Ratusan warga jadi korban Tomcat
A
A
A
Sindonews.com - Warga Surabaya tetap harus ekstra waspada terhadap serangan
kumbang Tomcat. Korban akibat gigitan kumbang penjelajah itu kini terus memakan korban.
Hingga kini tercatat 103 warga yang menjadi korban sengatan serangga
tersebut. Mereka mengalami bintik dan kulit yang melepuh. Sampai kemarin ratusan korban itu dirawat di 13 Puskesmas yang tersebar di Kota Surabaya.
“Tapi tak sampai parah kok, mereka cuma rawat jalan saja. Korban paling parah ada di puskesmas Putat. Di sana saja ada 30 pasien yang datang dan dirawat,” ujar Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya Esty Martiana Rachmie, Selasa (20/3/2012).
Ia melanjutkan, puskesmas lain yang juga banyak didatangi Puskesmas Kenjeran sebanyak 24 pasien dan disusul Puskesmas Medokan Ayu 13 pasien. Sementara 13 puskesmas yang dijadikan tempat merawat korban Tomcat terdiri dari puskesmas Keputih, Kenjeran, Mulyorejo, Pakis, Medokan Ayu, Pacar Keling, Sidotopo, Rangkah, Sawahan, Wiyung, Kebonsari, Sememi (Benowo), dan Putat.
Dinkes bersama dengan Dinas Pertanian terus melakukan antisipasi penyebaran serangga beracun itu ke berbagai wilayah lainnya. Apalagi jangkitan Tomcat terus menjalar dengan cepat. Selama ini, kebanyakan warga tidak mengetahui bagaimana mengatasi jika terkena sengatan serangga Tomcat.
“Kondisi pasien parah akibat serangganya itu dipukul sampai keluar cairan (racun) dan mengenai kulitnya sehingga terjadi reaksi sampai kulit melepuh,” jelasnya.
Pihaknya juga menyebar petugas puskesmas di Surabaya untuk menanyakan pasien yang terkena penyakit yang mirip Tomcat. “Sebaiknya ditanya apakah di rumah ada serangga itu. Jika ada sebaiknya cepat melapor ke Dinas Pertanian setempat agar dilakukan penyemprotan,” ujarnya.
Mengenai obat-obatan, Esty mengatakan bisa diantisipasi dengan obat anti infeksi dan alergi. “Menghilangkan kulit melepuh cukup salep kulit yang tersedia di puskesmas,” katanya.
Selama ini Tomcat memang dikenal dengan kumbang yang memiliki habitat di sawah padi dan padang sekolah. Namun, Tomcat telah meluas di Surabaya. penyebarannya pun bergerak dengan cepat. Kawasan yang telah didatangi Tomcat antara lain Medokan Ayu, Perumahan Elit di Rungkut, Penjaringan Sari, Rungkut Harapan, Semampir, Gunung Sari, Tegal Sari, Wonorejo, Dupak Bandarejo, Kedungdoro, dan Dukuh Kupang.
Koordinator Satgas Pemberantasan Serangga Tomcat Dinas Petanian Alexander S Siahaya mengatakan, sejak empat hari yang lalu sudah ada laporan dari masyarakat sudah sebanyak 40 wilayah yang terserang serangga tomcat.
“Setelah Apartemen Eastcoast Laguna Indah, Pakuwon City yang terserang
Tomcat, beberapa apartemen dan kawasan elit lainnya juga ikut
terserang wabah ini. Termasuk Regency Palm Spring di kawasan Jambangan
dan Perumahan Sinar Amerta di Medayu Rungkut,” ujarnya.
Kabid Pertanian dan Kehutanan Dinas Pertanian itu melanjutkan, penanganan Tomcat lebih sulit daripada penangan ulat bulu, karena serangga ini bisa tinggal dimana saja misalnya seperti di air, udara, dan rumput.
”Serangga ini sulit dideteksi karena bisa muncul dari mana saja, tidak sepeti ulat bulu yang hanya tinggal di pohon,” jelasnya.
