Korban selamat pembunuhan berantai merasa dihipnotis
A
A
A
Sindonews.com - Anton Sumarsono (47), korban selamat aksi pembunuhan berantai di Nganjuk, Jawa Timur, masih mengalami trauma. Setelah diperbolehkan pulang dari RS Bhayangkara, Kediri, Senin 13 Febuari 2012 lalu, pria asal Solo, Jawa Tengah ini lebih memilih berdiam diri di kontrakannya.
Anton menceritakan pelaku memintanya bertemu melalui pesan singkat di telepon seluler miliknya pada Sabtu 11 Februari lalu. Dirinya mengaku ibarat terhipnotis saat membaca pesan-pesan singkat itu sejak berangkat dari Solo ke Stasiun Nganjuk. “Kira-kira ada delapan SMS yang masuk sampai saya tiba di Stasiun Nganjuk. Saya seperti terhipnotis,” ujar pria ini di kediamannya di Solo, Rabu (15/2/2012).
Di RS di Kediri, isi perut Anton sudah bersih dari racun tikus setelah dirawat selama dua hari. Meski nyaris tak tertolong, namun Soni bersyukur bisa mendapatkan kesempatan kedua untuk hidup. “Kalau setengah jam saja saya terlambat ditangani medis, pasti nyawa sudah melayang. Saya sangat bersyukur ada warga yang menolong dan membawa ke rumah sakit,” ujar dia.
Diceritakannya, pelaku menjemput dirinya di Stasiun Nganjuk. Setelah diajak berkeliling, Anton ditraktir minum teh dan makan nasi pecel di sebuah warung. Dia sengaja tak memakan nasi, dan hanya menghirup teh beberapa teguk. Namun siapa menyangka, teh tersebut beracun.
"Saya ditelantarkan di sebuah rumah kosong. Uang Rp550.000, SIM A, NPWP, KTP diambilnya bersama tas saya yang berisi kaus dan celana dalam," tutur dia.
Anton memastikan tak pernah mengenal pelaku sebelumnya, apalagi sejumlah orang yang dibunuhnya.
Anton menceritakan pelaku memintanya bertemu melalui pesan singkat di telepon seluler miliknya pada Sabtu 11 Februari lalu. Dirinya mengaku ibarat terhipnotis saat membaca pesan-pesan singkat itu sejak berangkat dari Solo ke Stasiun Nganjuk. “Kira-kira ada delapan SMS yang masuk sampai saya tiba di Stasiun Nganjuk. Saya seperti terhipnotis,” ujar pria ini di kediamannya di Solo, Rabu (15/2/2012).
Di RS di Kediri, isi perut Anton sudah bersih dari racun tikus setelah dirawat selama dua hari. Meski nyaris tak tertolong, namun Soni bersyukur bisa mendapatkan kesempatan kedua untuk hidup. “Kalau setengah jam saja saya terlambat ditangani medis, pasti nyawa sudah melayang. Saya sangat bersyukur ada warga yang menolong dan membawa ke rumah sakit,” ujar dia.
Diceritakannya, pelaku menjemput dirinya di Stasiun Nganjuk. Setelah diajak berkeliling, Anton ditraktir minum teh dan makan nasi pecel di sebuah warung. Dia sengaja tak memakan nasi, dan hanya menghirup teh beberapa teguk. Namun siapa menyangka, teh tersebut beracun.
"Saya ditelantarkan di sebuah rumah kosong. Uang Rp550.000, SIM A, NPWP, KTP diambilnya bersama tas saya yang berisi kaus dan celana dalam," tutur dia.
Anton memastikan tak pernah mengenal pelaku sebelumnya, apalagi sejumlah orang yang dibunuhnya.
()