Usai Lebaran lokalisasi kembali berdenyut

Sabtu, 25 Agustus 2012 - 03:28 WIB
Usai Lebaran lokalisasi kembali berdenyut
Usai Lebaran lokalisasi kembali berdenyut
A A A
SUARA alunan musik Dangdut terdengar riuh di setiap gang yang ada di resosialisasi Argorejo alias Lokalisasi Sunan Kuning atau yang lebih dikenal dengan sebutan SK, Kamis 23 Agustus 2012 malam. Hilir mudik sepeda motor pun ramai keluar masuk. Hal itu menandakan sudah kembalinya aktivitas warga lokalisasi setelah beberapa hari libur Lebaran.

Meski baru hari pertama dibuka, lokalisasi terbesar di Kota Semarang itu langsung langsung ramai. Sebagian wisma masih ada yang nampak kosong karena sang mucikari maupun anak asuh belum kembali usai mudik Lebaran.

Akan tetapi hal itu tidak mempengaruhi hingar bingar kehidupan sebuah lokalisasi. Anak asuh adalah sebutan untuk para Pekerja Seks yang ada di lokalisasi SK.

Keramaian sudah nampak jelas ketika memasuki pintu gerbang lokalisasi. Para wanita penjaja cinta sesaat yang biasa memberikan kenikmatan bagi kaum hawa ini sudah mulai menjaring para laki-laki hidung belang.

Mereka nampak duduk-duduk di teras wisma dengan dandanan menor dan pakaian seksi, dengan menonjolkan lekuk tubuh untuk menggoda setiap lelaki yang datang.

Sejumlah operator karaoke pun tak mau kalah, mereka menawarkan karaoke kepada setiap orang yang melintas di depannya. "Nyanyi bos" ajak salah seorang operator karaoke saat Sindo melintas.

Meski baru secara resmi baru dibuka, para PSK ini sebenarnya sudah datang lebih awal. Meraka rata-rata datang sehari sebelum buka atau bahkan ada beberapa yang tidak pulang pada saat lebaran kemarin.

”Sudah dari kemarin datang tapi masih sepi,” kata Vita (bukan nama sebenarnya) salah seorang PSK yang sudah mulai bekerja.

Hal yang sama juga terjadi di lokalisasi Gambilangu atau yang lebih dikenal dengan sebutan GBL. Di lokalisasi yang terletak di perbatasan antara kota Semarang dan Kendal ini juga sudah mulai ramai.

Ketua Resosialisasi Argorejo Suwandi mengaku, para anak asuh alias PSK yang datang ke SK belum secara keseluruhan. Dari total sekitar 600 anak asuh, yang datang diperkirakan baru sekitar 30 persen. Kondisi ini akan kembali normal satu minggu kemudian.

“Yang datang belum ada separuhnya, karena memang baru malam ini (Kamis 23 Agustus) ini dibuka, jadi masih ada beberapa wisma yang belum buka,” katanya.

Suwandi mengaku, setiap anak asuh yang kembali akan dilakukan pendataan ulang untuk mengetahui jumlah total penghuni resos. Selain pendataan ulang juga akan dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk mengetahui kondisi kesehatan sang PSK sebelum bekerja.

”Nanti kalau sudah seluruhnya datang akan dilakukan pendataan ulang,” ujarnya.

Dia mengungkapkan, usai Lebaran ada kecenderungan bertambahnya jumlah PSK yang menghuni SK. Hal ini dikarenakan biasanya, PSK yang mudik lebaran ada beberapa yang membawa teman atau tetangga meraka.

“Kadang ada pula yang memang datang sendiri atau pindahan dari lokalisasi lain,” imbuhnya.

Bagi PSK yang baru masuk, sebelum bekerja akan dilakukan test Voluntary and Counseling Testing (VCT) serta tes Screening untuk mengetahui kesehatannya. “Kalau terkena IMS (Infeksi Menular Sex) harus disembuhkan dulu, tetapi kalau positif mengidap HIV/AIDS akan dipulangkan,” tuturnya.

Koordinator lapangan PKBI Griya Asa, Ari Istiyadi, mengimbau kepada pihak pengelola Resos untuk memperketat aturan siapa-siapa saja yang masuk. Hal ini untuk menghindari terjangkitnya penyakit.

”Kadang kita sulit untuk mengajak meraka (PSK) untuk sadar akan arti pentingnya kesehatan, oleh sebab itu pengelola, dan ibu asuh harus berperan aktif,” katanya.

Dia juga berharap untuk memperketat aturan bagi anak asuh yang berada tidak tinggal di dalam lokalisasi alias di kos. Pasalnya anak asuh yang ada di luar lokalisasi sulit untuk dikendalikan.

Psikolog Undip Hastaning Sakti menilai, kembali berdenyutnya lokalisasi pasca lebaran dan adanya kecenderungan bertambahnya jumlah PSK, dikarenakan ada beberapa faktor dan yang paling klasik adalah faktor ekonomi.

”Ada kemungkinan, PSK yang lebih senior mengajak teman atau tetangga dengan iming-iming mudah mendapatkan uang,” ujarnya.
(hyk)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.2933 seconds (0.1#10.140)