Hirup gas beracun, dua pendaki tewas di Sindoro
A
A
A
Sindonews.com - Dua pendaki ditemukan tewas di kawah utama Gunung Sindoro Kabupaten Temanggung. Kedua pendaki yang masih berstatus pelajar tersebut diduga tewas akibat menghirup gas sulvatara atau gas beracun.
Keduanya diketahui bernama Mudilul Fuad (17), siswa SMK Al Madani, Kepil Wonosobo, dan Mufaikin (15), siswa SMP 3 Kepil. Kedua korban tercatat merupakan warga Desa Kapulogo, Kecamatan Kepil, Kabupaten Wonosobo.
Dari informasi yang terhimpun dari Pos Gunung Sindoro, di Pos Pemantauan Gunung Sindoro-Sumbing, Desa Kentengsari, Kecamatan Bansari, pendakian gunung yang berbatasan dengan Kabupaten Wonosobo ini dilakukan bersama 20 orang rekannya untuk memperingati tahun baru 2013. Tercatat, Gunung Sindoro berstatus aktif normal setelah pada setahun lalu meningkat menjadi waspada.
Anggota Tim Search and Resque (SAR) Kabupaten Temanggung Gito Walngadi mengatakan, keduanya ditemukan tewas di dalam kawah utama dengan kedalaman 60 meter pada pukul 06.30 setelah tim gabungan terdiri dari tim SAR, PMI, TNI, BPD dan Polri melakukan evakuasi.
“Kami langsung melakukan pendakian untuk mengevakuasi korban serta mengevakuasi seluruh pendaki agar menghindari bagian kawah utama yang mengeluarkan gas beracun. Namun, penyebab tewasnya kedua pendaki tersebut belum bisa dipastikan, namun dugaan sementara mereka tewas karena menghirup gas sulvatara,” kata Gito, Selasa 1 Januari 2013.
Proes evakuasi sempat mengalami kesulitan akibat hujan lebat mengguyur wilayah Gunung Sindoro. Jarak pandang sendiri tertutup kabut tebal yang selalu menyelimuti gunung pagar pembatas Temanggung-Wonosobo ini. Sekitar pukul 19.00 WIB, petugas gabungan baru dapat mengevakuasi korban dari puncak Gunung Sindoro.
Selanjutnya, korban dibawa ke RS setempat untuk dilakukan otopsi dan visum untuk memastikan penyebab meninggalnya korban.
Kepala Pos Gunung Sundono Yuli Rahmatulloh menyebutkan, dari catatan Pos Pendakian Gunung Sindoro, Desa Kledung, Kecamatan Kledung, jumlah pendaki yang melakukan pendakian di Gunung Sindoro sebanyak 144 orang. Jumlah tersebut terhitung hingga pukul 24.00 WIB.
“Setiap pendaki kami catat dan kami identifikasi selama peringatan tahun baru ini,” ujarnya.
Menurutnya, pihaknya telah memberikan pengarahan agar tidak mendekati bibir kawah lewat penjaga pos yang bertugas. Sebab, kenaikan status waspada pada tahun lalu masih memungkinkan adanya semburan gas beracun.
“Kami sudah memberikan pengarahan agar jangan sampai mendekati bibir kawah. Karena itu sangat berbahaya. Apalagi sampai turun ke kawah utama,” terangnya.
Sementara Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Surono menjelaskan, gas beracun di kawah Gunung Sundoro disebabkan air hujan yang berubah menjadi uap gas bertekanan tinggi akan mendorong pula gas-gas lain ikut keluar.
Gas sulvatara, ungkap Surono, sangat sulit dideteksi karena karena tidak berwarna, tidak bau, dan tidak kelihatan. Untuk itu, dia mengimbau kepada pendaki untuk diri baik fisik maupun perbekalan termasuk alat-alat yang diperlukan.
