SDM sekolah RSBI dan SBI masih kurang

Minggu, 21 Oktober 2012 - 16:42 WIB
SDM sekolah RSBI dan SBI masih kurang
SDM sekolah RSBI dan SBI masih kurang
A A A
Sindonews.com - Guru untuk sekolah dengan gelar Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) dinilai masih kurang.

Hal ini terlihat dari daftar tunggu kebutuhan guru-guru sekolah RSBI dan SBI di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

"Di DIY ada 45 sekolah RSBI dan SBI. Dan saat ini sudah ada beberapa sekolah yang sudah memesan lulusan kami yang mengikuti program Pendidikan Guru MIPA Bertaraf Internasional (PGMIPABI) seperti SMP Muhammadiyah dua dan SMA Muhammadiyah dua. Bahkan beberapa sekolah harus indent, karena tiap tahunnya kami hanya menerima 75 mahasiswa untuk tiga prodi," ujar Rektor Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Kasiyarno, saat ditemui usai pembukaan Ahmad Dahlan Internasional Class of Mathematics and Science Education Students Seminar 2012, di Yogyakarta, Minggu (21/10/2012).

Dia menuturkan, dalam program RSBI dan SBI yang diluncurkan empat tahun lalu, pemerintah pusat kurang memikirkan mengenai Sumber Daya Manusia (SDM) dari program tersebut. Baru sejak dua tahun lalu, Direktoral Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Kemendikbud RI membuat program hibah PGMIPABI.

"Kami menjadi salah satu dari 39 perguruan tinggi (PT) yang ditunjuk menjalankan program hibah PGMIPABI di Indonesia. Program ini merupakan program khusus bagi Fakultas Kependidikan dan Ilmu Pendidikan UAD, khususnya Prodi Matematika, Fisika dan Biologi. Program ini bertujuan mencetak guru pelajaran MIPA yang diperuntukkan bagi sekolah RSBI dan SBI," jelasnya.

Dikatakannya, UAD menjadi satu dari dua PT yang ditunjuk menjadi pilot project program hibah tersebut selain PGRI Semarang. Dalam program hibah tersebut, UAD menerima Rp4 miliar untuk membantu pendanaan penyelenggaraan pencetakan guru khusus RSBI dan SBI dalam jangka waktu empat tahun.

Mahasiswa yang menempuh program PGMIPABI di UAD tersebut wajib menjalani tes khusus. Pembelajaran perkuliahan yang diterima pun berbeda dengan program reguler.

"Bahasa pengantar jelas menggunakan bahasa Inggris, desain kurikulum yang berbeda. Namun yang paling utama ialah kami berusaha agar sebelum lulus, mahasiswa yang menjalani program ini memiliki pengalaman mengajar di kalangan internasional," tutur Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) DIY ini.

Untuk syarat kelulusan pengalaman mengajar internasional, Kasiyarno mengatakan, pihaknya telah menjalin kerja sama dengan universitas di Filipina dan Malaysia untuk menjadi tujuan para calon lulusan PGMIPABI memperoleh pengalaman. Rencana terdekat, November 2012 ini beberapa mahasiswa PGMIPABI UAD akan dikirim ke Filipina.
(mhd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7511 seconds (0.1#10.140)