Baratali akhirnya dideportasi

Baratali akhirnya dideportasi
A
A
A
Sindonews.com - Warga Negara (WN) Iran, Foroughin Monteza Baratali (25) akhirnya dideportasi imigrasi Bali ke negara asalnya setelah sembuh dari cedera. Sebelumnya, Baratali sempat ingin dideportasi tapi nekat kabur dengan melompat dari pesawat hingga beberapa bagian tulangnya patah.
Kepala Divisi Keimigrasian Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan Hak asasi Manusia (Kanwil Kemenkum HAM) Bali, Maroloan Baringbing mengatakan, Baratali sudah dideportasi semalam pukul 22.40 Wita dari Bandara Ngurah Rai dengan pesawat Qatar Air ke negara asalnya. "Kondisinya sudah baikan dan bisa bepergian jauh," katanya, Jumat (10/8/2012).
Sebelumnya Baratali harus menjalani perawatan intensif selama lima hari akibat patah tulang. Meskipun kesehatannya belum pulih 100 persen namun sudah memungkinkan sehingga dia harus dideportasi.
Baringbing menegaskan, keputusan deportasi diambil setelah pihaknya mengantongi surat perintah dari Kementerian Hukum dan HAM. Setelah memiliki surat keterangan tim medis bahwa kesehatan Baratali sudah lebih baik dari sebelumnya, maka kami langsung bertindak cepat.
"Pihak Qatar Air cukup baik mau bekerja sama dengan menyediakan kursi khusus yang memungkinkan Baratali bisa nyaman selama dalam pesawat," imbuh dia.
Berbeda dengan penumpang pesawat umumnya, Baratali ditempatkan di tempat khusus dengan posisi duduk sambil berbaring, mengingat kondisi kesehatannya yang belum terlalu pulih. Pesawat nantinya akan bertolak menuju Iran namun akan transit di Doha lebih dahulu.
Kepala Divisi Keimigrasian Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan Hak asasi Manusia (Kanwil Kemenkum HAM) Bali, Maroloan Baringbing mengatakan, Baratali sudah dideportasi semalam pukul 22.40 Wita dari Bandara Ngurah Rai dengan pesawat Qatar Air ke negara asalnya. "Kondisinya sudah baikan dan bisa bepergian jauh," katanya, Jumat (10/8/2012).
Sebelumnya Baratali harus menjalani perawatan intensif selama lima hari akibat patah tulang. Meskipun kesehatannya belum pulih 100 persen namun sudah memungkinkan sehingga dia harus dideportasi.
Baringbing menegaskan, keputusan deportasi diambil setelah pihaknya mengantongi surat perintah dari Kementerian Hukum dan HAM. Setelah memiliki surat keterangan tim medis bahwa kesehatan Baratali sudah lebih baik dari sebelumnya, maka kami langsung bertindak cepat.
"Pihak Qatar Air cukup baik mau bekerja sama dengan menyediakan kursi khusus yang memungkinkan Baratali bisa nyaman selama dalam pesawat," imbuh dia.
Berbeda dengan penumpang pesawat umumnya, Baratali ditempatkan di tempat khusus dengan posisi duduk sambil berbaring, mengingat kondisi kesehatannya yang belum terlalu pulih. Pesawat nantinya akan bertolak menuju Iran namun akan transit di Doha lebih dahulu.
(ysw)