Lima tahun, 63 orang meninggal karena HIV/AIDS
A
A
A
Sindonews.com - Penyebaran Human Immunodeficiency Virus - Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/ AIDS) di Kabupaten Mojokerto mengkhawatirkan. Lima tahun terakhir, 63 orang tewas.
Wakil Ketua Komisi Penanggulangan HIV/AIDS (KPA) Kabupaten Mojokerto Mahfud Said mengatakan, sejak 2007 jumlah pengidap penyakit yang menggerogoti kekebalan tubuh itu meningkat rata-rata 100 persen. Tahun 2009 menjadi puncak peningkatan kasus. Di tahun itu, ada 38 pengidap HIV/AIDS, 20 di antaranya meninggal dunia.
Pada 2010, angka pengidap HIV/AIDS juga naik 100 persen, yakni menembus angka 64 orang. Dari jumlah itu, 17 tewas. Mahfud menambahkan, dari sisi teritorial, jumlah pengidap HIV/AIDS terbanyak berada di wilayah Kecamatan Mojosari yang mencapai 20% dari total penderita. Disusul Kecamatan Jetis yang mencapai 10 persen.
"Sisanya merata. Dan hanya satu kecamatan yang bebas HIV/AIDS, yakni Kecamatan Trawas," ujar Mahfud Said.
Pria yang juga menjabag sebagai Kabag Kesra Pemkab Mojokerto ini menuturkan, seks bebas menjadi pemicu utama penyebaran penyakit mematikan itu. Disusul ibu rumah tangga yang diduga tertular oleh suaminya yang rata-rata bekerja di luar kota. "Semuanya berusia produktif antara 26–49 tahun," jelas.
Dan yang mengenaskan lagi, dari sekian pengidap HIV/AIDS yang terdeteksi,empat di antaranya masih balita. Dan hal ini kata Mahfud, karena balita itu tertular dari ibunya. "Empat balita itu masih hidup dan mendapatkan pemantauan yang intensif agar tetap bertahan hidup," tukasnya.
Sementara dari jenis kelamin, pengidap HIV/AIDS di Kabupaten Mojokerto didominasi kaum laki-laki yang mencapai 60 persen. Sisanya adalah perempuan yang rata-rata sudah berkeluarga. "Kami aktif bersosialisasi tentang bahaya HIV/AIDS dan membagikan kondom di kalangan umum atau rawan yang tertular seperti waria," tandasnya.
Asisten Koordinator KPA Ramhad Saiful Ramadhani mengimbau kepada masyarakat untuk melakukan deteksi dini dengan memanfaatkan klinik Voluntary Conseling Testing (VCT) di RSUD dr Soekandar Mojosari. Pemeriksaan dini penting dilakukan karena penularan penyakit ini tak begitu tampak. "Terutama mereka yang masuk kelompok rawan," terang Rahmad.
Terhadap wilayah yang paling banyak kasus, dia juga berharap masyarakat lebih waspada. Pola hidup sehat dengan menjauhi seks bebas dan penggunaan jarum suntik narkoba menjadi pencegahan yang utama.
"Bagi ibu-ibu yang suaminya jarang pulang atau bekerja di luar kota, juga penting memeriksakan diri," tandasnya. (san)
Wakil Ketua Komisi Penanggulangan HIV/AIDS (KPA) Kabupaten Mojokerto Mahfud Said mengatakan, sejak 2007 jumlah pengidap penyakit yang menggerogoti kekebalan tubuh itu meningkat rata-rata 100 persen. Tahun 2009 menjadi puncak peningkatan kasus. Di tahun itu, ada 38 pengidap HIV/AIDS, 20 di antaranya meninggal dunia.
Pada 2010, angka pengidap HIV/AIDS juga naik 100 persen, yakni menembus angka 64 orang. Dari jumlah itu, 17 tewas. Mahfud menambahkan, dari sisi teritorial, jumlah pengidap HIV/AIDS terbanyak berada di wilayah Kecamatan Mojosari yang mencapai 20% dari total penderita. Disusul Kecamatan Jetis yang mencapai 10 persen.
"Sisanya merata. Dan hanya satu kecamatan yang bebas HIV/AIDS, yakni Kecamatan Trawas," ujar Mahfud Said.
Pria yang juga menjabag sebagai Kabag Kesra Pemkab Mojokerto ini menuturkan, seks bebas menjadi pemicu utama penyebaran penyakit mematikan itu. Disusul ibu rumah tangga yang diduga tertular oleh suaminya yang rata-rata bekerja di luar kota. "Semuanya berusia produktif antara 26–49 tahun," jelas.
Dan yang mengenaskan lagi, dari sekian pengidap HIV/AIDS yang terdeteksi,empat di antaranya masih balita. Dan hal ini kata Mahfud, karena balita itu tertular dari ibunya. "Empat balita itu masih hidup dan mendapatkan pemantauan yang intensif agar tetap bertahan hidup," tukasnya.
Sementara dari jenis kelamin, pengidap HIV/AIDS di Kabupaten Mojokerto didominasi kaum laki-laki yang mencapai 60 persen. Sisanya adalah perempuan yang rata-rata sudah berkeluarga. "Kami aktif bersosialisasi tentang bahaya HIV/AIDS dan membagikan kondom di kalangan umum atau rawan yang tertular seperti waria," tandasnya.
Asisten Koordinator KPA Ramhad Saiful Ramadhani mengimbau kepada masyarakat untuk melakukan deteksi dini dengan memanfaatkan klinik Voluntary Conseling Testing (VCT) di RSUD dr Soekandar Mojosari. Pemeriksaan dini penting dilakukan karena penularan penyakit ini tak begitu tampak. "Terutama mereka yang masuk kelompok rawan," terang Rahmad.
Terhadap wilayah yang paling banyak kasus, dia juga berharap masyarakat lebih waspada. Pola hidup sehat dengan menjauhi seks bebas dan penggunaan jarum suntik narkoba menjadi pencegahan yang utama.
"Bagi ibu-ibu yang suaminya jarang pulang atau bekerja di luar kota, juga penting memeriksakan diri," tandasnya. (san)
()