PT GRPP hitung kerusakan fasilitas di Tangkubanperahu
A
A
A
Sindonews.com - Pihak PT Graha Rani Putra Persada (GRPP) selaku pengelola masih menghitung total kerugian akibat dari aksi perusakan yang dilakukan oleh sekelompok massa di wisata Tangkubanperahu
HRD PT Graha Rani Putra Persada (GRPP) Andreas, selaku pengelola kawasan wisata Tangkubanparahu mengaku masih menghitung kerusakan yang diakibatkan aksi massa anarkis yang merusak pintu tiket ke Tangkubanparahu.
"Kerugian masih diinventarisir dan dihitung, jadi kami belum pastikan," ucap Andreas menjelaskan, Selasa (15/5/2012).
Namun jika dari puluhan kendaraan yang disuruh masuk tanpa membayar tiket, Andreas mengatakan nominalnya lebih dari Rp3 juta. Pihaknya mengaku sengaja tidak melakukan perlawanan kepada massa pengunjuk rasa karena khawatir akan memperkeruh keadaan. Lagipula dari segi jumlah, ia mengaku kalah banyak dibandingkan massa yang anarkis.
Ia mengaku menyikapi hal ini dengan arif dan bijak serta pastinya akan menempuh jalur hukum dengan menyerahkan persoalan ini ke aparat berwajib. Disinggung mengenai penyebab massa bertindak anarkis, ia tidak mengetahui penyebabnya apa. Karena tuduhan mengenai adanya 14 baliho yang diambil oleh pihaknya, ia pun tidak tahu.
"Soal baliho saya tidak tahu. Yang saya tahu mereka hanya menuntut kalau penyerahan pengelolaan Tangkubanparahu ini diserahkan ke orang Sunda," ucapnya.
Sejauh ini barang-barang yang dirusak massa masih dibiarkan. Pintu tiket yang dibakar oleh pengelola disemprot oleh alat pemadam untuk tidak memicu muncul api. Sedangkan saat ini aparat kepolisian dari Polsek Lembang Polres Cimahi, dan Polsek Sagalaherang, Polres Subang, berjaga-jaga dan mengumpulkan bukti-bukti pengrusakan oleh massa.
seperti diketahui, massa dari Lembaga Adat Karaton Galuh Pakuan, menduduki pintu masuk objek wisata Tangkubanparahu, Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Mereka datang dengan menggunakan lima unit truk dan langsung menguasai area pintu masuk serta menyuruh seluruh pengunjung yang datang untuk tidak membayar tiket masuk.
Akibat aksi ini puluhan kendaraan berhasil masuk tanpa membayat tiket. Namun aksi ini pun sempat diwarnai ketegangan dimana petugas tiket resmi dari PT Graha Rani Putra Persada (GRPP) beradu mulut dengan masa yang berunjuk rasa. Kalah jumlah, petugas tiket resmi pun tidak bisa berbuat banyak dan mempersilahkan semua kendaraan masuk tanpa membayar.
Koordinator aksi Kosasih mengatakan selama ini PT GRPP selaku pengelola Tangkubanparahu tidak memiliki bukti sah terhadap pengelolaannya. Bahkan SK Menhut yang diklaim sebagai pegangan PT GRPP dianggap tidak sah karena tidak ditempuh melalui mekanisme yang benar. Pihaknya pun memprotes penurunan 14 spanduk dan baliho Lembaga Adat Karaton Galuh Pakuan yang dipasang di sekitar lokasi Tangkubanparahu.
"Baliho itu kami pasang pada Jumat 11 Mei 2012, sekarang sudah tidak jelas dimana keberadaan baliho-baliho kami. Kami tanyakan mereka jawab tidak tahu, itu kan tidak mungkin," paparnya.(azh)
HRD PT Graha Rani Putra Persada (GRPP) Andreas, selaku pengelola kawasan wisata Tangkubanparahu mengaku masih menghitung kerusakan yang diakibatkan aksi massa anarkis yang merusak pintu tiket ke Tangkubanparahu.
"Kerugian masih diinventarisir dan dihitung, jadi kami belum pastikan," ucap Andreas menjelaskan, Selasa (15/5/2012).
Namun jika dari puluhan kendaraan yang disuruh masuk tanpa membayar tiket, Andreas mengatakan nominalnya lebih dari Rp3 juta. Pihaknya mengaku sengaja tidak melakukan perlawanan kepada massa pengunjuk rasa karena khawatir akan memperkeruh keadaan. Lagipula dari segi jumlah, ia mengaku kalah banyak dibandingkan massa yang anarkis.
Ia mengaku menyikapi hal ini dengan arif dan bijak serta pastinya akan menempuh jalur hukum dengan menyerahkan persoalan ini ke aparat berwajib. Disinggung mengenai penyebab massa bertindak anarkis, ia tidak mengetahui penyebabnya apa. Karena tuduhan mengenai adanya 14 baliho yang diambil oleh pihaknya, ia pun tidak tahu.
"Soal baliho saya tidak tahu. Yang saya tahu mereka hanya menuntut kalau penyerahan pengelolaan Tangkubanparahu ini diserahkan ke orang Sunda," ucapnya.
Sejauh ini barang-barang yang dirusak massa masih dibiarkan. Pintu tiket yang dibakar oleh pengelola disemprot oleh alat pemadam untuk tidak memicu muncul api. Sedangkan saat ini aparat kepolisian dari Polsek Lembang Polres Cimahi, dan Polsek Sagalaherang, Polres Subang, berjaga-jaga dan mengumpulkan bukti-bukti pengrusakan oleh massa.
seperti diketahui, massa dari Lembaga Adat Karaton Galuh Pakuan, menduduki pintu masuk objek wisata Tangkubanparahu, Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Mereka datang dengan menggunakan lima unit truk dan langsung menguasai area pintu masuk serta menyuruh seluruh pengunjung yang datang untuk tidak membayar tiket masuk.
Akibat aksi ini puluhan kendaraan berhasil masuk tanpa membayat tiket. Namun aksi ini pun sempat diwarnai ketegangan dimana petugas tiket resmi dari PT Graha Rani Putra Persada (GRPP) beradu mulut dengan masa yang berunjuk rasa. Kalah jumlah, petugas tiket resmi pun tidak bisa berbuat banyak dan mempersilahkan semua kendaraan masuk tanpa membayar.
Koordinator aksi Kosasih mengatakan selama ini PT GRPP selaku pengelola Tangkubanparahu tidak memiliki bukti sah terhadap pengelolaannya. Bahkan SK Menhut yang diklaim sebagai pegangan PT GRPP dianggap tidak sah karena tidak ditempuh melalui mekanisme yang benar. Pihaknya pun memprotes penurunan 14 spanduk dan baliho Lembaga Adat Karaton Galuh Pakuan yang dipasang di sekitar lokasi Tangkubanparahu.
"Baliho itu kami pasang pada Jumat 11 Mei 2012, sekarang sudah tidak jelas dimana keberadaan baliho-baliho kami. Kami tanyakan mereka jawab tidak tahu, itu kan tidak mungkin," paparnya.(azh)
()