Usai diinterogasi polisi, remaja tewas
A
A
A
Sindonews.com - Yoga Bima Romadon (14) tiba-tiba tewas sekira delapan jam setelah diinterogasi Petugas Polsek Kesatuan Pelaksana Pengamanan Pelabuhan (KP3) Semarang.
Yoga ditangkap karena kedapatan mengonsumsi minuman keras. Korban meninggal dinihari kemarin saat perjalanan menuju Rumah Sakit Panti Wiloso Citarum Semarang. Sebelum mengembuskan napas terakhirnya, bocah yang tinggal di Jalan Bader 1A,RT6/ VIII, Kelurahan Bandarharjo, Kecamatan Semarang Utara, tersebut mengeluh sakit di bagian dada kirinya.
Yoga diketahui pernah mengenyam pendidikan di SMP Kartini Semarang hingga kelas VIII. Namun, karena sempat berhenti dua bulan, Yoga tak lagi terdaftar sebagai siswa SMP tersebut. Rencananya Yoga akan melanjutkan sekolah di SMP Sultan Agung Semarang.
Kapolsek KP3 AKP Sugiyatmo mengatakan Yoga bersama empat anak bawah umur lainnya, masing-masing Soni, Arfian, Slamet, dan Fajar,ditangkap oleh petugas Dit Pol Air Polda Jateng pada Selasa 19 Juni sekitar pukul 12.00 WIB.
Pihaknya menerima tiga bocah itu sekitar tiga jam setelah ditangkap. “Ditangkap di sekitar Jalan Arteri, saat itu ada enam bocah, satu orang di antaranya sedang memalak, anggota Dit Pol Air yang kebetulan melintas akhirnya menangkapnya, namun satu orang yang memalak itu berhasil lari, nah lima bocah ini yang sedang nongkrong sambil minum-minuman keras ditangkap dan diserahkan ke kami,” ungkapnya ketika ditemui di kantornya, Rabu 20 Juni 2012.
Kelima bocah itu, termasuk Yoga, menurut Sugiyatmo, sempat dinasihati sebelum para orangtuanya dipanggil. Sugiyatmo memastikan jika selama berada di pihaknya,kelima bocah itu tidak mendapatkan perlakukan kasar.
“Kalau dari Dit Pol Air saya tidak tahu,yang jelas saat diserahkan ke sini (KP3) kondisinya baik-baik saja, secara fisik sehat semua, tidak ada luka lebam, satu jam setelah diserahkan para bocah ini akhirnya dijemput dan dikembalikan ke orang tua masing-masing,” bebernya.
Paman korban, Muslikin (32) mengatakan Yoga sempat memegangi bagian dadanya dan mengeluh sakit setelah dijemput orang tuanya dari Polsek KP3.
“Waktu itu saya bawa ke dokter di daerah Perbalan Semarang Utara, katanya jatuh terus dioyak-oyak (dikejar-kejar), namun saat saya tanya dikejar-kejar siapa Yoga tidak menjawabnya, keburu sesak napas dan ditangani dokter,” timpalnya.
Ibu korban, Rodiah (40) memastikan anak keduanya itu tidak mempunyai riwayat sakit. Yoga diketahui sulit jika disuruh makan, karena lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain bersama teman-temannya. Bahkan agar mau makan,Yoga seringkali dibujuk dengan diberi uang jajan sebesar Rp2.000.
“Dari kantor polisi, Yoga mengeluh sakit perut, diberi makan tapi langsung muntah, sempat minta makan soto ayam,” ungkapnya ketika ditemui di rumah duka.
Sementara itu ayah korban, Sugiyanto (42) mengatakan putranya memang tergolong anak yang bandel. Bahkan seringkali tidak pulang ke rumah.
“Memang, mainnya dekat-dekat sini, tapi ya itu, jarang pulang, saat saya jemput dari kantor polisi memang tidak dimintai uang. Sebelum meninggal, Yoga terlihat pucat dan sesak napas, seluruh badannya dingin,” tambahnya.(azh)
Yoga ditangkap karena kedapatan mengonsumsi minuman keras. Korban meninggal dinihari kemarin saat perjalanan menuju Rumah Sakit Panti Wiloso Citarum Semarang. Sebelum mengembuskan napas terakhirnya, bocah yang tinggal di Jalan Bader 1A,RT6/ VIII, Kelurahan Bandarharjo, Kecamatan Semarang Utara, tersebut mengeluh sakit di bagian dada kirinya.
Yoga diketahui pernah mengenyam pendidikan di SMP Kartini Semarang hingga kelas VIII. Namun, karena sempat berhenti dua bulan, Yoga tak lagi terdaftar sebagai siswa SMP tersebut. Rencananya Yoga akan melanjutkan sekolah di SMP Sultan Agung Semarang.
Kapolsek KP3 AKP Sugiyatmo mengatakan Yoga bersama empat anak bawah umur lainnya, masing-masing Soni, Arfian, Slamet, dan Fajar,ditangkap oleh petugas Dit Pol Air Polda Jateng pada Selasa 19 Juni sekitar pukul 12.00 WIB.
Pihaknya menerima tiga bocah itu sekitar tiga jam setelah ditangkap. “Ditangkap di sekitar Jalan Arteri, saat itu ada enam bocah, satu orang di antaranya sedang memalak, anggota Dit Pol Air yang kebetulan melintas akhirnya menangkapnya, namun satu orang yang memalak itu berhasil lari, nah lima bocah ini yang sedang nongkrong sambil minum-minuman keras ditangkap dan diserahkan ke kami,” ungkapnya ketika ditemui di kantornya, Rabu 20 Juni 2012.
Kelima bocah itu, termasuk Yoga, menurut Sugiyatmo, sempat dinasihati sebelum para orangtuanya dipanggil. Sugiyatmo memastikan jika selama berada di pihaknya,kelima bocah itu tidak mendapatkan perlakukan kasar.
“Kalau dari Dit Pol Air saya tidak tahu,yang jelas saat diserahkan ke sini (KP3) kondisinya baik-baik saja, secara fisik sehat semua, tidak ada luka lebam, satu jam setelah diserahkan para bocah ini akhirnya dijemput dan dikembalikan ke orang tua masing-masing,” bebernya.
Paman korban, Muslikin (32) mengatakan Yoga sempat memegangi bagian dadanya dan mengeluh sakit setelah dijemput orang tuanya dari Polsek KP3.
“Waktu itu saya bawa ke dokter di daerah Perbalan Semarang Utara, katanya jatuh terus dioyak-oyak (dikejar-kejar), namun saat saya tanya dikejar-kejar siapa Yoga tidak menjawabnya, keburu sesak napas dan ditangani dokter,” timpalnya.
Ibu korban, Rodiah (40) memastikan anak keduanya itu tidak mempunyai riwayat sakit. Yoga diketahui sulit jika disuruh makan, karena lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain bersama teman-temannya. Bahkan agar mau makan,Yoga seringkali dibujuk dengan diberi uang jajan sebesar Rp2.000.
“Dari kantor polisi, Yoga mengeluh sakit perut, diberi makan tapi langsung muntah, sempat minta makan soto ayam,” ungkapnya ketika ditemui di rumah duka.
Sementara itu ayah korban, Sugiyanto (42) mengatakan putranya memang tergolong anak yang bandel. Bahkan seringkali tidak pulang ke rumah.
“Memang, mainnya dekat-dekat sini, tapi ya itu, jarang pulang, saat saya jemput dari kantor polisi memang tidak dimintai uang. Sebelum meninggal, Yoga terlihat pucat dan sesak napas, seluruh badannya dingin,” tambahnya.(azh)
()