Jelang Idul Adha, DPKP perketat lalin hewan

Jelang Idul Adha, DPKP perketat lalin hewan
A
A
A
Sindonews.com - Menjelang hari raya Idul Adha, Dinas Perikanan Kelautan dan Peternakan (DPKP) Maros mulai membentuk tim pengawasan hewan ternak untuk dikurban. Terdiri dari, dokter hewan, kolektor dan paramedis.
Menurut Kepala Seksi Kesehatan Hewan DPKP Maros Isdarjid, setelah ternak yang akan dikurbankan diperiksa oleh dokter hewan maka setiap ternak akan diberi Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) di masing-masing Kecamatan.
SKKH tersebut akan dikeluarkan berdasarkan asal usul ternak sesuai dengan prosedur administrasi dan pemeriksaan Antomortin dan Posmortin (sebelum hewan dipotong secara fisik dan setelah dipotong). Tujuan SKKH sendiri, kata dia, untuk menghindari adanya hewan yang berpenyakit.
"Kita juga akan memperketat arus lalu lintas hewan, yang melewati daerah Maros," tegasnya, kepada wartawan, Jumat (5/10/2012).
Ketatnya pengawasan lalu lintas hewan, dikarenakan munculnya kasus anthrax yang sempat menggegerkan warga di Desa Tellu Poccoe, Dusun Palisi, Kecamatan Marusu, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, beberapa waktu lalu yang semakin membuat DPKP waspada.
Isdarjid Majid menuturkan, setiap kecamatan, akan dipantau oleh tim pengawasan hewan kurban secara langsung.
"Beruntung, DPKP saat ini telah memiliki tiga tenaga dokter hewan yang akan bertugas memeriksa hewan ternak," ungkapnya.
Ketiga dokter tersebut kata Isdarjid, akan dibagi menjadi tiga tim. Tim pertama yakni drh Mutawadiah yang akan bertugas di Kecamatan Camba, Cenrana dan Mallawa. Tim kedua yakni drh Ujistiany Abidin yang bertugas di Kecamatan Simbang, Bantimurung, Turikale, Maros Baru, Lau dan Bontoa.
Sedangkan tim ketiga dinahkodai drh Fitriani yang akan bertugas di Kecamatan Mandai, Marusu, Tompobulu, Tanralili dan Moncongloe.
"Tim ini nantinya akan memeriksa hewan ternak sebelum dipotong dan diperjualbelikan. Tim akan bekerja mulai hari Senin depan (8 Oktober 2012) sampai satu minggu setelah hari raya kurban," jelasnya.
Ketika disinggung soal stok daging, dia menuturkan Maros pun melayani permintaan daging untuk dipasok di Kota Makassar, Kabupaten Pangkep dan Gowa. Karenanya, DPKP menyiapkan sekitar dua ribu ekor khusus sapi.
Di Kecamatan Bantimurung dan Mandai lebih banyak diminati para pedagang pengumpul yang sudah ada pembeli tetap.
"Selain membentuk tim, kami juga akan membuat brosur yang disebar di setiap masjid yang akan digelar pemotongan kurban. Brosur tersebut berisi informasi tentang zoonis, penyakit hewan yang bisa berpindah pada manusia yang ditujukan bagi para juru jagal (tukang potong)," tambahnya.
Kepala DPKP Maros Ansarullah mengatakan, saat ini fungsi bidang peternakan lebih difokuskan setiap ada kejadian segera dilaporkan. Setiap tim diharapkan dapat menjalankan tugasnya dengan baik agar masyarakat merasa aman dalam mengonsumsi daging kurban nantinya.
"Kami juga akan menggelar razia daging di pasar. Biasanya satu minggu sebelum hari raya Idul Adha. Itu merupakan pekerjaan rutin bidang peternakan, biasanya digelar dua kali menjelang hari raya," jelasnya.
Menyoal kasus anthrax yang terjadi di desa Tellum poccoe, pihaknya tetap memperketat pengawasan. Makanya posko Zoonis yang selama ini berdiri di daerah endemik tersebut belum ditutup.
Posko itu tetap didirikan meski desa itu dapat dikatakan sudah aman dari bakteri anthrax. Populasi sapi di Desa Tellu poccoe terbilang sedikit. Dibanding yang terjadi di Kecamatan Bantimurung dan Tompobulu.
