Tidak ingin BLT, minta peralatan melaut

Senin, 26 Maret 2012 - 08:28 WIB
Tidak ingin BLT, minta...
Tidak ingin BLT, minta peralatan melaut
A A A
Sindonews.com - Nelayan Rukun Jaya Desa Sukorejo, Kecamatan Kebomas berkumpul di balai tempat kumpul nelayan,kemarin. Difasilitasi Jaringan Forum Warga (JFW) Jawa Timur, mereka membahas rencana kenaikan bahan bakar minyak (BBM) per 1 April 2012.

Satu persatu warga Sukorejo berdatangan ke Balai Nelayan Rukun Jaya.Tidak ada baju bersetrika,tidak juga bersepatu.Mereka tampil apa adanya,dengan sarung,kaos dipadu topi.Ada pula bercelana pendek. Mereka duduk melingkar di tikar.

Setelah bersenda gurau,mereka pun terdiam saat dua fasilitator JFW Jatim, Khidir Amirullah dan Ismail Hariyanto membuka acara. Antusiasme untuk mengikuti diskusi secara serius begitu terasa. Saat sesi penilaian rencana kenaikan BBM dan dampak yang dirasakan nelayan,mereka berebut berbicara.

Saat harga BBM premium Rp4.500 perliter,setiap melaut nelayan butuh 3-4 liter dan mereka hanya membawa pulang Rp20.000-Rp25.000. ”Lha,kalu dinaikkan lagi, kami dapat apa? Tangkapan ikan kian lama kian turun. Dan,melaut menjadi satusatunya pencaharian kami. Bisa-bisa kami tumpes(habis, red),”ujar Anam,46,nelayan Sukorejo. Kendati begitu,mereka dapat memahami atas kenaikan BBM oleh pemerintah SBY-Boediono tersebut.Mereka hanya berharap ada perbedaan perlakukan atas konpensasinya.

Mereka menganggap kenaikan BBM yang diuntungkan kaum-kaum elit atau orang kaya.Sedangkan nelayan maupun petani yang paling merasakan dampak negatifnya. ”Jujur saja dengan harga premium Rp4.500 per liter saja kami merasakan antara hidup dan tidak hidup.Apalagi dengan kenaikan Rp1.500 per liternya,bisa kepencet kami. Maka itu harus ada perbedaan perlakukan atas kompensasinya,” kata,Syafii,43,Ketua Nelayan Rukun Jaya Sukorejo.

Merujuk kenaikan BBM sebelumnya, sebagian besar nelayan Sukorejo tidak mendapatkan kompensasi program Bantuan Langsung Tunai (BLT).Mereka pun menilai besaran kompensasi Rp150.000 per bulan bagi warga miskin,khususnya kelompok nelayan masih kurang.

Dana sebesar itu belum mampu meringankan beban kebutuhan nelayan dengan anak dua. Mereka meminta pemerintah memberikan perhatian khusus bagi nelayan,contohnya dengan bantuan peralatan melaut,bukannya uang. Bantuan uang,tidak mendidik mereka.

”Ibaratnya,kami ini butuh kail bukan ikan,di saat harga BBM naik.Kami butuh peralatan untuk melaut.Warga yang paling terasa dari kenaikan BBM adalah nalayan seperti kami,”tegas Romli,40. Khidir Amirullah dari JFW Jatim menyebutkan kegiatan yang dilakukan ini untuk menjaring jaring aspirasi masyarakat bawah.Tujuannya mendapatkan masukan atas kenaikan BBM dan kompensasinya.

”Kami punya cara tersendiri untuk menyikapi kenaikan BBM dengan menggali aspirasi langsung dari masyarakat. Karena mereka adalah terdampak,” kata dia. (wbs)

()
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1041 seconds (0.1#10.140)