Penyelundup imigran gelap pakai modus baru
Kamis, 27 September 2012 - 14:52 WIB

Penyelundup imigran gelap pakai modus baru
A
A
A
Sindonews.com - Setelah berulangkali tertangkap, kini para imigran gelap menggunakan modus baru untuk mengelabui petugas. Mereka dipecah dalam kelompok kecil serta disebar ke beberapa pemukiman untuk bersosialisasi dengan masyarakat sekitar.
Modus baru ini terungkap dari salah seorang imigran asal Afganistan yang tertangkap pada Kamis (27/9/2012) dinihari.
Seorang imigran asal Kota Ghazni, Afghanistan, Said Ali Razak (23) menuturkan, sebelum tertangkap di Pameungpeuk, Kabupaten Garut, dirinya sempat singgah terlebih dahulu di sejumlah tempat lainnya. Berangkat dari Afghanistan, tutur Said, dimulai sejak Juli lalu.
“Sudah dua bulan perjalanan yang saya lalui sebelum berakhir seperti ini. Saya berangkat dari Afghanistan menuju Malaysia menggunakan pesawat terbang dan bermalam di sana. Sebelumnya jumlah kami ratusan yang terbagi ke dalam sejumlah kelompok kecil,” tuturnya, Kamis (27/9/2012).
Dari Malaysia, perjalanan dilanjutkan menuju Kota Medan dengan menggunakan speed boat. Jalur darat kembali dipilih Said beserta kelompok kecil lainnya hingga tiba di Palembang.
“Perjalanannya berhari-hari. Di beberapa tempat kami bermalam," katanya.
Setelah dari Palembang menuju Jakarta, mereka menggunakan pesawat terbang. Selanjutnya, mereka berpencar melewati rute berbeda hingga akhirnya berkumpul kembali di Pameungpeuk hingga akhirnya ditangkap Polisi.
Menurut Said, dipilihnya Australia sebagai negara tujuan akhir bukan tanpa alasan. Ia terpaksa meninggalkan keluarganya karena ingin menjalani hidup yang lebih baik. Untuk biaya ke Australia ini setiap orang dikenai USD6.000.
"Jika berhasil rencananya saya akan mengajak isteri saya, Sarah. Saya juga sudah menyiapkan uang untuk ditransfer kepadanya bila sampai di Australia. Saya ingin menghindari perang antara tentara Taliban dan pasukan Amerika. Ibu bapak saya tewas terkena bom dalam pertempuran keduanya tahun lalu,” pungkasnya.
Kapolres Garut AKBP Enjang Hasan Kurnia mengakui modus baru para penyelundup manusia itu. "Para imigran tiba di kawasan Garut Selatan dengan modus memasang sebuah jaringan," terangnya.
Saat ini, mereka tidak berani datang dalam bentuk rombongan dengan menggunakan kendaraan besar seperti bus. "Mereka membuat kelompok kecil agar sulit dideteksi," terangnya.
Selama di Garut Selatan, mereka menyewa rumah warga dan mengaku sebagai wisatawan. Di sini, mereka coba berbaur dengan masyarakat agar tidak dicurigai.
Modus baru ini terungkap dari salah seorang imigran asal Afganistan yang tertangkap pada Kamis (27/9/2012) dinihari.
Seorang imigran asal Kota Ghazni, Afghanistan, Said Ali Razak (23) menuturkan, sebelum tertangkap di Pameungpeuk, Kabupaten Garut, dirinya sempat singgah terlebih dahulu di sejumlah tempat lainnya. Berangkat dari Afghanistan, tutur Said, dimulai sejak Juli lalu.
“Sudah dua bulan perjalanan yang saya lalui sebelum berakhir seperti ini. Saya berangkat dari Afghanistan menuju Malaysia menggunakan pesawat terbang dan bermalam di sana. Sebelumnya jumlah kami ratusan yang terbagi ke dalam sejumlah kelompok kecil,” tuturnya, Kamis (27/9/2012).
Dari Malaysia, perjalanan dilanjutkan menuju Kota Medan dengan menggunakan speed boat. Jalur darat kembali dipilih Said beserta kelompok kecil lainnya hingga tiba di Palembang.
“Perjalanannya berhari-hari. Di beberapa tempat kami bermalam," katanya.
Setelah dari Palembang menuju Jakarta, mereka menggunakan pesawat terbang. Selanjutnya, mereka berpencar melewati rute berbeda hingga akhirnya berkumpul kembali di Pameungpeuk hingga akhirnya ditangkap Polisi.
Menurut Said, dipilihnya Australia sebagai negara tujuan akhir bukan tanpa alasan. Ia terpaksa meninggalkan keluarganya karena ingin menjalani hidup yang lebih baik. Untuk biaya ke Australia ini setiap orang dikenai USD6.000.
"Jika berhasil rencananya saya akan mengajak isteri saya, Sarah. Saya juga sudah menyiapkan uang untuk ditransfer kepadanya bila sampai di Australia. Saya ingin menghindari perang antara tentara Taliban dan pasukan Amerika. Ibu bapak saya tewas terkena bom dalam pertempuran keduanya tahun lalu,” pungkasnya.
Kapolres Garut AKBP Enjang Hasan Kurnia mengakui modus baru para penyelundup manusia itu. "Para imigran tiba di kawasan Garut Selatan dengan modus memasang sebuah jaringan," terangnya.
Saat ini, mereka tidak berani datang dalam bentuk rombongan dengan menggunakan kendaraan besar seperti bus. "Mereka membuat kelompok kecil agar sulit dideteksi," terangnya.
Selama di Garut Selatan, mereka menyewa rumah warga dan mengaku sebagai wisatawan. Di sini, mereka coba berbaur dengan masyarakat agar tidak dicurigai.
(ysw)