TPF temukan bom mirip ranjau di lokasi bentrok
Selasa, 28 Agustus 2012 - 00:45 WIB

TPF temukan bom mirip ranjau di lokasi bentrok
A
A
A
Sindonews.com - Tim Pencari Fakta (TPF) yang terdiri dari Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Sampang dan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur (Jatim) menemukan bom rakitan mirip ranjau yang sengaja ditanam di sekitar lokasi kerusuhan di Desa Karang Gayam Kecamatan Omben dan Desa Bluuran Kecamatan Karang Penang Kabupaten Sampang, Jatim.
"PCNU sejak kemarin tengah mengumpulkan sejumlah data dan informasi dari lapangan. Data sementara yang berhasil dikumpulkan oleh PCNU Sampang, bentrok yang kedua kalinya yang memakan korban jiwa tersebut dipicu oleh letusan bom rakitan mirip ranjau yang sengaja ditanam disekitar tempat kejadian perkara," kata Wakil Ketua PCNU Sampang Nuruddin JC dalam keterangan persnya, Senin 27 Agustus 2012.
Menurutnya, letusan tersebut sangat kuat bahkan terdengar hingga radius satu kilometer. Ranjau rakitan itu memiliki daya ledak yang luar biasa dan mematikan. Sebab, ranjau tersebut dicampur dengan kelerang.
Buktinya, lanjut Nurruddin, sejumlah warga yang terluka terkena serpihan kelereng sedalam dua sentimeter di bagian paha dan kaki.
Mendengar letusan itu, tanpa di komando ribuan massa yang berada di desa terdekat menuju lokasi dengan membawa senjata tajam. Saat itu, di lokasi sudah ditemukan banyak korban yang terkena ledakkan bom itu. Hingga akhirnya bentrok tak terhindarkan.
"Mereka saling serang dengan senjata tajam, batu, kayu dan bom molotov," tandasnya.
Oleh karena itu, sebagai organisasi Islam terbesar, pihaknya meminta kepada aparat penegak hukum untuk mengusut tuntas kasus tersebut. Termasuk mengusut perakit dan orang yang menanam bom rakitan mirip ranjau itu. Yang terpenting saat ini, adalah menangani para korban-korban akibat kerusuhan tersebut dan melokalisir agar konflik ini tidak menyebar ke tempat lain.
"Sebab kelompok syiah di Sampang tidak hanya ada di Dusun Nangkernang, tetapi ada di beberapa desa di Kabupaten Sampang. Tetapi mereka mampu beradaptasi dengan lingkungan dan menghormati kelompok lain yang jumlahnya lebih banyak," tandasnya.
Ia juga mengatakan, hasil temuan TPF ini akan disampaikan ke Pengurus Besar Nahdhotul Ulama (PBNU), Pemerintah dan Aparat Hukum. Sehingga hasilnya dapat menjadi referensi untuk lahirnya sebuah resolusi konflik yang lebih komprehensip.
"Penyelesaian secara damai dan penuh kekeluargaaan kan menjadi acuan para ulama Sampang," tukasnya.
"PCNU sejak kemarin tengah mengumpulkan sejumlah data dan informasi dari lapangan. Data sementara yang berhasil dikumpulkan oleh PCNU Sampang, bentrok yang kedua kalinya yang memakan korban jiwa tersebut dipicu oleh letusan bom rakitan mirip ranjau yang sengaja ditanam disekitar tempat kejadian perkara," kata Wakil Ketua PCNU Sampang Nuruddin JC dalam keterangan persnya, Senin 27 Agustus 2012.
Menurutnya, letusan tersebut sangat kuat bahkan terdengar hingga radius satu kilometer. Ranjau rakitan itu memiliki daya ledak yang luar biasa dan mematikan. Sebab, ranjau tersebut dicampur dengan kelerang.
Buktinya, lanjut Nurruddin, sejumlah warga yang terluka terkena serpihan kelereng sedalam dua sentimeter di bagian paha dan kaki.
Mendengar letusan itu, tanpa di komando ribuan massa yang berada di desa terdekat menuju lokasi dengan membawa senjata tajam. Saat itu, di lokasi sudah ditemukan banyak korban yang terkena ledakkan bom itu. Hingga akhirnya bentrok tak terhindarkan.
"Mereka saling serang dengan senjata tajam, batu, kayu dan bom molotov," tandasnya.
Oleh karena itu, sebagai organisasi Islam terbesar, pihaknya meminta kepada aparat penegak hukum untuk mengusut tuntas kasus tersebut. Termasuk mengusut perakit dan orang yang menanam bom rakitan mirip ranjau itu. Yang terpenting saat ini, adalah menangani para korban-korban akibat kerusuhan tersebut dan melokalisir agar konflik ini tidak menyebar ke tempat lain.
"Sebab kelompok syiah di Sampang tidak hanya ada di Dusun Nangkernang, tetapi ada di beberapa desa di Kabupaten Sampang. Tetapi mereka mampu beradaptasi dengan lingkungan dan menghormati kelompok lain yang jumlahnya lebih banyak," tandasnya.
Ia juga mengatakan, hasil temuan TPF ini akan disampaikan ke Pengurus Besar Nahdhotul Ulama (PBNU), Pemerintah dan Aparat Hukum. Sehingga hasilnya dapat menjadi referensi untuk lahirnya sebuah resolusi konflik yang lebih komprehensip.
"Penyelesaian secara damai dan penuh kekeluargaaan kan menjadi acuan para ulama Sampang," tukasnya.
(azh)