Penghakiman warga marak

Jum'at, 07 September 2012 - 10:10 WIB
Penghakiman warga marak
Penghakiman warga marak
A A A
Sindonews.com - Aksi main hakim sendiri terjadi di dua tempat terpisah di Semarang. Satu pemuda diduga maling motor dipukuli hingga nyaris dibakar di daerah Sembungharjo, Genuk.

Selain itu, dua penjambret babak belur setelah tertangkap karena menjambret seorang nenek di dekat Pos Polisi Sebandaran, Kawasan Pecinan, Semarang Tengah. Insiden pertama terjadi saat terduga pelaku yang diketahui bernama Ruwanto alias Ari (27) warga Tlogomulyo, Semarang kepergok mencuri sepeda motor di warung mi ayam. Warga sekitar lokasi mengepung rumah ketua RT, di mana pencuri motor itu diamankan. Aparat Polsek Genuk bahkan kewalahan menghadapi beringasnya massa. Satu regu Satuan Dalmas Polrestabes Semarang bahkan diturunkan dan membubarkan massa dengan menembakkan gas air mata.

Pada insiden itu, seorang polisi berpakaian preman,Bripka Adib Yanuar menderita luka di kepalanya akibat lemparan batu massa yang marah.Polisi itu dilarikan ke RSI Sultan Agung untuk mendapat perawatan. Setelah terkepung selama empat jam, polisi baru berhasil mengevakuasi pelaku. Saksi, Sulimah, penjual mi ayam, mengatakan pelaku datang seorang diri berjalan kaki, kemudian memesan dua porsi mi ayam untuk dibungkus.

“Namun pesanan belum selesai, tiba-tiba dia (pelaku) keluar warung dan menuntun sepeda motor Supra X H 2703 HA milik saya,” paparnya menjelaskan kepada wartawan, Kamis 6 September 2012.

Melihat hal itu, Sulimah buru-buru meneriakinya. Si pelaku berhenti dan dibawa oleh warga ke rumah ketua RT. Warga yang geram berkumpul mengepung rumah ketua RT sembari meneriakkan agar pelaku disiram pakai bensin untuk dibakar.

Berita terkait lainnya, dua jambret yang juga babak belur dihakimi warga masing-masing bernama Jaka Laksamana Putra (240, warga Semarang Selatan, dan Sigit Tri Prasetyo (24). Mereka berboncengan Yamaha Jupiter Z merah H 4725 PP dan menjambret seorang nenek, Yohana Asih Setiawan (72), warga Semarang Tengah. Saat itu Asih berjalan kaki sendirian, mencangklong tas berisi uang Rp9,5 juta yang baru saja diambilnya dari bank.

Ketua Pusat Studi Asia Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Diponegoro Semarang Yetty Rochwulaningsih mengatakan aksi main hakim warga adalah salah satu indikator krisis kepercayaan masyarakat kepada polisi.
(azh)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6569 seconds (0.1#10.140)