35 imigran gelap ditangkap di Garut
Kamis, 15 November 2012 - 17:30 WIB

35 imigran gelap ditangkap di Garut
A
A
A
Sindonews.com - Sebanyak 35 imigran gelap kembali ditangkap di perairan Pantai Santolo, Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut. Para imigran asal Irak ini diamankan saat akan berlayar ke Pulau Christmas, Australia, sekira 02.30 WIB dini hari tadi.
Kasat Pol Air Polres Garut AKP Asep Suherli mengatakan, para imigran itu bertolak dari Bekasi menggunakan sejumlah mobil angkutan kecil. Setiba di kawasan Garut selatan, puluhan imigran ini kemudian menggunakan sebuah truk dengan bak yang ditutupi terpal sebagai angkutan menuju pantai.
“Dari penuturan sejumlah nelayan yang menjadi saksi, truk mencurigakan tersebut tiba di Pantai Santolo. Para nelayan semakin curiga saat truk itu menurunkan orang dalam jumlah yang banyak,” kata Asep saat dihubungi, Kamis (15/11/2012).
Setelah menaiki perahu, para imigrain ini pun kemudian ditangkap karena tidak dapat menunjukan surat-surat resmi keimigrasian. Dalam pemeriksaan sementara, mereka mengaku akan dijemput oleh 150 imigran lainnya yang telah tiba di kawasan Cidaun, Cianjur.
“Namun karena informasi penangkapan 35 imigran gelap ini bocor, 150 imigran lain yang berada di Cianjur membatalkan niat penjemputan itu. Sekarang, kami tengah mencoba mengejar para pemandu yang mengantar puluhan imigran ini datang ke Garut,” ujarnya.
Saat ini imigran yang terdiri dari 13 pria dewasa, 7 perempuan dewasa, dan 15 anak-anak, ini ditampung di Masjid Santolo. Dijadwalkan, pihak keimigrasian dan International Organization for Migration (IOM), baru akan membawa mereka Jumat 16 November, besok.
“Kami tidak tahu apakah mereka akan dibawa ke rumah detensi imigran di Serang, Banten, atau kemana. Itu terserah pihak keimigrasian. Saat ditangkap, kondisi mereka sehat. Tidak ada yang sakit. Terkait soal penampungannya, para imigran ini enggan dibawa ke hotel. Mereka lebih memilih untuk menginap di masjid. Karena hari ini libur, penjemputannya baru akan dilakukan Jumat besok oleh pihak keimigrasian dan IOM,” jelasnya.
Sementara dihubungi terpisah, Kepala Seksi Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian pada Kantor Imigrasi Kelas II Tasikmalaya Teguh mengungkapkan, banyaknya imigran yang melewati bentangan pantai di wilayah Jawa Barat tidak akan pernah selesai.
Ia menilai, imigran lebih memilih Indonesia untuk menyeberang dikarenakan masih banyaknya warga yang terbujuk oleh iming-iming bayaran tinggi.
“Warga terbujuk untuk mengantar karena bayarannya tinggi. Apakah itu mengantar imigran melalui jalur darat atau laut. Sebagian besar, warga negara kita yang terlibat dalam penyelundupan imigran ini adalah orang-orang dari kalangan ekonomi ke bawah,” katanya.
Menurut Teguh, Kabupaten Garut merupakan daerah dengan peringkat kedua di Jabar setelah Ciamis yang sering dilalui imigran. Faktor lain penyebab tingginya imigran melintas adalah karena Garut memiliki garis pantai yang dipercaya mereka lebih dekat dengan Pulau Christmas, Australia.
Kasat Pol Air Polres Garut AKP Asep Suherli mengatakan, para imigran itu bertolak dari Bekasi menggunakan sejumlah mobil angkutan kecil. Setiba di kawasan Garut selatan, puluhan imigran ini kemudian menggunakan sebuah truk dengan bak yang ditutupi terpal sebagai angkutan menuju pantai.
“Dari penuturan sejumlah nelayan yang menjadi saksi, truk mencurigakan tersebut tiba di Pantai Santolo. Para nelayan semakin curiga saat truk itu menurunkan orang dalam jumlah yang banyak,” kata Asep saat dihubungi, Kamis (15/11/2012).
Setelah menaiki perahu, para imigrain ini pun kemudian ditangkap karena tidak dapat menunjukan surat-surat resmi keimigrasian. Dalam pemeriksaan sementara, mereka mengaku akan dijemput oleh 150 imigran lainnya yang telah tiba di kawasan Cidaun, Cianjur.
“Namun karena informasi penangkapan 35 imigran gelap ini bocor, 150 imigran lain yang berada di Cianjur membatalkan niat penjemputan itu. Sekarang, kami tengah mencoba mengejar para pemandu yang mengantar puluhan imigran ini datang ke Garut,” ujarnya.
Saat ini imigran yang terdiri dari 13 pria dewasa, 7 perempuan dewasa, dan 15 anak-anak, ini ditampung di Masjid Santolo. Dijadwalkan, pihak keimigrasian dan International Organization for Migration (IOM), baru akan membawa mereka Jumat 16 November, besok.
“Kami tidak tahu apakah mereka akan dibawa ke rumah detensi imigran di Serang, Banten, atau kemana. Itu terserah pihak keimigrasian. Saat ditangkap, kondisi mereka sehat. Tidak ada yang sakit. Terkait soal penampungannya, para imigran ini enggan dibawa ke hotel. Mereka lebih memilih untuk menginap di masjid. Karena hari ini libur, penjemputannya baru akan dilakukan Jumat besok oleh pihak keimigrasian dan IOM,” jelasnya.
Sementara dihubungi terpisah, Kepala Seksi Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian pada Kantor Imigrasi Kelas II Tasikmalaya Teguh mengungkapkan, banyaknya imigran yang melewati bentangan pantai di wilayah Jawa Barat tidak akan pernah selesai.
Ia menilai, imigran lebih memilih Indonesia untuk menyeberang dikarenakan masih banyaknya warga yang terbujuk oleh iming-iming bayaran tinggi.
“Warga terbujuk untuk mengantar karena bayarannya tinggi. Apakah itu mengantar imigran melalui jalur darat atau laut. Sebagian besar, warga negara kita yang terlibat dalam penyelundupan imigran ini adalah orang-orang dari kalangan ekonomi ke bawah,” katanya.
Menurut Teguh, Kabupaten Garut merupakan daerah dengan peringkat kedua di Jabar setelah Ciamis yang sering dilalui imigran. Faktor lain penyebab tingginya imigran melintas adalah karena Garut memiliki garis pantai yang dipercaya mereka lebih dekat dengan Pulau Christmas, Australia.
(lns)