Ulama Aceh larang perayaan Valentine
A
A
A
Sindonews.com - Ulama di Aceh melarang umat Islam khususnya yang tinggal di provinsi itu untuk tidak merayakan hari kasih sayang atau Valentine Day yang biasa dirayakan pada 14 Februari.
Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) dan Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Provinsi Aceh menilai perayaan valentine tak sesuai dengan budaya Islam. Sebab, dalam Islam kasih sayang itu bukan hanya sehari tapi harus ditunjukkan kapan saja.
"Kami mengimbau agar masyarakat khususnya yang muda-mudi tidak ikut-ikutan merayakan hari valentine, apalagi dengan hal-hal yang bertentangan dengan Islam atau moral," kata Sekretaris Jenderal HUDA Teungku Faisal Ali di Banda Aceh, Rabu (8/2/2012).
Menurutnya, perayaan Valentine bukanlah bagian dari budaya Islam dan budaya Aceh. Jika dirayakan dengan cara-cara seperti dirayakan warga non-muslim, maka itu jelas haram. "Kalau juga dirayakan biasa saja dengan hal-hal yang tidak bertentangan, juga tidak ada faedahnya," sebut Faisal.
Islam, kata dia, menganjurkan penganutnya untuk berkasih sayang setiap saat, bukan hanya dengan sesama manusia tetapi juga terhadap binatang dan lingkungan. "Bukan hanya sehari saja," ujar ulama salafiah itu.
Pendapat senada diungkapkan Ketua MPU Aceh Teungku Muslim Ibrahim. "Hari Valentine itu budaya nonmuslim, budaya dipopulerkan Barat yang tidak pantas sama sekali dirayakan oleh orang Islam. Apalagi biasanya hari itu dijadikan hari serba bebas, free segala-galanya dalam menunjukkan kasih sayang kepada pasangan.
“Hari itu menjadi hari free ini, free itu, free cium, free sex,” ujar Muslim.
Dalam Islam ciuman dan seks di luar nikah hukumnya haram. "Kita mengimbau agar masyarakat tidak ikut-ikutan. Kita punya budaya sendiri dan hari raya sendiri. Punya ciri khas sendiri,” tukas Muslim.
Para orangtua diminta ikut mengawasi anak-anaknya khususnya yang masih remaja agar tidak ikut-ikutan merayakan valentine, apalagi jika sampai menjurus ke tindakan-tindakan kurang bermoral.
Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) dan Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Provinsi Aceh menilai perayaan valentine tak sesuai dengan budaya Islam. Sebab, dalam Islam kasih sayang itu bukan hanya sehari tapi harus ditunjukkan kapan saja.
"Kami mengimbau agar masyarakat khususnya yang muda-mudi tidak ikut-ikutan merayakan hari valentine, apalagi dengan hal-hal yang bertentangan dengan Islam atau moral," kata Sekretaris Jenderal HUDA Teungku Faisal Ali di Banda Aceh, Rabu (8/2/2012).
Menurutnya, perayaan Valentine bukanlah bagian dari budaya Islam dan budaya Aceh. Jika dirayakan dengan cara-cara seperti dirayakan warga non-muslim, maka itu jelas haram. "Kalau juga dirayakan biasa saja dengan hal-hal yang tidak bertentangan, juga tidak ada faedahnya," sebut Faisal.
Islam, kata dia, menganjurkan penganutnya untuk berkasih sayang setiap saat, bukan hanya dengan sesama manusia tetapi juga terhadap binatang dan lingkungan. "Bukan hanya sehari saja," ujar ulama salafiah itu.
Pendapat senada diungkapkan Ketua MPU Aceh Teungku Muslim Ibrahim. "Hari Valentine itu budaya nonmuslim, budaya dipopulerkan Barat yang tidak pantas sama sekali dirayakan oleh orang Islam. Apalagi biasanya hari itu dijadikan hari serba bebas, free segala-galanya dalam menunjukkan kasih sayang kepada pasangan.
“Hari itu menjadi hari free ini, free itu, free cium, free sex,” ujar Muslim.
Dalam Islam ciuman dan seks di luar nikah hukumnya haram. "Kita mengimbau agar masyarakat tidak ikut-ikutan. Kita punya budaya sendiri dan hari raya sendiri. Punya ciri khas sendiri,” tukas Muslim.
Para orangtua diminta ikut mengawasi anak-anaknya khususnya yang masih remaja agar tidak ikut-ikutan merayakan valentine, apalagi jika sampai menjurus ke tindakan-tindakan kurang bermoral.
()