Teaterikal jalan Salib gunakan pakaian adat nasional
Teaterikal jalan Salib gunakan pakaian adat nasional
A
A
A
Sindonews.com - Perayaan Hari Paskah di Jember dilaksanakan dengan teaterikal Jalan Salib di Gereja Santo Yusuf, Jember. Uniknya, ibadah yang diwujudkan dengan teater dan diikuti sekitar 150 peserta anak-anak dan dewasa itu mengenakan pakaian adat nasional. Ada yang mengenakan busana Jawa, Kalimantan, Sumatera maupun Madura serta lainnya.
Pendeta Gereja Santo Yusuf, Romo Andreas Yudhi mengatakan, teaterikal Jalan Salib itu dikemas dalam akulturasi budaya agar jemaah bisa lebih tersentuh dengan tema yang ada. "Peserta teaterikal menggambarkan kesengsaraan Yesus sampai kematiannya disalib. Kisah Jumat Agung ini harus terus dikenang karena tiada kasih seperti kisah nyata kasih Yesus," kata Romo Andreas.
Dia juga menambahkan, Jalan Salib itu merupakan penandaan bahwa dosa itu begitu jahatnya dan itu seperti kesan yang diulangi manusia dari dulu sampai sekarang ini. Romo juga menerangkan, tahun ini Keuskupan Malang memang tengan mengambil tema tahun iman dan budaya yang ditunjukkan salah satunya dengan teaterikal Jalan Salib yang mengenakan pakaian adat nasional. "Peringatan Jalan Salib ini mengingatkan umat Kristiani agar bisa belajar dan tidak mengulangi kesalahan dan mengorbankan sesama," katanya.
Sedangkan Sutradara Teaterikal tersebut, Cicilia menuturkan, untuk persiapan acara itu membutuhkan waktu sekitar dua bulan. "Penghayatan peserta drama Jalan Salib sudah cukup bagus. Itu didukung dengan kesan musik yang mengiringinya membuat suasana seperti nyata," kata Cicilia.
Dia juga menambahkan, teater Jalan Salib itu bukan hanya sebagai hiburan pertunjukan saja namun juga sebagai ibadah memperingati Perayaan Paskah. Selain teaterikal, acara Paskah juga disertai musik keroncong saat ibadah pada hari berikutnya yang juga menunjukkan sisi akulturasi budaya. (wbs)
Pendeta Gereja Santo Yusuf, Romo Andreas Yudhi mengatakan, teaterikal Jalan Salib itu dikemas dalam akulturasi budaya agar jemaah bisa lebih tersentuh dengan tema yang ada. "Peserta teaterikal menggambarkan kesengsaraan Yesus sampai kematiannya disalib. Kisah Jumat Agung ini harus terus dikenang karena tiada kasih seperti kisah nyata kasih Yesus," kata Romo Andreas.
Dia juga menambahkan, Jalan Salib itu merupakan penandaan bahwa dosa itu begitu jahatnya dan itu seperti kesan yang diulangi manusia dari dulu sampai sekarang ini. Romo juga menerangkan, tahun ini Keuskupan Malang memang tengan mengambil tema tahun iman dan budaya yang ditunjukkan salah satunya dengan teaterikal Jalan Salib yang mengenakan pakaian adat nasional. "Peringatan Jalan Salib ini mengingatkan umat Kristiani agar bisa belajar dan tidak mengulangi kesalahan dan mengorbankan sesama," katanya.
Sedangkan Sutradara Teaterikal tersebut, Cicilia menuturkan, untuk persiapan acara itu membutuhkan waktu sekitar dua bulan. "Penghayatan peserta drama Jalan Salib sudah cukup bagus. Itu didukung dengan kesan musik yang mengiringinya membuat suasana seperti nyata," kata Cicilia.
Dia juga menambahkan, teater Jalan Salib itu bukan hanya sebagai hiburan pertunjukan saja namun juga sebagai ibadah memperingati Perayaan Paskah. Selain teaterikal, acara Paskah juga disertai musik keroncong saat ibadah pada hari berikutnya yang juga menunjukkan sisi akulturasi budaya. (wbs)
()
Explore More