Jika ada Tomcat, katanya, warga jangan mematikan dengan tangan melainkan dengan alat. Karena percikan cairan Tomcat berbahaya jika terkena ke bagian anggota tubuh. Bahkan jika terkena percikan atau gigitan serangga itu, maka harus segera dibasuh dengan air, jika ada gejala terkena infeksi, maka harus segera dioleskan salep Asyclovir lima persen. ”Kalau dibiarkan bisa bernanah,” katanya.
Sekretaris Dinas Pertanian Hari Tjahyono menambahkan, munculnya Tomcat di sejumlah perumahan di Surabaya karena sawah yang selama ini sebagai tempat hunian mereka sudah mulai habis untuk perumahan. Berdasarkan data di Dinas Pertanian, luas lahan pertanian tinggal 1.600 hektare.
Dari luas lahan pertanian tersebut 70 persennya sudah dikuasai pengembang properti. Itu artinya Tomcat semakin tidak mendapatkan tempat untuk hidup di Surabaya.
“Tomcat sebenarnya teman bagi petani yang ada di sawah. Kumbang itu mampu memakan hama yang selama ini merusak tanaman pangan. Namun, karena tempatnya sekarang banyak dipakai untuk perumahan, Tomcat menjadi keluar sarang dan menyebar di mana-mana, termasuk ke rumah penduduk,” jelasnya.
Sebaran korban Tomcat di Puskesmas
1. Puskesmas Keputih
2. Puskesmas Kenjeran
3. Puskesmas Mulyorejo
4. Puskesmas Pakis
5. Puskesmas Medokan Ayu
6. Pacar Keling
7. Puskesmas Sidotopo
8. Puskesmas Rangkah
9. Puskesmas Sawahan
10.Puskesmas Wiyung
11.Puskesmas Kebonsari
12.Puskesmas Sememi
13.Puskesmas Putat
Jumlah korban yang sempat dirawat 103 orang
Gejala yang didapat Korban
1. Bintik dan bentol memerah
2. Melepuh
3. Luka memanjang
4. Gatal
5. Kulit terasa panas
(azh)
kumbang Tomcat. Korban akibat gigitan kumbang penjelajah itu kini terus memakan korban.
Hingga kini tercatat 103 warga yang menjadi korban sengatan serangga
tersebut. Mereka mengalami bintik dan kulit yang melepuh. Sampai kemarin ratusan korban itu dirawat di 13 Puskesmas yang tersebar di Kota Surabaya.
“Tapi tak sampai parah kok, mereka cuma rawat jalan saja. Korban paling parah ada di puskesmas Putat. Di sana saja ada 30 pasien yang datang dan dirawat,” ujar Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya Esty Martiana Rachmie, Selasa (20/3/2012).
Ia melanjutkan, puskesmas lain yang juga banyak didatangi Puskesmas Kenjeran sebanyak 24 pasien dan disusul Puskesmas Medokan Ayu 13 pasien. Sementara 13 puskesmas yang dijadikan tempat merawat korban Tomcat terdiri dari puskesmas Keputih, Kenjeran, Mulyorejo, Pakis, Medokan Ayu, Pacar Keling, Sidotopo, Rangkah, Sawahan, Wiyung, Kebonsari, Sememi (Benowo), dan Putat.
Dinkes bersama dengan Dinas Pertanian terus melakukan antisipasi penyebaran serangga beracun itu ke berbagai wilayah lainnya. Apalagi jangkitan Tomcat terus menjalar dengan cepat. Selama ini, kebanyakan warga tidak mengetahui bagaimana mengatasi jika terkena sengatan serangga Tomcat.
“Kondisi pasien parah akibat serangganya itu dipukul sampai keluar cairan (racun) dan mengenai kulitnya sehingga terjadi reaksi sampai kulit melepuh,” jelasnya.
Pihaknya juga menyebar petugas puskesmas di Surabaya untuk menanyakan pasien yang terkena penyakit yang mirip Tomcat. “Sebaiknya ditanya apakah di rumah ada serangga itu. Jika ada sebaiknya cepat melapor ke Dinas Pertanian setempat agar dilakukan penyemprotan,” ujarnya.
