) dilanda bencana pergerakan tanah hingga 62 kali. Daerah terbanyak yang terkena bencana tersebut adalah Kabupaten Sukabumi, dengan jumlah kejadian hingga 21 kali.

Kepala Sub Bagian Bidang Mitigasi dan Pergerakan Tanah Badan Geologi Jabar, Wawan Irawan menerangkan hasil penelitian geologi menunjukan hampir seluruh wilayah di Jabar termasuk dalam kategori daerah rawan bencana pergerakan tanah, terutama daerah-daerah dengan letak geografis pegunungan seperti Sukabumi, Cianjur, dan Bogor.

“Berdasarkan data sepanjang 2012 lalu, Jabar dilanda bencana pergerakan tanah sebanyak 62 kali dan Kabupaten Sukabumi merupakan daerah yang paling banyak di dera bencana tersebut yakni mencapai 21 kali dengan titik lokasi yang berbeda-beda. Daerah lainnya yang juga terkena pergerakan tanah adalah Cianjur dan Bogor.” tutur Wawan, Kamis (10/1/2013).

Memasuki tahun ini, Badan Geologi meminta masyarakat Jabar untuk tetap mewaspadai terjadinya bencana pergerakan tanah. Wawan mengemukakan, ada beberapa gejala alam yang harus diketahui masyarakat sebagai tanda-tanda akan terjadinya bencana tersebut. Hal pertama adalah pergerakan tanah biasanya terjadi pada saat hujan. Selain itu air tanah yang mengeruh juga bisa dijadikan tanda alam.

“Tahun ini masih dilanda hujan, jadi masyarakat harus tetap waspada terutama yang bermukim di daerah rawan bencana ini. Tanda-tandanya bisa dilihat jika air tanah mulai keruh, ada keretakan tanah di beberapa tempat atau juga terjadi amblas. Hal-hal ini harus diwaspadai sebagai tanda akan terjadinya pergerakan tanah,” tutur Wawan.

Sementara itu, Kepala Bidang Logistik dan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi, Usman Susilo, mencatat bencana pergerakan tanah terbesar terjadi di Kecamatan Curug Kembar.

Sebanyak 408 bangunan rumah, tempat peribadahan, dan sekolah mengalami kerusakan. Bencana yang melanda dua desa yakni Desa Cimenteng, dan Desa Bojong itu diperkirakan menimbulkan kerugian hingga mencapai Rp11 miliar.

“Secara keseluruhan dari perhitungan perkiraaan kerugian akibat bencana pergerakan tanah ini mencapai Rp11 miliar Kerugian terbesar meliputi kerusakan 408 unit rumah yang dihuni dihuni oleh 937 jiwa serta fasilitas dan sarana umum” ungkapnya.
(rsa)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6455 seconds (0.1#10.140)