94 desa alamai kesulitan air bersih
Jum'at, 20 Juli 2012 - 15:38 WIB

94 desa alamai kesulitan air bersih
A
A
A
Sindonews.com - Kekeringan mulai merambah Kabupaten Gresik. Berdasar data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gresik sementara ada 94 desa yang tersebar di 12 kecamatan mengalami kesulitan air bersih.
Di antara desa-desa yang mengalami kekeringan hingga kesulitan air bersih dua desa di Kecamatan Kebomas, dua desa di Kecamatan Wringinanom, satu desa di Kecamatan Driyorejo, empat desa di Kecamatan Manyar dan 15 desa di Kecamatan Dukun. Untuk mengambil air diperlukan jarak hingga 1,5 kilometer dari sumber air.
Selanjutnya desa yang radius air bersihnya hingga tiga kilometer meliputi 12 desa di Kecamatan Sidayu, empat Desa di Kecamatan Bungah, empat desa di Kecamatan Balongpanggang dan 12 desa di Kecamatan Duduksampeyan.
Ada 37 desa yang terparah kekeringannya, karena untuk mengambil air bersih memerlukan jarak di atas tiga kilometer. Meliputi delapan desa di Kecamatan Cerme, 23 desa di Kecamatan Benjeng dan enam desa di Kecamatan Kedamean.
Rata-rata warga di beberapa desa sudah mengalami kesulitan air bersih sejak 1-2 bulan lalu. Telaga atau embung milik desa sudah habis. Bahkan, untuk keperluan mandi dan mencuci mereka membeli air tangki dengan harga Rp150 ribu. Sedangkan warga yang tidak mampu seperti di Desa Kawisto Windu, Kecamatan Duduksampeyan membeli air bersih dalam jirigen.
“Satu jirigen dihargai Rp2.000 dan biasanya kami setiap hari membutuhkan 3-5 jirigen air bersih. Itu untuk keperluan mandi, mencuci dan keperluan lain,” ujar Masfufah (41) warga Dusun Kawisto menjelaskan Jumat (20/7/2012).
Lain lagi di Desa Munggugianti, Kecamatan Benjeng. Beberapa warga membeli air dari sumur warga dengan jarak sekitar satu kilometer. Mereka membeli dalam kapasitas gledekan (wadah yang berisi 10 jirigen). Satu gledekan dihargai hingga Rp10 ribu.
“Lumayan airnya. Selain bisa dipakai mandi dan mencuci, juga bisa dipakai untuk memasak. Karena kualitas airnya cukup baik,” ujar Khoiriyah (41) warga Munggugianti.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gresik, Hari Sucipto menyebutkan, saat ini pihaknya mengklasifikasikan kekeringan yang berdampak warga kesulitan air bersih itu menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama yaitu kekeringan langka terbatas jarak pengambilan air antara 0,5-1,5 kilometer. Kelompok kedua kekeringan langka dengan jarak pengambilan air 1,5-3 kilometer.
“Terakhir kelompok terparah, karena keritis air bersih. Jarak pengambilan air lebih dari tiga kilometer. Kelompok ini tersebar di Kecamatan Cerme, Kecamatan Benjeng dan Kecamatan Kedamean,” tukasnya kepada wartawan.
Kendati begitu, mantan Kadisperindagkop dan UKM Gresik itu menjamin melakukan penanganan yang sifatnya segera. Di antaranya dengan mengirim air bersih kepada desa-desa yang kekeringan tersebut. Bahkan, sudah disiapkan dana Rp1,5 miliar untuk penanggulangan kekeringan tersebut. Karena dia memperkirakan bakal meluas.
“Karena itu kami meminta kepada kepala desa maupun dusun supaya melaporkan, bila warganya mengalami kesulitan air bersih,” pungkasnya.
Di antara desa-desa yang mengalami kekeringan hingga kesulitan air bersih dua desa di Kecamatan Kebomas, dua desa di Kecamatan Wringinanom, satu desa di Kecamatan Driyorejo, empat desa di Kecamatan Manyar dan 15 desa di Kecamatan Dukun. Untuk mengambil air diperlukan jarak hingga 1,5 kilometer dari sumber air.
Selanjutnya desa yang radius air bersihnya hingga tiga kilometer meliputi 12 desa di Kecamatan Sidayu, empat Desa di Kecamatan Bungah, empat desa di Kecamatan Balongpanggang dan 12 desa di Kecamatan Duduksampeyan.
Ada 37 desa yang terparah kekeringannya, karena untuk mengambil air bersih memerlukan jarak di atas tiga kilometer. Meliputi delapan desa di Kecamatan Cerme, 23 desa di Kecamatan Benjeng dan enam desa di Kecamatan Kedamean.
Rata-rata warga di beberapa desa sudah mengalami kesulitan air bersih sejak 1-2 bulan lalu. Telaga atau embung milik desa sudah habis. Bahkan, untuk keperluan mandi dan mencuci mereka membeli air tangki dengan harga Rp150 ribu. Sedangkan warga yang tidak mampu seperti di Desa Kawisto Windu, Kecamatan Duduksampeyan membeli air bersih dalam jirigen.
“Satu jirigen dihargai Rp2.000 dan biasanya kami setiap hari membutuhkan 3-5 jirigen air bersih. Itu untuk keperluan mandi, mencuci dan keperluan lain,” ujar Masfufah (41) warga Dusun Kawisto menjelaskan Jumat (20/7/2012).
Lain lagi di Desa Munggugianti, Kecamatan Benjeng. Beberapa warga membeli air dari sumur warga dengan jarak sekitar satu kilometer. Mereka membeli dalam kapasitas gledekan (wadah yang berisi 10 jirigen). Satu gledekan dihargai hingga Rp10 ribu.
“Lumayan airnya. Selain bisa dipakai mandi dan mencuci, juga bisa dipakai untuk memasak. Karena kualitas airnya cukup baik,” ujar Khoiriyah (41) warga Munggugianti.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gresik, Hari Sucipto menyebutkan, saat ini pihaknya mengklasifikasikan kekeringan yang berdampak warga kesulitan air bersih itu menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama yaitu kekeringan langka terbatas jarak pengambilan air antara 0,5-1,5 kilometer. Kelompok kedua kekeringan langka dengan jarak pengambilan air 1,5-3 kilometer.
“Terakhir kelompok terparah, karena keritis air bersih. Jarak pengambilan air lebih dari tiga kilometer. Kelompok ini tersebar di Kecamatan Cerme, Kecamatan Benjeng dan Kecamatan Kedamean,” tukasnya kepada wartawan.
Kendati begitu, mantan Kadisperindagkop dan UKM Gresik itu menjamin melakukan penanganan yang sifatnya segera. Di antaranya dengan mengirim air bersih kepada desa-desa yang kekeringan tersebut. Bahkan, sudah disiapkan dana Rp1,5 miliar untuk penanggulangan kekeringan tersebut. Karena dia memperkirakan bakal meluas.
“Karena itu kami meminta kepada kepala desa maupun dusun supaya melaporkan, bila warganya mengalami kesulitan air bersih,” pungkasnya.
(azh)