Yohannes tak percaya kehilangan 4 anggota keluarga

Sabtu, 23 Juni 2012 - 10:07 WIB
Yohannes tak percaya...
Yohannes tak percaya kehilangan 4 anggota keluarga
A A A
Sindonews.com - Jerit dan isak tangis pecah saat jenazah empat korban Fokker 27 tiba di rumah duka Perumahan Bumi Tamalanrea Permai (BTP) Blok H Nomor 334, Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat 22 Juni 2012. Kerabat dan keluarga korban tak henti-hentinya menangis dan menyebut nama keempat korban. Sebagian bahkan tak sadarkan diri melihat iringan peti jenazah, memasuki rumah duka.

Mayor Yohannes Tandi Sosang yang mengantar para jenazah juga larut dalam kesedihan yang mendalam. Perwira TNI AU tersebut tak kuasa menahan tangis karena kehilangan empat anggota keluarganya sekaligus.

Empat jenazah itu adalah ibu kandung Yohannes bernama Martina Roreng (67), Onci Tumba Balorundung (30, adik), Neflin Tannem Randuallo (2, keponakan), dan Abrian Christiabel Tandi Sosang (5, anak). Mereka merupakan korban jatuhnya pesawat jenis Fokker 27 milik TNI AU pada Kamis 21 Juni 2012 lalu di kompleks Lanud Halim Perdanakusumah.

Pesawat ini meluluhlantakkan delapan rumah dinas TNI AU, salah satunya rumah yang ditempati para korban. Korban saat itu berada di rumah Yohannes, anggota staf Departemen Informasi dan Pengolahan Data Mabes TNI AU. Yohannes sendiri selamat dari tragedi ini. Jenazah keempat keluarga Yohannes tiba di rumah duka pukul 14.27 Wita diantar oleh Paskhas TNI AU Lanud Hasanuddin Makassar.

Jenazah tiba di Lanud Hasanuddin sekitar pukul 12.15 Wita menggunakan pesawat Hercules C 130 Call Sign A-135 dari Bandara Halim Perdanakusumah Jakarta. Yohannes pun dengan terbata-bata berusaha mengingat kembali tragedi memilukan tersebut. Dia mengaku masih tidak percaya dengan peristiwa menyedihkan itu. Dia kemudian menceritakan peristiwa sesaat sebelum tragedi yang merenggut empat anggota keluarganya.

“Kami berencana akan berlibur ke Malang (Jawa Timur) dan tiket kereta sudah ada. Tapi sesaat sebelum berangkat, bencana kemudian datang,” tutur Yohannes terlihat terisak menahan tangis.

Sambil menyeka air mata, Yohannes melanjutkan penuturannya bagaimana Fokker 27 itu melibas rumah dinasnya. Siang itu, Yohannes bersiap memboyong ibu, adik, anak, dan keponakannya untuk menggelar reuni keluarga di Malang, kota asal istrinya, Iyvone.

Seusai memarkir mobil di garasi, Yohannes segera masuk ke rumah untuk menyuruh keluarganya bersiap-siap ke Malang. Adapun Iyvone menunggu dijemput di kantornya. “Setelah di rumah, saya menanyakan ke pembantu di mana ibu dan adik saya. Ternyata mereka sedang tidur. Ibu di sofa ruang tamu dan adik saya di kamar bersama anaknya dan anak saya,” cerita Yohannes.

Sambil melepas lelah, Yohannes kemudian memilih berbaring sebentar di sebuah sofa di ruang belakang rumah. Tak berselang lama, dia kaget mendengar deru mesin pesawat yang begitu dekat di depan rumahnya.

Belum hilang kagetnya, Yohannes mendengar suara tabrakan yang begitu keras dari arah depan rumahnya. “Saya langsung lari ke depan dan melihat moncong pesawat menghancurkan rumah. Badan pesawat menindih kamar tempat adik, anak, dan kemenakan saya tidur. Rumah kemudian mulai terbakar,” katanya.

Yohannes kemudian berlari ke luar rumah untuk meminta pertolongan, tetapi pemandangan serupa juga dia saksikan terhadap beberapa rumah lain di sekelilingnya. “Saya kemudian berusaha menolong keluarga, tapi tidak berhasil. Adik saya sempat kritis, tapi semalam juga meninggal,” tutur Yohannes yang tak mampu lagi melanjutkan ceritanya.

Keempat jenazah akan dimakamkan di Desa Sumalu, Kecamatan Rantebua, Toraja Utara.

Sementara itu, korban tragedi Fokker 27 lainnya, kopilot Lettu Pnb Paulus Adi Prakoso (27) baru memperingati tujuh bulan usia kandungan istrinya dr Katarina Dwi Listyorini di Jakarta. Paulus lulus Akademi Penerbangan TNI AU tahun 2007. Adapun keluarga Serka Wahyudi (30) di Desa Kepuhrejo, Takeran, Magetan, Jatim, mengaku sangat terpukul dengan kepergian korban.

Ayah mertua Wahyudi, Harjo Sarman (58), dan istrinya, Darmi (53), mengaku shock mendengar kabar kepergian Wahyudi. Adik ipar korban, Nanang Setiawan, menuturkan bahwa Wahyudi sempat pamit ke keluarga untuk tidak pulang kampung pada Lebaran tahun ini karena kehabisan tiket.

Pihak keluarga tidak menyangka bahwa kontak tersebut merupakan komunikasi terakhir dengan korban. Wahyudi menikah dengan Fitri Wahyuni pada Februari 2009 silam.

Dari pernikahan itu, mereka dikaruniai satu anak bernama Nabilla Aulia Azzahro yang baru berusia 1,5 tahun. Kisah mengharukan lainnya datang dari keluarga Sertu Tek Purwo Adianto yang mengaku pernah bermimpi menerima kiriman mayat dari orang tidak dikenal.

“Beberapa hari sebelum jatuhnya pesawat Fokker itu, saya bermimpi menerima kiriman mayat dari seseorang. Hanya saja mayat dalam mimpi itu tidak jelas wajahnya,” ujar kakak kandung Sertu Purwo, Edi Subianto, di rumah duka, Jalan Rukun, Kelurahan Nglames, Madiun, Jatim. (lil)

()
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1867 seconds (0.1#10.140)