Dibangun untuk mengenang 202 korban

Jum'at, 07 September 2012 - 10:50 WIB
Dibangun untuk mengenang 202 korban
Dibangun untuk mengenang 202 korban
A A A
Orang mengenalnya dengan sebutan Ground Zero atau Monumen Korban Bom Bali, monumen ini dibangun dengan tujuan mengenang 202 orang korban ledakan bom di Sari Club dan Paddy’s Cafe di Jalan Legian pada 12 Oktober 2002.

Monumen Bom Bali terletak di Jalan Legian Kuta yang merupakan kawasan ramai wisatawan mancanegara di sepanjang jalan tersebut juga banyak terdapat cafe, club, toko-toko, serta tempat-tempat untuk menginap.

Monumen ini sangat mudah untuk dicapai. Selain berada di tengah keramaian, kawasan monumen ini merupakan rute atau jalur padat yang selalu dilewati setiap orang atau wisatawan yang ingin mengunjungi Pantai Kuta. Hingga membuat orang yang berlalu-lalang melewatinya akan terkenang terhadap para korban bom Bali.

Monumen bom Bali sendiri sengaja dibangun guna menghormati nilai-nilai kemanusiaan terutama terhadap para korban, di mana di dalam monumen tersebut juga turut tertera nama serta beberapa foto dari para korban bom yang berjumlah 202 orang.

Terdiri dari 88 orang warga Australia, 38 orang warga Indonesia yang kebanyakan warga Bali, 26 warga Inggris, tujuh warga Amerika Serikat, enam warga Jerman, lima warga Swedia, empat warga Belanda, empat warga Perancis, tiga warga Denmark, tiga warga Selandia Baru, tiga warga Swiss, dua warga Brasil, dua warga Kanada, dua warga Jepang, dua warga Afrika Selatan, dua warga Korea Selatan, satu warga Ekuador, satu warga Yunani, satu warga Italia, satu warga Polandia, satu warga Portugal, serta satu warga Taiwan.

Monumen bom Bali dibangun atas gagasan seorang tokoh Persatuan Tourist Attraction Indonesia Bali (Putri) bernama Nyoman Rudana, yang menganjurkan agar didirikan sebuah monumen pada lokasi pemboman yang dikenal sebagai lokasi ground zero setelah peristiwa pemboman itu terjadi.

Pembangunan monumen itu sendiri selesai pada 2003 dengan nama awal "Monumen Panca Benua" yang kemudian berubah menjadi "Monumen Tragedi Kemanusiaan Peledakan Bom 12 Oktober 2002" setelah diresmikan pada 12 Oktober 2004 oleh Bupati Kabupaten Badung Anak Agung Ngurah Oka Ratmadi.

Bahkan beberapa hari sebelum peresmian monumen bom Bali atau tepatnya pada tanggal 8 Oktober, di lokasi peledakan juga diadakan sebuah upacara ritual Hindu (upacara mecaru dan melaspas) yang bertujuan untuk membersihkan dan mensucikan.

Upacara itu sendiri berlangsung di lokasi peledakan bom (ground zero) yang terletak di antara Sari Club dan Paddy's Pub di Jalan Legian Kuta, yang dipimpin oleh dua pendeta Hindu, kepala pemerintah kabupaten badung serta para tokoh masyarakat Kuta.

Bom Bali merupakan peristiwa terorisme paling buruk dalam catatan sejarah bangsa Indonesia. Peristiwa ini terjadi tepat satu tahun lebih satu bulan dan satu hari setelah serangan teroris pada 11 September 2001 di Menara World Trade Centre, New York, Amerika Serikat.

Pemerintah Indonesia telah menghukum para pelaku yang dianggap bertanggung jawab atas teror ini. Mereka adalah Abdul Goni, Abdul Hamid, Abdul Rauf, Abdul Aziz alias Imam Samudra, Achmad Roichan, Ali Ghufron alias Mukhlas, Ali Imron alias Alik, Amrozi bin Nurhasyim alias Amrozi, Andi Hidayat, Andi Oktavia, Arnasan alias Jimi, Bambang Setiono, Budi Wibowo.

Kemudian, Dr Azahari alias Alan, Dulmatin, Feri alias Isa, Herlambang, Hernianto, Idris alias Johni Hendrawan, Junaedi, Makmuri, Mohammad Musafak, Mohammad Najib Nawawi, Umar Patek, Utomo Pamungkas alias Mubarok dan Zulkarnaen atas keterlibatan mereka dalam peristiwa pemboman tersebut.
(azh)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4040 seconds (0.1#10.140)