Tiga titik perlintasan KA tanpa palang
A
A
A
Sindonews.com – Sepanjang jalur kereta api dari perbatasan Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya, hingga mulai Indihiang ke Cibeureum, Kota Tasikmalaya, tercatat sebanyak tiga perlintasan kereta api yang tidak memiliki palang pintu.
Akibatnya, beberapa kali seringkali terjadi kecelakaan yang mengakibatkan korban jiwa, seperti yang terjadi di perlintasan kereta api Jalan Garuda Kecamatan Cibeureum, Kota Tasikmalaya hingga mengakibatkan 11 orang meninggal dunia.
Ketiga perlintasan yang tanpa palang pintu tersebut berada di Kampung Leuwidahu Kelurahan Parakan Nyasag, Jalan Raya Garuda Cibeureum, serta di Kampung Condong, Kelurahan Setianegara, Kecamatan Cibeureum.
Dari ketiganya ternyata hanya satu pintu perlintasan saja yang tidak mendapatkan penjagaan dari warga sekitar, karena lokasinya cukup jauh dari pemukiman yakni yang berada di kilometer 274+1/2 perlintasan KA Jalan Garuda, Kecamatan Cibeureum.
Abdul Rahmat (35) warga Kampung Leuwidahu yang biasa menjaga pintu perlintasan kereta api mengatakan penjagaan di sana dilakukan dengan piket yang telah terjadwal setiap harinya. Petugas yang terdiri dari empat hingga lima orang itu bertugas menghentikan kendaraan dari kedua arah saat mengetahui kereta hendak melintas, namun mereka berjaga terbatas hanya mulai pagi sampai sekitar pukul 23.00 WIB.
“Padahal pada saat mendekati tengah malam meskipun memang perjalanan kereta sudah cukup sepi tetapi terkadang suka ada kereta yang melintas, kami sendiri warga di sini sudah beberapa kali mengajukan untuk dibuatkan palang pintu kereta. Tetapi sampai saat ini sejak jaman DI/TII orangtua kami pernah berjaga di sini, pintu perlintasan kereta yang diharapkan sama sekali tidak terwujud,” kata Rahmat menjelaskan kepada wartawan Minggu (18/3/2012).
Keadaan nyaris sama dengan pintu perlintasan di Kampung Condong, warga berinisiatif membuat jadwal piket sekaligus membangun pos jaga seadanya hanya sebagai tempat berteduh saja.
“Kami juga telah mengajukan untuk dibuatkan pintu pos jaga di sini kepada PT KA, tetapi sampai saat ini tidak ada. Padahal, lalu lintas kendaraan di sini sangat padat. Makanya ketua kampung dan pemuda akhirnya sepakat melakukan penjagaan di sini secara bergiliran,” ungkap Cecep (30), warga Kampung Condong.
Sementara itu, Wakil Kepala Stasiun Tasikmalaya Yanyan menyebutkan, usulan warga itu telah disampaikan ke PT KAI Daops 2 Bandung, namun entah dengan alasan apa sehingga sampai saat ini tidak ada pembangunannya.
“Namun demikian saya sangat berterima kasih kepada warga sekitar yang turut membantu melakukan penjagaan di sana, sehingga kecelakaan bisa diminimalisir,” kata Yanyan singkat.
Di perlintasan KA Kampung Leuwidahu sampai saat ini tercatat sekali kecelakaan pada tahun 1990 silam yakni truk berpenumpang terseret kereta hingga puluhan meter dan penumpangnya tewas. Begitu pun di Kampung Condong sekitar tahun 2000 seorang PNS tewas tertabrak kereta pada saat hendak lebaran, namun kejadian tidak terulang lagi setelah warga melakukan penjagaan di sana.(azh)
Akibatnya, beberapa kali seringkali terjadi kecelakaan yang mengakibatkan korban jiwa, seperti yang terjadi di perlintasan kereta api Jalan Garuda Kecamatan Cibeureum, Kota Tasikmalaya hingga mengakibatkan 11 orang meninggal dunia.
Ketiga perlintasan yang tanpa palang pintu tersebut berada di Kampung Leuwidahu Kelurahan Parakan Nyasag, Jalan Raya Garuda Cibeureum, serta di Kampung Condong, Kelurahan Setianegara, Kecamatan Cibeureum.
Dari ketiganya ternyata hanya satu pintu perlintasan saja yang tidak mendapatkan penjagaan dari warga sekitar, karena lokasinya cukup jauh dari pemukiman yakni yang berada di kilometer 274+1/2 perlintasan KA Jalan Garuda, Kecamatan Cibeureum.
Abdul Rahmat (35) warga Kampung Leuwidahu yang biasa menjaga pintu perlintasan kereta api mengatakan penjagaan di sana dilakukan dengan piket yang telah terjadwal setiap harinya. Petugas yang terdiri dari empat hingga lima orang itu bertugas menghentikan kendaraan dari kedua arah saat mengetahui kereta hendak melintas, namun mereka berjaga terbatas hanya mulai pagi sampai sekitar pukul 23.00 WIB.
“Padahal pada saat mendekati tengah malam meskipun memang perjalanan kereta sudah cukup sepi tetapi terkadang suka ada kereta yang melintas, kami sendiri warga di sini sudah beberapa kali mengajukan untuk dibuatkan palang pintu kereta. Tetapi sampai saat ini sejak jaman DI/TII orangtua kami pernah berjaga di sini, pintu perlintasan kereta yang diharapkan sama sekali tidak terwujud,” kata Rahmat menjelaskan kepada wartawan Minggu (18/3/2012).
Keadaan nyaris sama dengan pintu perlintasan di Kampung Condong, warga berinisiatif membuat jadwal piket sekaligus membangun pos jaga seadanya hanya sebagai tempat berteduh saja.
“Kami juga telah mengajukan untuk dibuatkan pintu pos jaga di sini kepada PT KA, tetapi sampai saat ini tidak ada. Padahal, lalu lintas kendaraan di sini sangat padat. Makanya ketua kampung dan pemuda akhirnya sepakat melakukan penjagaan di sini secara bergiliran,” ungkap Cecep (30), warga Kampung Condong.
Sementara itu, Wakil Kepala Stasiun Tasikmalaya Yanyan menyebutkan, usulan warga itu telah disampaikan ke PT KAI Daops 2 Bandung, namun entah dengan alasan apa sehingga sampai saat ini tidak ada pembangunannya.
“Namun demikian saya sangat berterima kasih kepada warga sekitar yang turut membantu melakukan penjagaan di sana, sehingga kecelakaan bisa diminimalisir,” kata Yanyan singkat.
Di perlintasan KA Kampung Leuwidahu sampai saat ini tercatat sekali kecelakaan pada tahun 1990 silam yakni truk berpenumpang terseret kereta hingga puluhan meter dan penumpangnya tewas. Begitu pun di Kampung Condong sekitar tahun 2000 seorang PNS tewas tertabrak kereta pada saat hendak lebaran, namun kejadian tidak terulang lagi setelah warga melakukan penjagaan di sana.(azh)
()