"SO2 jelas banyak. Jika di atas ambang aman, apa akan bisa bertahan pendaki yang letih, lelah, dingin, lapar, dan udara yang tipis. Maka, para pendaki harus memperhatikan persiapan. Sebab, mendaki gunung bukan seperti jalan-jalan di mal," tandasnya.
Keduanya diketahui bernama Mudilul Fuad (17), siswa SMK Al Madani, Kepil Wonosobo, dan Mufaikin (15), siswa SMP 3 Kepil. Kedua korban tercatat merupakan warga Desa Kapulogo, Kecamatan Kepil, Kabupaten Wonosobo.
Dari informasi yang terhimpun dari Pos Gunung Sindoro, di Pos Pemantauan Gunung Sindoro-Sumbing, Desa Kentengsari, Kecamatan Bansari, pendakian gunung yang berbatasan dengan Kabupaten Wonosobo ini dilakukan bersama 20 orang rekannya untuk memperingati tahun baru 2013. Tercatat, Gunung Sindoro berstatus aktif normal setelah pada setahun lalu meningkat menjadi waspada.
Anggota Tim Search and Resque (SAR) Kabupaten Temanggung Gito Walngadi mengatakan, keduanya ditemukan tewas di dalam kawah utama dengan kedalaman 60 meter pada pukul 06.30 setelah tim gabungan terdiri dari tim SAR, PMI, TNI, BPD dan Polri melakukan evakuasi.
“Kami langsung melakukan pendakian untuk mengevakuasi korban serta mengevakuasi seluruh pendaki agar menghindari bagian kawah utama yang mengeluarkan gas beracun. Namun, penyebab tewasnya kedua pendaki tersebut belum bisa dipastikan, namun dugaan sementara mereka tewas karena menghirup gas sulvatara,” kata Gito, Selasa 1 Januari 2013.
Proes evakuasi sempat mengalami kesulitan akibat hujan lebat mengguyur wilayah Gunung Sindoro. Jarak pandang sendiri tertutup kabut tebal yang selalu menyelimuti gunung pagar pembatas Temanggung-Wonosobo ini. Sekitar pukul 19.00 WIB, petugas gabungan baru dapat mengevakuasi korban dari puncak Gunung Sindoro.
Selanjutnya, korban dibawa ke RS setempat untuk dilakukan otopsi dan visum untuk memastikan penyebab meninggalnya korban.
Kepala Pos Gunung Sundono Yuli Rahmatulloh menyebutkan, dari catatan Pos Pendakian Gunung Sindoro, Desa Kledung, Kecamatan Kledung, jumlah pendaki yang melakukan pendakian di Gunung Sindoro sebanyak 144 orang. Jumlah tersebut terhitung hingga pukul 24.00 WIB.
“Setiap pendaki kami catat dan kami identifikasi selama peringatan tahun baru ini,” ujarnya.
Menurutnya, pihaknya telah memberikan pengarahan agar tidak mendekati bibir kawah lewat penjaga pos yang bertugas. Sebab, kenaikan status waspada pada tahun lalu masih memungkinkan adanya semburan gas beracun.
“Kami sudah memberikan pengarahan agar jangan sampai mendekati bibir kawah. Karena itu sangat berbahaya. Apalagi sampai turun ke kawah utama,” terangnya.
Sementara Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Surono menjelaskan, gas beracun di kawah Gunung Sundoro disebabkan air hujan yang berubah menjadi uap gas bertekanan tinggi akan mendorong pula gas-gas lain ikut keluar.
Gas sulvatara, ungkap Surono, sangat sulit dideteksi karena karena tidak berwarna, tidak bau, dan tidak kelihatan. Untuk itu, dia mengimbau kepada pendaki untuk diri baik fisik maupun perbekalan termasuk alat-alat yang diperlukan.
"SO2 jelas banyak. Jika di atas ambang aman, apa akan bisa bertahan pendaki yang letih, lelah, dingin, lapar, dan udara yang tipis. Maka, para pendaki harus memperhatikan persiapan. Sebab, mendaki gunung bukan seperti jalan-jalan di mal," tandasnya.
(rsa)