Lumpur Lapindo jadi lokasi study tour
A
A
A
Sindonews.com - Memperingati enam tahun semburan lumpur Lapindo, ratusan siswa Sekolah dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Sidoarjo menelusuri jejak bencana lumpur. Mereka mendatangi semburan lumpur di Kecamatan Porong yang sampai saat ini masih mengeluarkan semburan lumpur.
Siswa dari beberapa sekolah yang berbeda ini menumpang dua bus mengunjungi tempat-tempat yang berkaitan dengan waspada bencana di Sidoarjo. Kegiatan ini dilakukan untuk memperkenalkan kepada siswa sejak dini untuk mengantisipasi bencana.
Awalnya siswa mengunjungi pusat semburan di tanggul Jatirejo, Kecamatan Porong. Di sini mereka mendapat penjelasan terkait munculnya semburan lumpur yang menenggelamkan ratusan hektare kawasan Porong dan sekitarnya.
Sebelum mendapat penjelasan terkait lumpur, sebanyak 100 siswa juga berdoa bersama agar semburan lumpur panas segera berhenti. "Kita berupaya memberikan antisipasi bencana sejak dini kepada siswa," ujar M Zuhri selaku tour gate Tour Mitigasi Bencana, Senin (28/5/2012).
Setelah dari lokasi semburan lumpur di Porong, rombongan siswa melanjutkan ke prasasti Kalamagyan di kawasan Krian, serta situs sejarah lainnya di kawasan Balongbendo. Situs Kalamagyan atau Klagyan sebagai pertanda kalau di kawasan Sidoarjo dulu sering terjadi bencana banjir dari Sungai Brantas.
Terakhir, siswa mengunjungi gunung lumpur di kawasan Kepulungan dan Buncitan, Kecamatan Sedati. Gunung lumpur di kawasan Sedati itu merupakan bekas semburan lumpur yang berlangsung ratusan tahun.
Karena volume semburannya kecil, sehingga tidak membahayakan warga dan hanya berupa gundukan gunung lumpur. Di atas gundukan lumpur itu terdapat prasasti Tawangalun yang berdiri di atas lumpur.
"Gunung lumpur itu menunjukkan jika di Sidoarjo pernah muncul semburan lumpur ratusan tahun silam. Karena volumenya kecil, kondisinya tidak seperti semburan lumpur di Porong," jelas M. Zuhri.
Candi Tawangalun, merupakan situs yang didirikan pada abad ke-10 hingga 14 masehi yang merupakan situs Hindu dan Budha. Situs itu menunjukkan jika di kawasan Sidoarjo memang rawan muncul semburan lumpur.(azh)
Siswa dari beberapa sekolah yang berbeda ini menumpang dua bus mengunjungi tempat-tempat yang berkaitan dengan waspada bencana di Sidoarjo. Kegiatan ini dilakukan untuk memperkenalkan kepada siswa sejak dini untuk mengantisipasi bencana.
Awalnya siswa mengunjungi pusat semburan di tanggul Jatirejo, Kecamatan Porong. Di sini mereka mendapat penjelasan terkait munculnya semburan lumpur yang menenggelamkan ratusan hektare kawasan Porong dan sekitarnya.
Sebelum mendapat penjelasan terkait lumpur, sebanyak 100 siswa juga berdoa bersama agar semburan lumpur panas segera berhenti. "Kita berupaya memberikan antisipasi bencana sejak dini kepada siswa," ujar M Zuhri selaku tour gate Tour Mitigasi Bencana, Senin (28/5/2012).
Setelah dari lokasi semburan lumpur di Porong, rombongan siswa melanjutkan ke prasasti Kalamagyan di kawasan Krian, serta situs sejarah lainnya di kawasan Balongbendo. Situs Kalamagyan atau Klagyan sebagai pertanda kalau di kawasan Sidoarjo dulu sering terjadi bencana banjir dari Sungai Brantas.
Terakhir, siswa mengunjungi gunung lumpur di kawasan Kepulungan dan Buncitan, Kecamatan Sedati. Gunung lumpur di kawasan Sedati itu merupakan bekas semburan lumpur yang berlangsung ratusan tahun.
Karena volume semburannya kecil, sehingga tidak membahayakan warga dan hanya berupa gundukan gunung lumpur. Di atas gundukan lumpur itu terdapat prasasti Tawangalun yang berdiri di atas lumpur.
"Gunung lumpur itu menunjukkan jika di Sidoarjo pernah muncul semburan lumpur ratusan tahun silam. Karena volumenya kecil, kondisinya tidak seperti semburan lumpur di Porong," jelas M. Zuhri.
Candi Tawangalun, merupakan situs yang didirikan pada abad ke-10 hingga 14 masehi yang merupakan situs Hindu dan Budha. Situs itu menunjukkan jika di kawasan Sidoarjo memang rawan muncul semburan lumpur.(azh)
()