Bentrok, warga eksodus ke dusun lain

Rabu, 20 Juni 2012 - 09:32 WIB
Bentrok, warga eksodus...
Bentrok, warga eksodus ke dusun lain
A A A
Sindonews.com - Pasca diserang ribuan pendekar dari Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT), Senin (18/6) , sejumlah warga Desa Pematang Panggang, Mesuji, OKI terpaksa mengungsi ke dusun lain yang lebih jauh.

Pantauan di lapangan, situasi Desa Pematang Panggang masih mencekam. Sejumlah rumah penduduk nampak terkunci dan warung serta toko tidak ada yang buka. Bahkan Pasar Pematang Panggang pun tidak ada aktivitas perdagangan sama sekali. Tak hanya itu, anak-anak dan ibu rumah tangga (IRT) juga tidak terlihat, karena masih mengungsi di rumah kerabat di dusun tetangga dan sejumlah desa yang jauh dari Pematang Panggang.

Yang terlihat hanya beberapa pria terutama remaja putra berbekal senjata tajam seperti pedang, golok, celurit dan lainnya. Mereka sengaja berjaga-jaga untuk mengantisipasi jika nanti ada serangan susulan dari kelompok PSHT. Guna menciptakan rasa aman di masyarakat, sejumlah aparat kepolisian dan TNI masih melakukan penjagaan di Desa Pematang Panggang. Aparat keamanan ini belum bisa ditarik oleh Kapolres OKI dan Dandim 0204, sebelum situasi benar-benar kondusif dan sudah ada kesepakatan damai antara kedua belah pihak yang bertikai.

Menurut salah satu warga Desa Pematang Panggang yang minta namanya tidak disebutkan, bahwa saat ini anak dan isterinya masih diungsikan di rumah kerabatnya yang jauh dari Desa Pematang Panggang.

”Kita masih berjaga-jaga, siap-siap jika kelompok PSHT itu datang lagi. Bagi kami yang kaum laki-laki tetap bertahan di sini dan siap menerima serangan, jika memang diserang lagi,” tegasnya.

Sementara Bupati OKI Ishak Mekki yang juga menjabat sebagai Ketua Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Sumsel, saat ditemui di kantor pemkab sangat menyesalkan kejadian ini.

”Kita dari pemerintah terus berupaya untuk mempertemukan kedua belah pihak yang bertikai agar segera berdamai,” ujarnya.

Dia melanjutkan, kendati untuk sementara kedua belah pihak sudah bisa menahan emosinya masing-masing, namun aparat kepolisian dan TNI tetap melakukan pengamanan di lapangan. Nantinya, ujar dia pemkab akan memanggil para pimpinan PSHT, dan dari warga juga akan kita panggil tokoh masyarakatnya.

“Kita berharap semua pihak bisa menahan diri dan menempuh jalan damai, karena tidak ada yang akan diuntungkan dari dari peristiwa ini. Untuk korban yang menderita luka-luka, biaya pengobatannya akan ditanggung oleh Pemkab OKI. Untuk administrasi kesehatan bagi para korban kita kesampingkan dulu, yang penting adalah mengobati mereka,” kata dia.

Sebagai Ketua IPSI Sumsel, Ishak Mekki mengaku sudah menginstruksikan kepada seluruh perguruan pencak silat baik itu PSHT dan lain-lainnya, agar tidak melakukan hal-hal yang merugikan, seperti penyerangan dan lain-lain.

”Memang, PSHT itu anggota IPSI. Kontak dengan pimpinan PSHT juga terus kita lakukan, dan mereka berjanji untuk tidak kembali lagi melakukan penyerangan. Mereka mau menyelesaikan masalah ini dengan musyawarah. Bagaimana pun ilmu beladiri itu bukan untuk menyerang, tetapi untuk olahraga dan membela diri,” tukasnya.

Kemudian mengenai pelaku yang melakukan pembunuhan dan melukai para anggota PSHT, Ishak Mekki mengaku, sepenuhnya diserahkan kepada kepolisian.

”Untuk proses hukum kita harapkan terus berjalan. Siapa yang salah harus diproses sesuai hukum berlaku,” tegasnya.

Kepala Polres OKI Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Agus Fachtulloh memastikan sampai saat ini aparat kepolisian di-back up anggota TNI tetap melakukan penjagaan di Desa Pematang Panggang.”Pasukan belum kita tarik, masih tetap melakukan penjagaan.Saat ini warga Pematang (Panggang) dan PSHT sudah siap bermusyawarah untuk berdamai. Nanti juga akan kita fasilitasi bersama Pemkab OKI,” katanya.

Dia juga menyampaikan, sampai saat ini polisi belum menetapkan tersangka dalam kejadian ini,mengingat situasi belum benar-benar kondusif.

”Nanti proses hukum tetap akan berjalan. Sekarang kita masih fokus untuk mendamaikan kedua belah pihak. Kalau sekarang kita langsung melakukan penangkapan dan sebagainya, kita takutkan malah akan muncul masalah baru, karena warga masih sensitif,” pungkasnya.

Terpisah, dua korban bentrok Pematang Panggang yang dilarikan di Rumah Sakit Dr Moehammad Hoesin (RSMH) Palembang, hingga kini masih dirawat secara intensif. Kedua korban tersebut adalah pelatih PSHT, Mukhijidin (32) warga Desa Sumber,Kecamatan Mesuji, OKI dan Dodi (18) warga BSM Sukajadi Blok A OKI. Mukhijidin yang dirawat di sel bedah lantaran mengalami luka bacok di bahu kiri dan kedua belah tangan, dan luka sabetan di kelingking kiri.

Sedangkan Dodi yang merupakan buruh kelapa sawit dan mengalami tujuh bacokan sekujur tubuhnya, kini dirawat di Ruang Peduli Kasih. Menurut kakak Mukhijidin, Minto, saat kejadian korban dan kawan-kawannya akan pulang sehabis tes pencak silat.

“Kejadiannya tidak jauh dari rumah. Kita, pihak keluarga minta kasus ini diusut tuntas oleh aparat kepolisian,” tegasnya.

Sementara tokoh masyarakat OKI yang juga Ketua DPW PAN Sumsel Iskandar,kemarin pagi bersama jajaran melakukan kunjungan terhadap kedua korban yang dirawat di RSMH. Iskandar juga berkesempatan mengunjungi korban penusukan di arena organ tunggal, bernama Pendi warga Dusun Darat, Kecamatan Pangkalan Lampam, OKI, yang juga dirawat di RSMH.

“Ini salah paham antarwarga. Persoalannya ada pada tingkat sosialisasi kemasyarakatan, yang membentuk ekslusivitas. Ini yang harus kita buka dan benahi,jangan ada masyarakat mengekslusifkan diri,” ucapnya.

Selanjutnya, saran dia, bagi pihak yang harus segera dicarikan upaya damai, sembari polisi bekerja sesuai tugasnya.

“Yang bersengketa sudah pulang, kita harapkan jangan ada masalah, karena masyarakat ini mudah terprovokasi. Untuk menyelesaikannya harus dilakukan dengan jalan musyawarah agar bisa selesai,” katanya.

Dalam kunjungan tersebut, Iskandar memberikan bingkisan kepada para korban. Iskandar juga menegaskan kalau kasus di Pematang Panggang tidak ada kaitan dengan kasus sengketa lahan di Sodong.(azh)
()
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0869 seconds (0.1#10.140)