Merantau ke Bogor, Mujianto sempat berdagang bakso
A
A
A
Sindonews.com - Mujianto (24), pelaku pembunuhan berantai asal Nganjuk Jawa Timur merupakan tipe pria yang bekerja keras. Masa remajanya banyak dihabiskan untuk bekerja mencari nafkah. Bahkan, pria yang akrab disapa Gentong ini pernah merantau ke Bogor.
Parni (55) orang tua angkat Mujianto menceritakan, sejak kecil, putra angkatnya itu tidak ada gelagat yang aneh. Bahkan, saat usia anak-anak sikap dan prilakunya tidak jauh beda dengan usia anak pada umumnya. "Nggak ada yang aneh. Semua biasa-biasa saja," kata Parni ketika ditemui di Mapolres Nganjuk Jawa Timur, Jumat (17/2/2012).
Menurut Parni, Mujianto diangkat anak ketika masih berusia 40 Hari. Sedangkan ibu kandungnya yang bernama Ibu Pasem sudah meninggal. Yang ada saat ini, adalah Lamsuki (60) yang tinggal di Desa Pagu Kecamatan Pare, Kediri bersama dua saudaranya. Ibu Pasem merupakan tetangga Parni yang tinggal di Desa Jati Kapur Kecamatan Tarokkan, Kediri Jawa Timur.
Meski hanya berpendidikan setingkat SD namun tekad Mujianto untuk membantu ekonomi keluarga sangat tinggi. Hal itu terlihat ketika ia nekad merantau ke Bogor sebagai penjual bakso. Sekitar dua tahunan ia menjadi penjual bakso. Sebelumnya, dia juga membantu orang tua angkatnya ke sawah.
Parni juga mengakui, pribadi anaknya itu memang tertutup. "Saat merantau ke Bogor juga tidak pernah cerita apa-apa. Hanya saja setelah itu dia bilang kalau pindah kerja di Nganjuk ikut Mr J (JS) ini," tuturnya.
Ketika bekerja di tempat Mr J ini, Mujianto juga tidak pernah cerita apapun. Mujianto jarang pulang hanya setahun sekali meskipun jarak Nganjuk dan Kediri tidak terlampau jauh. Itupun ketika hari raya idul fitri.
"Kalau pulang ke rumah biasanya tanya ke ibunya, lagi masak apa bu dan kegemarannya adalah makan sayur asem," kenang Parni.
Parni juga mengaku tidak mengetahui jika putranya memiliki orientasi seks yang menyimpang, yakni penyuka sesama jenis. Bahkan, ketika ada kabar tentang putra angkatnya itu, seakan tidak percaya. "Dia memang pendiam mas," tukasnya. (wbs)
Parni (55) orang tua angkat Mujianto menceritakan, sejak kecil, putra angkatnya itu tidak ada gelagat yang aneh. Bahkan, saat usia anak-anak sikap dan prilakunya tidak jauh beda dengan usia anak pada umumnya. "Nggak ada yang aneh. Semua biasa-biasa saja," kata Parni ketika ditemui di Mapolres Nganjuk Jawa Timur, Jumat (17/2/2012).
Menurut Parni, Mujianto diangkat anak ketika masih berusia 40 Hari. Sedangkan ibu kandungnya yang bernama Ibu Pasem sudah meninggal. Yang ada saat ini, adalah Lamsuki (60) yang tinggal di Desa Pagu Kecamatan Pare, Kediri bersama dua saudaranya. Ibu Pasem merupakan tetangga Parni yang tinggal di Desa Jati Kapur Kecamatan Tarokkan, Kediri Jawa Timur.
Meski hanya berpendidikan setingkat SD namun tekad Mujianto untuk membantu ekonomi keluarga sangat tinggi. Hal itu terlihat ketika ia nekad merantau ke Bogor sebagai penjual bakso. Sekitar dua tahunan ia menjadi penjual bakso. Sebelumnya, dia juga membantu orang tua angkatnya ke sawah.
Parni juga mengakui, pribadi anaknya itu memang tertutup. "Saat merantau ke Bogor juga tidak pernah cerita apa-apa. Hanya saja setelah itu dia bilang kalau pindah kerja di Nganjuk ikut Mr J (JS) ini," tuturnya.
Ketika bekerja di tempat Mr J ini, Mujianto juga tidak pernah cerita apapun. Mujianto jarang pulang hanya setahun sekali meskipun jarak Nganjuk dan Kediri tidak terlampau jauh. Itupun ketika hari raya idul fitri.
"Kalau pulang ke rumah biasanya tanya ke ibunya, lagi masak apa bu dan kegemarannya adalah makan sayur asem," kenang Parni.
Parni juga mengaku tidak mengetahui jika putranya memiliki orientasi seks yang menyimpang, yakni penyuka sesama jenis. Bahkan, ketika ada kabar tentang putra angkatnya itu, seakan tidak percaya. "Dia memang pendiam mas," tukasnya. (wbs)
()