Mengenai obat-obatan, Esty mengatakan bisa diantisipasi dengan obat anti infeksi dan alergi. “Menghilangkan kulit melepuh cukup salep kulit yang tersedia di puskesmas,” katanya.
Selama ini Tomcat memang dikenal dengan kumbang yang memiliki habitat di sawah padi dan padang sekolah. Namun, Tomcat telah meluas di Surabaya. penyebarannya pun bergerak dengan cepat. Kawasan yang telah didatangi Tomcat antara lain Medokan Ayu, Perumahan Elit di Rungkut, Penjaringan Sari, Rungkut Harapan, Semampir, Gunung Sari, Tegal Sari, Wonorejo, Dupak Bandarejo, Kedungdoro, dan Dukuh Kupang.
Koordinator Satgas Pemberantasan Serangga Tomcat Dinas Petanian Alexander S Siahaya mengatakan, sejak empat hari yang lalu sudah ada laporan dari masyarakat sudah sebanyak 40 wilayah yang terserang serangga tomcat.
“Setelah Apartemen Eastcoast Laguna Indah, Pakuwon City yang terserang
Tomcat, beberapa apartemen dan kawasan elit lainnya juga ikut
terserang wabah ini. Termasuk Regency Palm Spring di kawasan Jambangan
dan Perumahan Sinar Amerta di Medayu Rungkut,” ujarnya.
Kabid Pertanian dan Kehutanan Dinas Pertanian itu melanjutkan, penanganan Tomcat lebih sulit daripada penangan ulat bulu, karena serangga ini bisa tinggal dimana saja misalnya seperti di air, udara, dan rumput.
”Serangga ini sulit dideteksi karena bisa muncul dari mana saja, tidak sepeti ulat bulu yang hanya tinggal di pohon,” jelasnya.
Jika ada Tomcat, katanya, warga jangan mematikan dengan tangan melainkan dengan alat. Karena percikan cairan Tomcat berbahaya jika terkena ke bagian anggota tubuh. Bahkan jika terkena percikan atau gigitan serangga itu, maka harus segera dibasuh dengan air, jika ada gejala terkena infeksi, maka harus segera dioleskan salep Asyclovir lima persen. ”Kalau dibiarkan bisa bernanah,” katanya.
Sekretaris Dinas Pertanian Hari Tjahyono menambahkan, munculnya Tomcat di sejumlah perumahan di Surabaya karena sawah yang selama ini sebagai tempat hunian mereka sudah mulai habis untuk perumahan. Berdasarkan data di Dinas Pertanian, luas lahan pertanian tinggal 1.600 hektare.
Dari luas lahan pertanian tersebut 70 persennya sudah dikuasai pengembang properti. Itu artinya Tomcat semakin tidak mendapatkan tempat untuk hidup di Surabaya.
“Tomcat sebenarnya teman bagi petani yang ada di sawah. Kumbang itu mampu memakan hama yang selama ini merusak tanaman pangan. Namun, karena tempatnya sekarang banyak dipakai untuk perumahan, Tomcat menjadi keluar sarang dan menyebar di mana-mana, termasuk ke rumah penduduk,” jelasnya.
Sebaran korban Tomcat di Puskesmas
1. Puskesmas Keputih
2. Puskesmas Kenjeran
3. Puskesmas Mulyorejo
4. Puskesmas Pakis
5. Puskesmas Medokan Ayu
6. Pacar Keling
7. Puskesmas Sidotopo
8. Puskesmas Rangkah
9. Puskesmas Sawahan
10.Puskesmas Wiyung
11.Puskesmas Kebonsari
12.Puskesmas Sememi
13.Puskesmas Putat
Jumlah korban yang sempat dirawat 103 orang
Gejala yang didapat Korban
1. Bintik dan bentol memerah
2. Melepuh
3. Luka memanjang
4. Gatal
5. Kulit terasa panas
(azh)
()