Usai Nyepi, pemuda Denpasar gelar ciuman massal

Sabtu, 24 Maret 2012 - 16:16 WIB
Usai Nyepi, pemuda Denpasar...
Usai Nyepi, pemuda Denpasar gelar ciuman massal
A A A
Sindonews.com - Hari raya Nyepi usai dan oleh pemuda Banjar Kaja Desa Adat Sesetan Denpasar disambut suka cita dengan menggelar tradisi omed-omedan atau sering diartikan "ciuman massal".

Tradisi yang sudah dilaksanakan turun temurun itu selalu dinantikan warga Denpasar hingga wisatawan asing. Ribuan warga rela berdesakan guna menyaksikan bagaimana tradisi tersebut digelar, Sabtu (24/3/2012) sore.

Ritual omed-omedan sejatinya berasal dari kata omed artinya tarik sehingga memiliki arti tarik-menarik.

Ada yang unik sehari setelah pelaksanaan catur brata penyepian di Denpasar. Tepatnya di Banjar Kaja, Sesetan, Denpasar, ada ritual ciuman massal yang digelar setahun sekali.

Ciuman massal itu disebut ritual omed-omedan yang berasal dari kata omed yang artinya tarik. Dengan demikian, omed-omedan berarti tarik-menarik.

Tari-tarian dan pemanjatan doa mengawali ritual yang melibatkan puluhan pemuda pemudi setempat.
Para pemuda lanjut berbaris satu-satu demikian juga pemudi yang berpakaian adat. Posisi mereka akhirnya berhadap-hadapan.

Di barisan depan, seorang pemuda dan pemudi yang dipilih untuk ritual ini diangkat oleh dua orang. Begitu aba-aba dimulai, mereka mendorong dua anak muda itu, bergerak maju hingga akhirnya berciuman. Namun hanya hitungan detik, sang pemberi aba-aba menyiramkan air pertanda kedua muda mudi itu harus menghentikan ciumannya.

Ritual ini hanya dijalankan muda-mudi dari banjar bersangkutan yang telah ditentukan sebelumnya. Tradisi yang digelar sehari pasca Nyepi mendapat perhatian masyarakat luas hingga pejabat. Perihal tradisi aneh dan langka itu diakui tokoh atau Tetua Puri Oka, I Gusti Ngurah Oka Putra, sejatinya ungkapan kegembiraan anak muda di hari ngembak geni.

Warga setempat kata dia, tidak berani meninggalkan tradisi ini sebab konon sempat terjadi pertarungan dua ekor babi yang tidak jelas keberadaan dan siapa pemiliknya.

"Lewat cara spiritual, ada petunjuk bahwa omed-omedan kehendak sesuhunan yang berstana di Pura Banjar dan harap diteruskan oleh warga," ulas Oka kepada wartawan.

Oka melanjutkan, tradisi ini memberi makna penghormatan tehadap leluhur dan Tuhan Yang Maha Esa. "Juga memiliki nilai sosial tinggi memupuk rasa kesetiakawanan warga khususnya generasi muda untuk saling memberi dan meminta dalam suka dan duka," imbuhnya. (wbs)
()
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0827 seconds (0.1#10.140)