"Daerah endemik sudah dipikirkan untuk perlakuan khusus. Ada yang bertanggung jawab khusus dan tetap berkoordinasi dengan kepala dusun dan kepala desa," tambahnya
Menurut Kepala Seksi Kesehatan Hewan DPKP Maros Isdarjid, setelah ternak yang akan dikurbankan diperiksa oleh dokter hewan maka setiap ternak akan diberi Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) di masing-masing Kecamatan.
SKKH tersebut akan dikeluarkan berdasarkan asal usul ternak sesuai dengan prosedur administrasi dan pemeriksaan Antomortin dan Posmortin (sebelum hewan dipotong secara fisik dan setelah dipotong). Tujuan SKKH sendiri, kata dia, untuk menghindari adanya hewan yang berpenyakit.
"Kita juga akan memperketat arus lalu lintas hewan, yang melewati daerah Maros," tegasnya, kepada wartawan, Jumat (5/10/2012).
Ketatnya pengawasan lalu lintas hewan, dikarenakan munculnya kasus anthrax yang sempat menggegerkan warga di Desa Tellu Poccoe, Dusun Palisi, Kecamatan Marusu, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, beberapa waktu lalu yang semakin membuat DPKP waspada.
Isdarjid Majid menuturkan, setiap kecamatan, akan dipantau oleh tim pengawasan hewan kurban secara langsung.
"Beruntung, DPKP saat ini telah memiliki tiga tenaga dokter hewan yang akan bertugas memeriksa hewan ternak," ungkapnya.
Ketiga dokter tersebut kata Isdarjid, akan dibagi menjadi tiga tim. Tim pertama yakni drh Mutawadiah yang akan bertugas di Kecamatan Camba, Cenrana dan Mallawa. Tim kedua yakni drh Ujistiany Abidin yang bertugas di Kecamatan Simbang, Bantimurung, Turikale, Maros Baru, Lau dan Bontoa.
Sedangkan tim ketiga dinahkodai drh Fitriani yang akan bertugas di Kecamatan Mandai, Marusu, Tompobulu, Tanralili dan Moncongloe.
"Tim ini nantinya akan memeriksa hewan ternak sebelum dipotong dan diperjualbelikan. Tim akan bekerja mulai hari Senin depan (8 Oktober 2012) sampai satu minggu setelah hari raya kurban," jelasnya.
Ketika disinggung soal stok daging, dia menuturkan Maros pun melayani permintaan daging untuk dipasok di Kota Makassar, Kabupaten Pangkep dan Gowa. Karenanya, DPKP menyiapkan sekitar dua ribu ekor khusus sapi.
Di Kecamatan Bantimurung dan Mandai lebih banyak diminati para pedagang pengumpul yang sudah ada pembeli tetap.
"Selain membentuk tim, kami juga akan membuat brosur yang disebar di setiap masjid yang akan digelar pemotongan kurban. Brosur tersebut berisi informasi tentang zoonis, penyakit hewan yang bisa berpindah pada manusia yang ditujukan bagi para juru jagal (tukang potong)," tambahnya.
Kepala DPKP Maros Ansarullah mengatakan, saat ini fungsi bidang peternakan lebih difokuskan setiap ada kejadian segera dilaporkan. Setiap tim diharapkan dapat menjalankan tugasnya dengan baik agar masyarakat merasa aman dalam mengonsumsi daging kurban nantinya.
"Kami juga akan menggelar razia daging di pasar. Biasanya satu minggu sebelum hari raya Idul Adha. Itu merupakan pekerjaan rutin bidang peternakan, biasanya digelar dua kali menjelang hari raya," jelasnya.
Menyoal kasus anthrax yang terjadi di desa Tellum poccoe, pihaknya tetap memperketat pengawasan. Makanya posko Zoonis yang selama ini berdiri di daerah endemik tersebut belum ditutup.
Posko itu tetap didirikan meski desa itu dapat dikatakan sudah aman dari bakteri anthrax. Populasi sapi di Desa Tellu poccoe terbilang sedikit. Dibanding yang terjadi di Kecamatan Bantimurung dan Tompobulu.
"Daerah endemik sudah dipikirkan untuk perlakuan khusus. Ada yang bertanggung jawab khusus dan tetap berkoordinasi dengan kepala dusun dan kepala desa," tambahnya
(mhd)