11 imigran gelap masih tertahan di Garut

Rabu, 10 Oktober 2012 - 06:48 WIB
11 imigran gelap masih tertahan di Garut
11 imigran gelap masih tertahan di Garut
A A A
Sindonews.com – Sebanyak 11 imigran gelap yang akan menyebrang ke Australia pada 26 September lalu, masih tertahan di penampungan sementara mereka, Hotel Suminar, Jalan Otto Iskandardinata Garut.

Kepala Seksi Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian Kantor Imigrasi Kelas II Tasikmalaya Teguh mengatakan, pihaknya belum bisa memastikan kapan para imigran ini tetap berada di lokasi penampungan sementara.

"Kami masih menunggu perintah dari Ditjen Imigrasi RI untuk membawa 11 orang ini ke tempat yang telah ditentukan. Mereka sepertinya akan dibawa ke rumah detensi imigran di Serang, Banten. Tapi kami belum bisa memastikan kapan," katanya, Rabu (10/10/2012).

Sementara ke-27 imigran lain yang juga tertangkap saat akan menyebrang, lanjut Teguh, saat ini sudah dibawa ke Serang, Banten, untuk menunggu dipulangkan ke negaranya. 11 imigran yang masih tertahan ini terdiri dari tiga keluarga.

“Dua keluarga adalah suku Kurdi dari Iran, sedangkan satu keluarga lagi berasal dari Srilangka. Dari 11 orang, empat diantaranya adalah anak-anak,” sebutnya.

Sebelumnya, aparat Polres Garut mengamankan 38 imigran gelap dari empat negara yang akan menyebrang ke Afghanistan di Pantai Sayang Heulang, Kecamatan Pameungpeuk, pada Rabu 27 September malam. Para imigran yang tertangkap ini berkewarganegaraan Afghanistan berjumlah satu orang, Iran 28 orang, Irak tiga orang, dan Srilangka enam orang.

Saat itu, seorang imigran asal Kota Ghazni, Afghanistan, Said Ali Razak (23) menuturkan, sebelum tertangkap di Pameungpeuk Kabupaten Garut, dirinya sempat singgah terlebih dahulu di sejumlah tempat lainnya. Berangkat dari Afghanistan, tutur Said, dimulai sejak Juli lalu.

“Sudah dua bulan perjalanan yang saya lalui sebelum berakhir seperti ini. Saya berangkat dari Afghanistan menuju Malaysia menggunakan pesawat terbang dan bermalam di sana. Sebelumnya jumlah kami ratusan yang terbagi ke dalam sejumlah kelompok kecil,” tuturnya.

Lebih jauh ia ceritakan, perjalanan dari Malaysia kemudian dilanjutkan menuju Kota Medan dengan menggunakan speed boat. Jalur darat kembali dipilih Said beserta kelompok kecil lainnya hingga tiba di Palembang.

“Perjalanannya berhari-hari. Di beberapa tempat kami bermalam. Dari Palembang menuju Jakarta, kami menggunakan pesawat terbang lagi. Singkatnya, kelompok kami berpisah dengan melewati rute berbeda hingga akhirnya berkumpul kembali di Pameungpeuk hingga akhirnya ditangkap Polisi,” ungkapnya.

Menurut Said, dipilihnya Australia sebagai negara tujuan akhir bukan tanpa alasan. Ia terpaksa meninggalkan keluarganya karena ingin menjalani hidup yang lebih baik.

“Per orang kami sudah menyiapkan uang sebesar USD6.000 di negara masing-masing. Tadinya, kalau rencana saya berangkat ke Australia mulus, saya akan mengajak isteri saya, Sarah. Saya juga sudah menyiapkan uang untuk ditransfer kepadanya bila sampai di Australia. Saya ingin menghindari perang antara tentara Taliban dan pasukan Amerika. Ibu bapak saya tewas terkena bom dalam pertempuran keduanya di tahun lalu,” pungkasnya.
(lns)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5487 seconds (0.1#10.140)