Kawasan wisata macet, sopir angkot mogok
Minggu, 30 Desember 2012 - 19:22 WIB

Kawasan wisata macet, sopir angkot mogok
A
A
A
Sindonews.com – Seluruh sopir angkutan kota (angkot) trayek Samarang-Pasirwangi menggelar aksi mogok operasi. Aksi tersebut, ditengarai oleh macetnya arus lalu lintas di jalur kawasan wisata pemandian air panas Darajat Garut.
Dalam aksinya, para sopir meminta agar pemerintah dan pengelola wisata untuk menyelesaikan masalah kemacetan. Mereka menilai, banyaknya bus wisata yang datang dan parkir menjadi sumber kemacetan terjadi.
“Lebar badan jalan di jalur ini sangat sempit. Sedangkan bus yang berukuran besar banyak parkir dan berdatangan. Akibatnya, arus tersendat. Penghasilan kami ikut tersendat pula,” kata koordintor para sopir, Jajang Hermawan, Minggu (30/12/2012).
Menurutnya, pada hari biasa, para supir angkot mampu meraup pendapatan rata-rata Rp250 ribu per hari. Namun bila kondisi jalan macet di liburan ini, pendapatan menurun drastis sebesar Rp30 ribu per hari.
“Para sopir pun akhirnya memilih untuk berhenti beroperasi. Sebab, pengeluaran tidak akan tertutupi oleh pendapatan. Beli bensin tidak akan cukup bila pendapatan kita hanya Rp30 ribu. Belum lagi buat sehari-hari,” ungkapnya.
Ia pun berharap, agar pemerintah dan perusahaan pengelola mencarikan solusi atas permasalahan tersebut. Para sopir, kata dia, mengancam akan melakukan mogok operasi bila masalah kemacetan tidak segera dintuntaskan.
“Mereka (pemerintah dan pengelola) jangan hanya memikirkan dapat mendatangkan wisatawan saja, tapi juga masyarakat sekitarnya,” tukasnya.
Dalam aksinya, para sopir meminta agar pemerintah dan pengelola wisata untuk menyelesaikan masalah kemacetan. Mereka menilai, banyaknya bus wisata yang datang dan parkir menjadi sumber kemacetan terjadi.
“Lebar badan jalan di jalur ini sangat sempit. Sedangkan bus yang berukuran besar banyak parkir dan berdatangan. Akibatnya, arus tersendat. Penghasilan kami ikut tersendat pula,” kata koordintor para sopir, Jajang Hermawan, Minggu (30/12/2012).
Menurutnya, pada hari biasa, para supir angkot mampu meraup pendapatan rata-rata Rp250 ribu per hari. Namun bila kondisi jalan macet di liburan ini, pendapatan menurun drastis sebesar Rp30 ribu per hari.
“Para sopir pun akhirnya memilih untuk berhenti beroperasi. Sebab, pengeluaran tidak akan tertutupi oleh pendapatan. Beli bensin tidak akan cukup bila pendapatan kita hanya Rp30 ribu. Belum lagi buat sehari-hari,” ungkapnya.
Ia pun berharap, agar pemerintah dan perusahaan pengelola mencarikan solusi atas permasalahan tersebut. Para sopir, kata dia, mengancam akan melakukan mogok operasi bila masalah kemacetan tidak segera dintuntaskan.
“Mereka (pemerintah dan pengelola) jangan hanya memikirkan dapat mendatangkan wisatawan saja, tapi juga masyarakat sekitarnya,” tukasnya.
(ysw)