Kena air laut, 10 Ha lahan melon gagal tanam
A
A
A
Sindonews.com - Sedikitnya 10 hektar (Ha) lahan melon di pesisir Pantai Trisik, Galur, Kulonprogo, dipastikan gagal tanam. Sapuan angin kencang bercampur air laut yang melanda wilayah itu sejak kemarin malam membuat melon rusak parah.
"Bibit melon baru disemai tiga hari lalu, jadi belum cukup kuat untuk menahan terjangan angin. Bibit akhirnya justru terlepas dari tanah dan hilang terbawa angin," kata seorang petani melon Arifin (25), Kamis (10/1/2013).
Dia mengatakan, beberapa bagian dari areal persemaian masih ada. Namun tetap saja, bibit itu tidak dapat diselamatkan karena terlanjur kering. Kondisi ini terjadi karena penguraian garam yang diterbangkan oleh angin kencang.
"Nah garam itulah yang menyebabkan kerusakan parah pada lahan melon di kawasan ini. Kalau tidak kering akibat terkena butiran garam mungkin bibit yang terlepas dapat kami tancapkan lagi. Tapi sekarang sudah tidak bisa diapa-apakan," terangnya.
Dia menambahkan, angin kencang bercampur garam yang merusak semaian melon tidak disertai dengan hujan. Jika disertai hujan maka persemaian bibit yang baru disemai tidak akan sia-sia. Air hujan bisa langsung melepaskan butiran halus garam dari tangkai bibit.
"Jika disertai dengan hujan mungkin bibit tidak akan mati seperti ini. Tapi asalkan curah hujan yang turun tidak begitu lebat, kalau lebat ya sama saja malah akan terendam," tambahnya.
Kepala Dusun Imorenggo, Galur, Solikhin mengungkapkan, angin kencang juga menyebabkan area holtikultura di wilayahnya berantakan. Tidak hanya melon saja, tanaman sayuran terancam mati.
"Tiupan angin memang sangat kencang, tapi memang wajar karena saat ini memasuki musim kepitu. Biasanya kalau musim-musim seperti ini angin selalu bertiup kencang," katanya.
"Bibit melon baru disemai tiga hari lalu, jadi belum cukup kuat untuk menahan terjangan angin. Bibit akhirnya justru terlepas dari tanah dan hilang terbawa angin," kata seorang petani melon Arifin (25), Kamis (10/1/2013).
Dia mengatakan, beberapa bagian dari areal persemaian masih ada. Namun tetap saja, bibit itu tidak dapat diselamatkan karena terlanjur kering. Kondisi ini terjadi karena penguraian garam yang diterbangkan oleh angin kencang.
"Nah garam itulah yang menyebabkan kerusakan parah pada lahan melon di kawasan ini. Kalau tidak kering akibat terkena butiran garam mungkin bibit yang terlepas dapat kami tancapkan lagi. Tapi sekarang sudah tidak bisa diapa-apakan," terangnya.
Dia menambahkan, angin kencang bercampur garam yang merusak semaian melon tidak disertai dengan hujan. Jika disertai hujan maka persemaian bibit yang baru disemai tidak akan sia-sia. Air hujan bisa langsung melepaskan butiran halus garam dari tangkai bibit.
"Jika disertai dengan hujan mungkin bibit tidak akan mati seperti ini. Tapi asalkan curah hujan yang turun tidak begitu lebat, kalau lebat ya sama saja malah akan terendam," tambahnya.
Kepala Dusun Imorenggo, Galur, Solikhin mengungkapkan, angin kencang juga menyebabkan area holtikultura di wilayahnya berantakan. Tidak hanya melon saja, tanaman sayuran terancam mati.
"Tiupan angin memang sangat kencang, tapi memang wajar karena saat ini memasuki musim kepitu. Biasanya kalau musim-musim seperti ini angin selalu bertiup kencang," katanya.
(rsa)