Mutu kesempatan kerja turunkan kualitas hidup lansia

Mutu kesempatan kerja turunkan kualitas hidup lansia
A
A
A
Sindonews.com - Mutu kesempatan kerja di sektor formal di Indonesia yang semakin rendah ternyata berdampak langsung terhadap peningkatan beban hidup kaum lanjut usia (lansia). Dengan adanya kebijakan flesibilitas pasar kerja yang berlaku, kaum lansia di Indonesia mengalami penurunan kualitas hidup dan kesejahteraan karena menanggung hidup usia produktif.
“Dengan berlakunya pasar kerja fleksibel yang disahkan melalui UU Nomor 13 tahun 2003 mengenai Ketenagakerjaan, kondisi kehidupan masyarakat jadi terbalik. Sejak dulu yang kita ketahui, hidup kaum
lansia ditanggung oleh usia produktif, tapi ternyata saat ini justru lansia yang menanggung hidup kaum usia produktif,” ujar Peneliti Pusat Analisis Sosial Akatiga Bandung Indrasari Tjandraningsih MA, di Yogyakarta, Jawa Tengah, Selasa (20/11/2012).
Indrasari menjelaskan, pasar kerja fleksibel ialah ciri pasar kerja yang ditandai oleh kemudahan merekrut dan melepas pekerja sesuai dengan kebutuhan perusahaan untuk menghindari kerugian ketika terjadi guncangan usaha atau ekonomi. Salah satu bentuknya ialah mekanisme outsourcing tenaga kerja.
“Persoalan intinya bukan bentuk mekanisme outsourcing yang diterapkan berbagai perusahaan, utamanya industri manufaktur. Namun lebih pada manajemen ketenagakerjaan yang berlaku dalam mekanisme outsourcing tersebut, dimana upah minim, tidak adanya pesangon dan jangka waktu kerja relatif sangat singkat,” ungkapnya.
Dengan manajemen tersebut, menurut Indrasari, pekerja usia produktif menjadi tidak mampu membiayai kebutuhan hidupnya sendiri sehingga tidak mampu mandiri. Dalam kondisi tersebut, aspek jaminan sosial kultural yang masih dipegang oleh masyarakat Indonesia menjadi tampak jelas.
“Sudah menjadi kebiasaan di Indonesia, dimana warga negara yang tidak mampu ditanggung oleh warga negara yang lain. Jika penduduk usia produktif akhirnya belum mampu mandiri, dalam hal ini secara ekonomi, orang tua dari usia produktif itulah yang akan mensubsidi kebutuhan lainnya. Ini jelas membuat beban sosial ekonomi lansia meningkat,” paparnya.
Sebagai solusi, ia mengusulkan agar pemerintah mulai melirik persoalan kaum lansia untuk menjadi salah satu prioritas kebijakan negara. Pemerataan fasilitas public dan pemberian jaminan sosial juga perlu terus dilakukan. Selain itu, perlu dilakukan koreksi terhadap kebijakan kerja fleksibel.
“Dengan berlakunya pasar kerja fleksibel yang disahkan melalui UU Nomor 13 tahun 2003 mengenai Ketenagakerjaan, kondisi kehidupan masyarakat jadi terbalik. Sejak dulu yang kita ketahui, hidup kaum
lansia ditanggung oleh usia produktif, tapi ternyata saat ini justru lansia yang menanggung hidup kaum usia produktif,” ujar Peneliti Pusat Analisis Sosial Akatiga Bandung Indrasari Tjandraningsih MA, di Yogyakarta, Jawa Tengah, Selasa (20/11/2012).
Indrasari menjelaskan, pasar kerja fleksibel ialah ciri pasar kerja yang ditandai oleh kemudahan merekrut dan melepas pekerja sesuai dengan kebutuhan perusahaan untuk menghindari kerugian ketika terjadi guncangan usaha atau ekonomi. Salah satu bentuknya ialah mekanisme outsourcing tenaga kerja.
“Persoalan intinya bukan bentuk mekanisme outsourcing yang diterapkan berbagai perusahaan, utamanya industri manufaktur. Namun lebih pada manajemen ketenagakerjaan yang berlaku dalam mekanisme outsourcing tersebut, dimana upah minim, tidak adanya pesangon dan jangka waktu kerja relatif sangat singkat,” ungkapnya.
Dengan manajemen tersebut, menurut Indrasari, pekerja usia produktif menjadi tidak mampu membiayai kebutuhan hidupnya sendiri sehingga tidak mampu mandiri. Dalam kondisi tersebut, aspek jaminan sosial kultural yang masih dipegang oleh masyarakat Indonesia menjadi tampak jelas.
“Sudah menjadi kebiasaan di Indonesia, dimana warga negara yang tidak mampu ditanggung oleh warga negara yang lain. Jika penduduk usia produktif akhirnya belum mampu mandiri, dalam hal ini secara ekonomi, orang tua dari usia produktif itulah yang akan mensubsidi kebutuhan lainnya. Ini jelas membuat beban sosial ekonomi lansia meningkat,” paparnya.
Sebagai solusi, ia mengusulkan agar pemerintah mulai melirik persoalan kaum lansia untuk menjadi salah satu prioritas kebijakan negara. Pemerataan fasilitas public dan pemberian jaminan sosial juga perlu terus dilakukan. Selain itu, perlu dilakukan koreksi terhadap kebijakan kerja fleksibel.
(mhd)