Kabupaten Maros marak gepeng dan anjal

Kabupaten Maros marak gepeng dan anjal
A
A
A
Sindonews.com - Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Maros diminta agar melakukan penertiban terhadap gelandangan dan pengemis (gepeng), anak jalanan (anjal) dan pengamen yang kerap berkeliaran di sejumlah ruas jalan dan restoran di Maros.
Menurut salah seorang warga Maros, Akbar mengatakan, keberadaan gepeng cukup meresahkan. Apa lagi para pengamen dianggap mengganggu di beberapa titik jalan. Dia menganggap, pengamen kadang bersikap anarkis bila tidak diberi uang.
"Kami takut bila tidak memberi uang, karena katanya mereka sering menggores mobil," ungkap Akbar menjelaskan kepada wartawan, Senin (19/10/2012).
Ketua Komisi III bidang Pendidikan dan Kesejahteraan Rakyat (Kesra) DPRD Maros, Lory Hendrajaya mengatakan, Dinas Sosial harusnya bisa tegas menanggapi persoalan gepeng itu. Jika perlu kata politisi asal PDK, pihak Dinas Sosial harus mengerahkan Satpol PP untuk melakukan razia dan penertiban.
"Karena jika tidak tegas hal ini akan terus menjadi persoalan dan bisa-bisa menambah jumlah gepeng yang berdatangan ke Maros," katanya.
Menurutnya gepengn dan anjal itu mengganggu ketentraman masyarakat. Olehnya itu dia mengimbau agar Dinsos bisa bergerak cepat dalam mengatasi persoalan yang tiap waktu meresahkan warga. Dia juga menilai, maraknya gepeng di Kabupaten Maros nantinya akan menjadikan Maros semrawut dalam penataan sosialnya.
"Apalagi sebagian besar gepeng yang ada di Maros itu gepeng kiriman dari daerah luar Maros," katanya.
Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Maros, Muh Nawir mengatakan pihaknya sudah beberapa kali melakukan razia terhadap gepeng dan anjal. Hanya saja memang kondisi gepeng dan anjal di Maros, seperti jamur, sangat sulit dihabiskan.
"Kita juga sudah memantau di lapangan. Dan dari pantauan tersebut, ada hari-hari tertentu mereka beroperasi," katanya.
Menurutnya gepeng dan anjal yang menghiasi Maros sebagian besar bukanlah warga Maros. Melainkan dari Pangkep dan Jeneponto. Menurut pengakuan beberapa anjal yang sempat terjaring ada yang berasal dari Kendari.
"Itu sudah kita pulangkan dan beri biaya transportasi," katanya.
Dia mengatakan, jika ada yang terjaring pihaknya juga tetap memberi masukan, pemahaman dan mendidik gepeng tersebut kemudian dipulangkan ke tempatnya.
"Kalau ada yang terjaring kita juga tetap memberi masukan, pemahaman dan mendidik gepeng tersebut. Serta kemudian dipulangkan ke tempatnya. Sementara yang berasal dari luar Maros dan jauh itu kita berikan uang transport," katanya.
Menurut salah seorang warga Maros, Akbar mengatakan, keberadaan gepeng cukup meresahkan. Apa lagi para pengamen dianggap mengganggu di beberapa titik jalan. Dia menganggap, pengamen kadang bersikap anarkis bila tidak diberi uang.
"Kami takut bila tidak memberi uang, karena katanya mereka sering menggores mobil," ungkap Akbar menjelaskan kepada wartawan, Senin (19/10/2012).
Ketua Komisi III bidang Pendidikan dan Kesejahteraan Rakyat (Kesra) DPRD Maros, Lory Hendrajaya mengatakan, Dinas Sosial harusnya bisa tegas menanggapi persoalan gepeng itu. Jika perlu kata politisi asal PDK, pihak Dinas Sosial harus mengerahkan Satpol PP untuk melakukan razia dan penertiban.
"Karena jika tidak tegas hal ini akan terus menjadi persoalan dan bisa-bisa menambah jumlah gepeng yang berdatangan ke Maros," katanya.
Menurutnya gepengn dan anjal itu mengganggu ketentraman masyarakat. Olehnya itu dia mengimbau agar Dinsos bisa bergerak cepat dalam mengatasi persoalan yang tiap waktu meresahkan warga. Dia juga menilai, maraknya gepeng di Kabupaten Maros nantinya akan menjadikan Maros semrawut dalam penataan sosialnya.
"Apalagi sebagian besar gepeng yang ada di Maros itu gepeng kiriman dari daerah luar Maros," katanya.
Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Maros, Muh Nawir mengatakan pihaknya sudah beberapa kali melakukan razia terhadap gepeng dan anjal. Hanya saja memang kondisi gepeng dan anjal di Maros, seperti jamur, sangat sulit dihabiskan.
"Kita juga sudah memantau di lapangan. Dan dari pantauan tersebut, ada hari-hari tertentu mereka beroperasi," katanya.
Menurutnya gepeng dan anjal yang menghiasi Maros sebagian besar bukanlah warga Maros. Melainkan dari Pangkep dan Jeneponto. Menurut pengakuan beberapa anjal yang sempat terjaring ada yang berasal dari Kendari.
"Itu sudah kita pulangkan dan beri biaya transportasi," katanya.
Dia mengatakan, jika ada yang terjaring pihaknya juga tetap memberi masukan, pemahaman dan mendidik gepeng tersebut kemudian dipulangkan ke tempatnya.
"Kalau ada yang terjaring kita juga tetap memberi masukan, pemahaman dan mendidik gepeng tersebut. Serta kemudian dipulangkan ke tempatnya. Sementara yang berasal dari luar Maros dan jauh itu kita berikan uang transport," katanya.
(azh)